Kue satu: Perbedaan antara revisi
Tag: kemungkinan perlu pemeriksaan terjemahan VisualEditor |
|||
Baris 3: | Baris 3: | ||
| image = Kue satu 2.JPG |
| image = Kue satu 2.JPG |
||
| image_size = 240px |
| image_size = 240px |
||
| caption = Kue |
| caption = Kue Satu |
||
| alternate_name = Kue koya |
| alternate_name = Kue koya |
||
| country = [[Indonesia]] |
| country = [[Indonesia]] |
||
Baris 11: | Baris 11: | ||
| course = Makanan ringan |
| course = Makanan ringan |
||
| served = Suhu ruangan |
| served = Suhu ruangan |
||
| main_ingredient = [[Kacang |
| main_ingredient = [[Kacang hijau]], gula bubuk |
||
| variations = kue koya kacang tanah |
| variations = kue koya kacang tanah |
||
| calories = |
| calories = |
||
Baris 17: | Baris 17: | ||
}} |
}} |
||
'''Kue satu''' (di [[Jawa Barat]] dan [[Jakarta]]) atau '''kue koya''' (di [[Jawa Tengah]] dan [[Jawa Timur]]) adalah sebuah [[kue]] kering tradisional populer yang berwarna putih yang renyah saat digigit. Makanan ini populer |
'''Kue satu''' (di [[Jawa Barat]] dan [[Jakarta]]) atau '''kue koya''' (di [[Jawa Tengah]] dan [[Jawa Timur]]) adalah sebuah [[kue]] kering tradisional populer yang berwarna putih yang renyah saat digigit. Makanan ini populer namun asal-usulnya tidak banyak diketahui orang. |
||
Kue satu terbuat dari |
Kue satu terbuat dari [[kacang tanah|kacang hijau]] tanpa kulit dan gula. Warna putih terjadi setelah kacang hijau dijemur atau dioven. Makanan tersebut umumnya ditemukan sebagai kue tradisional di Indonesia, khususnya di [[pulau Jawa]]. Di Indonesia, kue tersebut biasanya disajikan pada hari-hari raya, seperti [[Lebaran]], [[Natal]] dan [[Imlek]]. |
||
Kue tersebut diyakini berasal dari |
Kue tersebut diyakini berasal dari koleksi kuliner [[Tionghoa Indonesia|Tionghoa Peranakan]]. Nama "Sa" & "Tu" (沙豆) dalam bahasa Tionghoa Peranakan berarti "Tepung" & "Kacang". Kata kiri menerangkan kata kanan. Kata kanan berperan utama. Jadi, kue "Tepung Kacang", berarti kue kacang berbentuk tepung. Disebut demikian karena bahan utamanya adalah kacang, yaitu kacang hijau, dalam bentuk tepung yang telah dipadatkan. Bisa dibandingkan dengan TauSa (Kacang Tepung) yaitu adonan tepung untuk mengisi kue lain (bakpao, dan lain-lain) yang terbuat dari kacang, yang juga populer di Indonesia. |
||
Kue satu populer karena rasanya yang enak, mudah lumer di mulut, awet disimpan lama meski tanpa bahan pengawet buatan, tanpa bahan kimia tambahan (selain yang umum ada di gula pasir atau gula halus), kandungan gizinya sangat baik, dan kaya serat. Ada juga yang menambahkan vanili sebagai pengharum. Vanili awalnya dari tumbuhan, baru belakangan muncul vanili sintetik dari bahan kimia. Penambahan vanili bisa diketahui dari aromanya. Biasanya itu dihindari karena akan menambah biaya produksi kue murah ini. |
|||
Produksi kue ini biasanya dikerjakan oleh keluarga sederhana di daerah pinggir kota atau pedesaan.Tenaga kerjanya melibatkan anggota keluarga dari nenek, ibu, sampai cucunya. Alat kerja utamanya adalah cetakan dari kayu (bukan aluminium seperti di pabrik kue). Dipanaskan dengan dijemur terik matahari. Bagi yang mampu, ditambah dengan oven kompor. Kemasannya dulu dari kertas (kertas kopi atau kertas minyak). Belakangan, dari plastik bening ukuran kecil. Hasil penjualannya untuk membiayai kelangsungan hidup keluarga. Itu dilakukan turun temurun bergenerasi-generasi. Dalam perkembangan jaman, makin banyak yang ikut membuatnya, termasuk industri skala menengah yang memakai kemasan yang lebih bagus. |
|||
== Referensi == |
== Referensi == |
Revisi per 14 November 2021 14.58
Kue satu | |
---|---|
Nama lain | Kue koya |
Jenis | Kue kering |
Sajian | Makanan ringan |
Tempat asal | Indonesia |
Daerah | Jawa Barat, Jakarta, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur |
Suhu penyajian | Suhu ruangan |
Bahan utama | Kacang hijau, gula bubuk |
Variasi | kue koya kacang tanah |
Sunting kotak info • L • B | |
Kue satu (di Jawa Barat dan Jakarta) atau kue koya (di Jawa Tengah dan Jawa Timur) adalah sebuah kue kering tradisional populer yang berwarna putih yang renyah saat digigit. Makanan ini populer namun asal-usulnya tidak banyak diketahui orang.
Kue satu terbuat dari kacang hijau tanpa kulit dan gula. Warna putih terjadi setelah kacang hijau dijemur atau dioven. Makanan tersebut umumnya ditemukan sebagai kue tradisional di Indonesia, khususnya di pulau Jawa. Di Indonesia, kue tersebut biasanya disajikan pada hari-hari raya, seperti Lebaran, Natal dan Imlek.
Kue tersebut diyakini berasal dari koleksi kuliner Tionghoa Peranakan. Nama "Sa" & "Tu" (沙豆) dalam bahasa Tionghoa Peranakan berarti "Tepung" & "Kacang". Kata kiri menerangkan kata kanan. Kata kanan berperan utama. Jadi, kue "Tepung Kacang", berarti kue kacang berbentuk tepung. Disebut demikian karena bahan utamanya adalah kacang, yaitu kacang hijau, dalam bentuk tepung yang telah dipadatkan. Bisa dibandingkan dengan TauSa (Kacang Tepung) yaitu adonan tepung untuk mengisi kue lain (bakpao, dan lain-lain) yang terbuat dari kacang, yang juga populer di Indonesia.
Kue satu populer karena rasanya yang enak, mudah lumer di mulut, awet disimpan lama meski tanpa bahan pengawet buatan, tanpa bahan kimia tambahan (selain yang umum ada di gula pasir atau gula halus), kandungan gizinya sangat baik, dan kaya serat. Ada juga yang menambahkan vanili sebagai pengharum. Vanili awalnya dari tumbuhan, baru belakangan muncul vanili sintetik dari bahan kimia. Penambahan vanili bisa diketahui dari aromanya. Biasanya itu dihindari karena akan menambah biaya produksi kue murah ini.
Produksi kue ini biasanya dikerjakan oleh keluarga sederhana di daerah pinggir kota atau pedesaan.Tenaga kerjanya melibatkan anggota keluarga dari nenek, ibu, sampai cucunya. Alat kerja utamanya adalah cetakan dari kayu (bukan aluminium seperti di pabrik kue). Dipanaskan dengan dijemur terik matahari. Bagi yang mampu, ditambah dengan oven kompor. Kemasannya dulu dari kertas (kertas kopi atau kertas minyak). Belakangan, dari plastik bening ukuran kecil. Hasil penjualannya untuk membiayai kelangsungan hidup keluarga. Itu dilakukan turun temurun bergenerasi-generasi. Dalam perkembangan jaman, makin banyak yang ikut membuatnya, termasuk industri skala menengah yang memakai kemasan yang lebih bagus.