Kantong semar: Perbedaan antara revisi
Rachmat-bot (bicara | kontrib) k cosmetic changes |
|||
Baris 28: | Baris 28: | ||
== Ciri fisik == |
== Ciri fisik == |
||
Tumbuhan ini dapat mencapai tinggi 15–20 m dengan cara memanjat tanaman lainnya, walaupun ada beberapa spesies yang tidak memanjat. Pada ujung [[daun]] terdapat [[sulur]] yang dapat termodifikasi membentuk kantong, yaitu alat [[perangkap]] yang digunakan untuk memakan mangsanya (misalnya [[serangga]], [[pacet]], anak [[Kodok dan katak|kodok]]) yang masuk ke dalam.<ref name="Barthlott 2007"> |
Tumbuhan ini dapat mencapai tinggi 15–20 m dengan cara memanjat tanaman lainnya, walaupun ada beberapa spesies yang tidak memanjat. Pada ujung [[daun]] terdapat [[sulur]] yang dapat termodifikasi membentuk kantong, yaitu alat [[perangkap]] yang digunakan untuk memakan mangsanya (misalnya [[serangga]], [[pacet]], anak [[Kodok dan katak|kodok]]) yang masuk ke dalam.<ref name="Barthlott 2007">Witarto,A.B. 2006. Protein Pencerna di Kantong Semar.Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. <nowiki>http://www.lipi.go.id</nowiki></ref> Kantong semar memiliki cairan pada bagian daun untuk menarik perhatian dan menjebak serangga untuk mangsanya. Dinding daun mengeluarkan nektar untuk memikat serangga. Serangga yang terpikat oleh nektar akan tergelincir dan terjatuh kedalam cairan yang ada padda dasar daun dan cairan ini akan menguraikan dan melarutkan serangga yang kemudian akan diserap oleh tubuh kantong semar <ref name="Sarawak" /> |
||
[[Berkas:Nepenthes ampullaria climbing stem.jpg|thumb|left|''N. ampullaria'' dengan batang memanjat dan kantong roset.]] |
[[Berkas:Nepenthes ampullaria climbing stem.jpg|thumb|left|''N. ampullaria'' dengan batang memanjat dan kantong roset.]] |
||
Pada umumnya, Nepenthes memiliki tiga macam bentuk kantong, yaitu kantong atas, kantong bawah, dan kantong roset. Kantong atas adalah kantong dari tanaman dewasa, biasanya berbentuk corong atau silinder, tidak memiliki sayap, tidak mempunyai warna yang menarik, bagian sulur menghadap ke belakang dan dapat melilit ranting tanaman lain, kantong atas lebih sering menangkap hewan yang terbang seperti nyamuk atau lalat, kantong jenis ini jarang bahkan tidak ditemui pada beberapa spesies, contohnya ''N. ampullaria''. Kantong bawah adalah kantong yang dihasilkan pada bagian tanaman muda yang biasanya tergelatak di atas tanah, memiliki dua sayap yang berfungsi sebagai alat bantu bagi serangga tanah seperti semut untuk memanjat mulut kantong dan akhirnya tercebur dalam cairan berenzim di dalamnya, adapun kantong roset, memiliki bentuk yang sama seperti kantong bawah, namun kantong roset tumbuh pada bagian daun berbentuk roset, contoh spesies yang memiliki kantong jenis ini adalah ''N. ampullaria'' dan ''N. gracilis''. Beberapa tanaman terkadang mengeluarkan kantong tengah yang berbentuk seperti campuran kantong bawah dan kantong atas. |
Pada umumnya, Nepenthes memiliki tiga macam bentuk kantong, yaitu kantong atas, kantong bawah, dan kantong roset. Kantong atas adalah kantong dari tanaman dewasa, biasanya berbentuk corong atau silinder, tidak memiliki sayap, tidak mempunyai warna yang menarik, bagian sulur menghadap ke belakang dan dapat melilit ranting tanaman lain, kantong atas lebih sering menangkap hewan yang terbang seperti nyamuk atau lalat, kantong jenis ini jarang bahkan tidak ditemui pada beberapa spesies, contohnya ''N. ampullaria''. Kantong bawah adalah kantong yang dihasilkan pada bagian tanaman muda yang biasanya tergelatak di atas tanah, memiliki dua sayap yang berfungsi sebagai alat bantu bagi serangga tanah seperti semut untuk memanjat mulut kantong dan akhirnya tercebur dalam cairan berenzim di dalamnya, adapun kantong roset, memiliki bentuk yang sama seperti kantong bawah, namun kantong roset tumbuh pada bagian daun berbentuk roset, contoh spesies yang memiliki kantong jenis ini adalah ''N. ampullaria'' dan ''N. gracilis''. Beberapa tanaman terkadang mengeluarkan kantong tengah yang berbentuk seperti campuran kantong bawah dan kantong atas. |
||
⚫ | |||
⚫ | |||
{{Main|Daftar spesies nepenthes berdasarkan distribusinya}} |
{{Main|Daftar spesies nepenthes berdasarkan distribusinya}} |
||
Sekitar [[Daftar spesies nepenthes berdasarkan distribusinya|160 spesies]] of ''Nepenthes'' yang diakui secara resmi pada saat ini, merupakan peningkatan jumlah secara cepat, dengan beberapa spesies baru yang didefinisikan setiap tahun.<ref name=Sarawak>Clarke, C.M. & C.C. Lee 2004. ''Pitcher Plants of Sarawak''. Natural History Publications (Borneo), Kota Kinabalu.</ref> |
* Sekitar [[Daftar spesies nepenthes berdasarkan distribusinya|160 spesies]] of ''Nepenthes'' yang diakui secara resmi pada saat ini, merupakan peningkatan jumlah secara cepat, dengan beberapa spesies baru yang didefinisikan setiap tahun.<ref name="Sarawak">Clarke, C.M. & C.C. Lee 2004. ''Pitcher Plants of Sarawak''. Natural History Publications (Borneo), Kota Kinabalu.</ref> |
||
== penyebaran == |
|||
* Kantong semar tumbuh dan tersebar dari Australia bagian utara, Asia Tenggara, Hingga Cina bagian Selatan. Indonesia memiliki pulau Kalimantan dan Sumatra sebagai habitat tanaman kantong semar. Dari 64 jenis yang hidup di Indonesia, 32 jenis terdapat Borneo (kalimantan, Serawak, sabah dan Brunei). Pulau Sumatra dengan 29 jenis yang sudah berhasill diidentifikasi. Ditemukan disulawesi 10 jenis, Papua 9 jenis, Maluku 4 jenis dan Jawa 2 jenis <ref name="Barthlott 2007" /> |
|||
== Habitat == |
== Habitat == |
||
Baris 42: | Baris 43: | ||
Kebanyakan spesies tumbuh di tempat dengan kelembaban tinggi dan cahaya dengan tingkat menengah hingga tinggi. Beberapa spesies seperti ''N. ampullaria'' tumbuh di tempat yang teduh dengan tidak terlalu banyak cahaya, sedangkan ''N. mirabilis'' tumbuh ditempat yang terbuka dengan cahaya yang berlimpah. Tanah tempat tumbuh nepenthes biasanya miskin hara dan asam. Beberapa spesies tumbuh di tempat yang sangat beracun bagi tanaman lain seperti ''N. rajah'' yang tumbuh pada tanah dengan kandungan logam berat dan ''N. albomarginata'' yang tumbuh pada pantai berpasir di zona yang terkena siraman air laut, beberapa spesies tumbuh epifit seperti ''N. inermis'' yang tumbuh tanpa bersentuhan dengan tanah.<ref name="Barthlott 2007" /> |
Kebanyakan spesies tumbuh di tempat dengan kelembaban tinggi dan cahaya dengan tingkat menengah hingga tinggi. Beberapa spesies seperti ''N. ampullaria'' tumbuh di tempat yang teduh dengan tidak terlalu banyak cahaya, sedangkan ''N. mirabilis'' tumbuh ditempat yang terbuka dengan cahaya yang berlimpah. Tanah tempat tumbuh nepenthes biasanya miskin hara dan asam. Beberapa spesies tumbuh di tempat yang sangat beracun bagi tanaman lain seperti ''N. rajah'' yang tumbuh pada tanah dengan kandungan logam berat dan ''N. albomarginata'' yang tumbuh pada pantai berpasir di zona yang terkena siraman air laut, beberapa spesies tumbuh epifit seperti ''N. inermis'' yang tumbuh tanpa bersentuhan dengan tanah.<ref name="Barthlott 2007" /> |
||
== Manfaat == |
|||
* sebagai tanaman hias |
|||
* sebagai obat tradisional |
|||
* cairan dalam kantong muda yang masih menutup digunakan sebagai obat batuk, mata dan mengobati luka bakar. |
|||
* batangnya sebagai tali pengikat,sangkar burung dan pagar. |
|||
* kantongnya dapat digunakan untuk membungkus ketupat.<ref name=":0" /> |
|||
== Simbiosis dengan kelelawar == |
== Simbiosis dengan kelelawar == |
||
Kelelawar berbulu wol (genus [[Kerivoula]]) diketahui bersimbiosis dengan kantong semar. kelelawar tersebut tidur di dalamnya sambil melindungi diri dari [[serangga]] yang akan tergelincir jatuh ke dalam kantong semar. Selain itu, kotoran kelelawar juga bernutrisi bagi kantong semar.<ref>{{cite web |title = Simbiose Unik Kelelawar Borneo |url = http://www.dw.de/simbiose-unik-kelelawar-borneo/a-16692188 |accessdate = 22 September 2013 |first1 = Hannah |last1 = Fuchs |year = 2013 |website = DW.DE |language = Inggris |editor1-first = Agus |editor2-last = |
Kelelawar berbulu wol (genus [[Kerivoula]]) diketahui bersimbiosis dengan kantong semar. kelelawar tersebut tidur di dalamnya sambil melindungi diri dari [[serangga]] yang akan tergelincir jatuh ke dalam kantong semar. Selain itu, kotoran kelelawar juga bernutrisi bagi kantong semar.<ref name=":0">{{cite web |title = Simbiose Unik Kelelawar Borneo |url = http://www.dw.de/simbiose-unik-kelelawar-borneo/a-16692188 |accessdate = 22 September 2013 |first1 = Hannah |last1 = Fuchs |year = 2013 |website = DW.DE |language = Inggris |editor1-first = Agus |editor2-last = Legowo |editor2-first = Vidi }}</ref> |
||
== Lihat pula == |
== Lihat pula == |
||
Baris 52: | Baris 60: | ||
{{reflist}} |
{{reflist}} |
||
== |
== fvnhdhBacaan lebih lanjut == |
||
{{refbegin|2}} |
{{refbegin|2}} |
||
* Amagase, S., S. Nakayama & A. Tsugita 1969. Acid protease in ''Nepenthes''. II. Study on the specificity of nepenthesin. ''The Journal of Biochemistry'' '''66'''(4): 431–439. |
* Amagase, S., S. Nakayama & A. Tsugita 1969. Acid protease in ''Nepenthes''. II. Study on the specificity of nepenthesin. ''The Journal of Biochemistry'' '''66'''(4): 431–439. |
Revisi per 26 Oktober 2017 08.42
Kantong semar | |
---|---|
Kantong atas dari Nepenthes edwardsiana | |
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | |
Divisi: | |
Kelas: | |
Ordo: | |
Famili: | Nepenthaceae Dumort. (1829)
|
Genus: | Nepenthes L. (1753)
|
Diversitas | |
~135 spesies | |
Distribusi global Nepenthes. | |
Sinonim | |
|
Genus Nepenthes (Kantong semar, bahasa Inggris: Tropical pitcher plant), yang termasuk dalam familia monotipik, terdiri dari 130 spesies dan belum termasuk hibrida alami maupun buatan. Genus ini merupakan tumbuhan karnivora di kawasan tropis Dunia Lama, kini meliputi negara Indonesia , Republik Rakyat Tiongkok bagian selatan, Indochina, Malaysia, Filipina, Madagaskar bagian barat, Seychelles, Kaledonia Baru, India, Sri Lanka, dan Australia. Habitat dengan spesies terbanyak ialah di pulau Borneo dan Sumatra.
Ciri fisik
Tumbuhan ini dapat mencapai tinggi 15–20 m dengan cara memanjat tanaman lainnya, walaupun ada beberapa spesies yang tidak memanjat. Pada ujung daun terdapat sulur yang dapat termodifikasi membentuk kantong, yaitu alat perangkap yang digunakan untuk memakan mangsanya (misalnya serangga, pacet, anak kodok) yang masuk ke dalam.[1] Kantong semar memiliki cairan pada bagian daun untuk menarik perhatian dan menjebak serangga untuk mangsanya. Dinding daun mengeluarkan nektar untuk memikat serangga. Serangga yang terpikat oleh nektar akan tergelincir dan terjatuh kedalam cairan yang ada padda dasar daun dan cairan ini akan menguraikan dan melarutkan serangga yang kemudian akan diserap oleh tubuh kantong semar [2]
Pada umumnya, Nepenthes memiliki tiga macam bentuk kantong, yaitu kantong atas, kantong bawah, dan kantong roset. Kantong atas adalah kantong dari tanaman dewasa, biasanya berbentuk corong atau silinder, tidak memiliki sayap, tidak mempunyai warna yang menarik, bagian sulur menghadap ke belakang dan dapat melilit ranting tanaman lain, kantong atas lebih sering menangkap hewan yang terbang seperti nyamuk atau lalat, kantong jenis ini jarang bahkan tidak ditemui pada beberapa spesies, contohnya N. ampullaria. Kantong bawah adalah kantong yang dihasilkan pada bagian tanaman muda yang biasanya tergelatak di atas tanah, memiliki dua sayap yang berfungsi sebagai alat bantu bagi serangga tanah seperti semut untuk memanjat mulut kantong dan akhirnya tercebur dalam cairan berenzim di dalamnya, adapun kantong roset, memiliki bentuk yang sama seperti kantong bawah, namun kantong roset tumbuh pada bagian daun berbentuk roset, contoh spesies yang memiliki kantong jenis ini adalah N. ampullaria dan N. gracilis. Beberapa tanaman terkadang mengeluarkan kantong tengah yang berbentuk seperti campuran kantong bawah dan kantong atas.
- Taksonomi
- Sekitar 160 spesies of Nepenthes yang diakui secara resmi pada saat ini, merupakan peningkatan jumlah secara cepat, dengan beberapa spesies baru yang didefinisikan setiap tahun.[2]
penyebaran
- Kantong semar tumbuh dan tersebar dari Australia bagian utara, Asia Tenggara, Hingga Cina bagian Selatan. Indonesia memiliki pulau Kalimantan dan Sumatra sebagai habitat tanaman kantong semar. Dari 64 jenis yang hidup di Indonesia, 32 jenis terdapat Borneo (kalimantan, Serawak, sabah dan Brunei). Pulau Sumatra dengan 29 jenis yang sudah berhasill diidentifikasi. Ditemukan disulawesi 10 jenis, Papua 9 jenis, Maluku 4 jenis dan Jawa 2 jenis [1]
Habitat
Tanaman ini memiliki penyebaran yang sangat luas dari pinggir pantai sampai dataran tinggi, karena inilah nepenthes dibagi dalam dua jenis yaitu jenis dataran tinggi dan jenis dataran rendah, walau kebanyakan spesies tumbuh di dataran tinggi. Spesies yang tercatat tumbuh di ketinggian paling tinggi adalah N. lamii yaitu di ketinggian 3,520 m.[1][3]
Kebanyakan spesies tumbuh di tempat dengan kelembaban tinggi dan cahaya dengan tingkat menengah hingga tinggi. Beberapa spesies seperti N. ampullaria tumbuh di tempat yang teduh dengan tidak terlalu banyak cahaya, sedangkan N. mirabilis tumbuh ditempat yang terbuka dengan cahaya yang berlimpah. Tanah tempat tumbuh nepenthes biasanya miskin hara dan asam. Beberapa spesies tumbuh di tempat yang sangat beracun bagi tanaman lain seperti N. rajah yang tumbuh pada tanah dengan kandungan logam berat dan N. albomarginata yang tumbuh pada pantai berpasir di zona yang terkena siraman air laut, beberapa spesies tumbuh epifit seperti N. inermis yang tumbuh tanpa bersentuhan dengan tanah.[1]
Manfaat
- sebagai tanaman hias
- sebagai obat tradisional
- cairan dalam kantong muda yang masih menutup digunakan sebagai obat batuk, mata dan mengobati luka bakar.
- batangnya sebagai tali pengikat,sangkar burung dan pagar.
- kantongnya dapat digunakan untuk membungkus ketupat.[4]
Simbiosis dengan kelelawar
Kelelawar berbulu wol (genus Kerivoula) diketahui bersimbiosis dengan kantong semar. kelelawar tersebut tidur di dalamnya sambil melindungi diri dari serangga yang akan tergelincir jatuh ke dalam kantong semar. Selain itu, kotoran kelelawar juga bernutrisi bagi kantong semar.[4]
Lihat pula
Referensi
- ^ a b c d Witarto,A.B. 2006. Protein Pencerna di Kantong Semar.Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. http://www.lipi.go.id
- ^ a b Clarke, C.M. & C.C. Lee 2004. Pitcher Plants of Sarawak. Natural History Publications (Borneo), Kota Kinabalu.
- ^ Jebb, M.; Cheek, M. (1997). "A skeletal revision of Nepenthes (Nepenthaceae)". Blumea. 42: 1–106.
- ^ a b Fuchs, Hannah (2013). Legowo, Vidi, ed. "Simbiose Unik Kelelawar Borneo". DW.DE (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 22 September 2013.
fvnhdhBacaan lebih lanjut
- Amagase, S., S. Nakayama & A. Tsugita 1969. Acid protease in Nepenthes. II. Study on the specificity of nepenthesin. The Journal of Biochemistry 66(4): 431–439.
- Athauda, S.B.P., K. Matsumoto, S. Rajapakshe, M. Kuribayashi, M. Kojima, N. Kubomura-Yoshida, A. Iwamatsu, C. Shibata, H. Inoue & K. Takahashi 2004. Enzymatic and structural characterization of nepenthesin, a unique member of a novel subfamily of aspartic proteinases.PDF (1.32 MB) (manuscript BJ20031575) Biochemical Journal 381(1): 295–306. doi:10.1042/BJ20031575
- Bauer, U., Bohn, H.F. & Federle, W. 2008. Harmless nectar source or deadly trap: Nepenthes pitchers are activated by rain, condensation and nectar.PDF Proceedings of the Royal Society B 275(1632): 259-265.
- Beaver, R.A. 1979. Biological studies of the fauna of pitcher plants Nepenthes in west Malaysia. Annales de la Société Entomologique de France 15: 3–17.
- Beaver, R.A. 1983. The communities living in Nepenthes pitcher plants: fauna and food webs. In: J.H. Frank & L.P. Lounibos (eds.) Phytotelmata: Plants as Hosts for Aquatic Insect Communities. Plexus Publishing, New Jersey. pp. 129–159.
- Beaver, R.A. 1985. Geographical variation in food web structure in Nepenthes pitcher plants. Ecological Entomology 10: 241–248.
- Beekman, E.M. 2004. A Note on the Priority of Rumphius' Observation of Decapod Crustacea Living In Nepenthes. Crustaceana 77(8): 1019–1021. doi:10.1163/1568540042781748
- Bohn, H.F. & W. Federle 2004. Insect aquaplaning: Nepenthes pitcher plants capture prey with the peristome, a fully wettable water-lubricated anisotropic surface.PDF (547 KB) Proceedings of the National Academy of Sciences 101(39): 14138–14143. doi:10.1073/pnas.0405885101
- (Prancis) Boulay, J. 1997. Les Nepenthes. Dionée 38.
- Carlquist, S. 1981. Wood Anatomy of Nepenthaceae. Bulletin of the Torrey Botanical Club 108(3): 324–330. doi:10.2307/2484711
- Chia, T.F., H.H. Aung, A.N. Osipov, N.K. Goh & L.S. Chia 2004. Carnivorous pitcher plant uses free radicals in the digestion of prey. Redox Report 9(5): 255–261. doi:10.1179/135100004225006029
- Edwards, P. 2005. Growing Nepenthes – Part 1.PDF Victorian Carnivorous Plant Society Journal 75: 6–8.
- Edwards, P. 2005. Growing Nepenthes – Part 2.PDF Victorian Carnivorous Plant Society Journal 76: 6–9.
- Frazier, C.K. 2000. The Enduring Controversies Concerning the Process of Protein Digestion in Nepenthes. Carnivorous Plant Newsletter 29(2): 56–61.
- Jenkin, A. 2005. Nepenthes pollination.PDF Victorian Carnivorous Plant Society Journal 75: 12–13.
- Jennings, D.E. & JR. Rohr 2011. A review of the conservation threats to carnivorous plants. Biological Conservation, published online on April 3, 2011. doi:10.1016/j.biocon.2011.03.013
- Meimberg, H., A. Wistuba, P. Dittrich & G. Heubl 2001. Molecular Phylogeny of Nepenthaceae Based on Cladistic Analysis of Plastid trnK Intron Sequence Data. Plant Biology (Stuttgart, Germany) 3: 164–175. doi:10.1055/s-2001-12897
- Mithöfer, A. 2010. Carnivorous pitcher plants: insights in an old topic. Phytochemistry, published online on December 22, 2010. doi:10.1016/j.phytochem.2010.11.024
- Mokkamul, P., A. Chaveerach, R. Sudmoon & T. Tanee 2007. Species Identification and Sex Determination of the Genus Nepenthes (Nepenthaceae).PDF (702 KB) Pakistan Journal of Biological Sciences 10(4): 561–567. doi:10.3923/pjbs.2007.561.567
- Moran, J.A., W.E. Booth & J.K. Charles 1999. Aspects of Pitcher Morphology and Spectral Characteristics of Six Bornean Nepenthes Pitcher Plant Species: Implications for Prey Capture.PDF (187 KB) Annals of Botany 83: 521–528.
- Nosonovsky, M. 2011. Materials science: slippery when wetted. Nature 477: 412–413. doi:10.1038/477412a
- Osunkoya, O.O., S.D. Daud, B. Di-Giusto, F.L. Wimmer & T.M. Holige 2007. Construction Costs and Physico-chemical Properties of the Assimilatory Organs of Nepenthes Species in Northern Borneo. Annals of Botany 99(5): 895–906. doi:10.1093/aob/mcm023
- Pavlovič, A., E. Masarovičová & J. Hudák 2007. Carnivorous Syndrome in Asian Pitcher Plants of the Genus Nepenthes. Annals of Botany 100(3): 527–536. doi:10.1093/aob/mcm145
- Poppinga, S., K. Koch, H.F. Bohn & W. Barthlott 2010. Comparative and functional morphology of hierarchically structured anti-adhesive surfaces in carnivorous plants and kettle trap flowers. Functional Plant Biology 37(10): 952–961. doi:10.1071/FP10061
- Riedel, M., A. Eichner, H. Meimberg & R. Jetter 2007. Chemical composition of epicuticular wax crystals on the slippery zone in pitchers of five Nepenthes species and hybrids. Planta 225(6): 1517–1534. doi:10.1007/s00425-006-0437-3
- Schulze, W., W.B. Frommer & J.M. Ward 1999. Transporters for ammonium, amino acids and peptides are expressed in pitchers of the carnivorous plant Nepenthes.PDF The Plant Journal 17(6): 637–646. doi:10.1046/j.1365-313x.1999.00414.x
- Vines, S.H. 1876. On the Digestive Ferment of Nepenthes. Journal of Anatomy and Physiology 11(1): 124–127.
- Wong, T.-S., S.H. Kang, S.K.Y. Tang, E.J. Smythe, B.D. Hatton, A. Grinthal & J. Aizenberg 2011. Bioinspired self-repairing slippery surfaces with pressure-stable omniphobicity. Nature 477: 443–447. doi:10.1038/nature10447
Pranala luar
- (Inggris) "The Enduring Controversies Concerning the Process of Protein Digestion in Nepenthes"
- (Inggris) The Families of Flowering Plants
- (Inggris) Nepenthes – the Monkey Cups from the Botanical Society of America
- (Inggris) Photographs of Nepenthes in their natural habitats by Joachim Nerz
- (Inggris) Nepenthes photographs at the Carnivorous Plant Photo Finder
- (Inggris) A video about Nepenthes from The Private Life of Plants
- (Inggris) The Carnivorous Plant FAQ: Nepenthes by Barry Rice
- (Inggris) Evolution -- Nepenthes Phylogeny from the International Carnivorous Plant Society
- (Indonesia) Indonesia Nepenthes Forum
- (Indonesia) Tumbuhan Indonesia