Lompat ke isi

Perang Batak: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Suntingan 180.244.137.194 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh 36.69.143.205
Tag: Pengembalian
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 0 sources and tagging 1 as dead.) #IABot (v2.0.8
Baris 26: Baris 26:


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
* [http://www.e-dukasi.net/mol/mo_full.php?moid=104&fname=sej201_24.htm Perang Tapanuli 1878-1907], e-dukasi.net
* [http://www.e-dukasi.net/mol/mo_full.php?moid=104&fname=sej201_24.htm Perang Tapanuli 1878-1907]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}, e-dukasi.net


{{sejarah-indo-stub}}
{{sejarah-indo-stub}}

Revisi per 18 Mei 2021 16.21

Perang Batak

Pasukan Perang Batak dengan senjatanya
Tanggal1878-1907
LokasiTapanuli Utara, Indonesia
Hasil Kemenangan Belanda
Pihak terlibat
Belanda Kerajaan Batak
Tokoh dan pemimpin
Van Daalen Sisingamangaraja XII  

Perang Batak (1878-1907), merupakan perang antara Kerajaan Batak melawan Belanda. Perang ini berlangsung selama 29 tahun.

Alasan meletusnya perang ini adalah:

Perang meletus setelah Belanda menempatkan pasukannya di Tarutung, dengan tujuan untuk melindungi penyebar agama Kristen yang tergabung dalam Rhijnsnhezending, dengan tokoh penyebarnya Nommensen (orang Jerman). Raja Sisingamangaraja XII memutuskan untuk menyerang kedudukan Belanda di Tarutung. Perang berlangsung selama tujuh tahun di daerah Tapanuli Utara, seperti di Bahal Batu, Siborong-borong, Balige Laguboti dan Lumban Julu.

Pada tahun 1894, Belanda melancarkan serangan untuk menguasai Bakkara, pusat kedudukan dan pemerintahan Kerajaan Batak. Akibat penyerangan ini, Sisingamangaraja XII terpaksa pindah ke Dairi Pakpak. Pada tahun 1904, pasukan Belanda, di bawah pimpinan Van Daalen dari Aceh Tengah, melanjutkan gerakannya ke Tapanuli Utara, sedangkan di Medan didatangkan pasukan lain. Pada tahun 1907, Pasukan Marsose di bawah pimpinan Kapten Hans Christoffel berhasil menangkap Boru Sagala, istri Sisingamangaraja XII serta dua orang anaknya, sementara itu Sisingamangaraja XII dan para pengikutnya berhasil melarikan diri ke hutan Simsim. Ia menolak tawaran untuk menyerah, dan dalam pertempuran tanggal 17 Juni 1907, Sisingamangaraja XII gugur bersama dengan putrinya Lopian dan dua orang putranya Sutan Nagari dan Patuan Anggi. Gugurnya Sisingamangaraja XII menandai berakhirnya Perang Batak.

Pranala luar