Lompat ke isi

Antiokhos yang Agung: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 33: Baris 33:
Antiokhos III adalah anggota dinasti Seleukia. Ayahnya adalah Seleukos II, raja Dinasti Seleukia yang berkuasa pada 246–225 SM. Ibunya adalah Laodike yang berasal dari keluarga bangsawan berpengaruh di kawasan Anatolia. Antiokhos III lahir sekitar 242 SM di dekat Susa di Persia. Kakak laki-lakinya, Seleukos III, adalah raja Dinasti Seleukia yang berkuasa pada 225–223 SM. Nama lahirnya mungkin bukan Antiokhos, kemungkinan dimulai dengan Ly-, menurut kronik Babilonia. Setelah Seleukos III mangkat, dia menjadi kaisar dengan nama takhta Antiokhos. Antiokhos III berada di Babil pada saat pembunuhan Seleukos III.
Antiokhos III adalah anggota dinasti Seleukia. Ayahnya adalah Seleukos II, raja Dinasti Seleukia yang berkuasa pada 246–225 SM. Ibunya adalah Laodike yang berasal dari keluarga bangsawan berpengaruh di kawasan Anatolia. Antiokhos III lahir sekitar 242 SM di dekat Susa di Persia. Kakak laki-lakinya, Seleukos III, adalah raja Dinasti Seleukia yang berkuasa pada 225–223 SM. Nama lahirnya mungkin bukan Antiokhos, kemungkinan dimulai dengan Ly-, menurut kronik Babilonia. Setelah Seleukos III mangkat, dia menjadi kaisar dengan nama takhta Antiokhos. Antiokhos III berada di Babil pada saat pembunuhan Seleukos III.


Antiokhos naik tahta ketika berusia 18 tahun, dengan keadaan negara yang tidak teratur. Tidak hanya Asia Kecil lepas dari kendali pusat, tetapi provinsi paling timur telah memisahkan diri, yakni [[Baktria]] di bawah [[Diodotos I]], juga [[Parthia]] di bawah [[Andragoras (satrap Seleukia)|Andragoras]] yang kemudian dikalahkan oleh kepala suku pengembara [[Arsak I dari Parthia|Arsakes]]. Pada 222 SM, wilayah Media dan Persia memberontak di bawah gubernur mereka, [[Molon]] dan Aleksander bersaudara. Di bawah pengaruh menteri Hermeias, Antiokhos III memimpin serangan ke Syria yang dikuasai Dinasti Ptolemaik alih-alih pergi sendiri untuk menghadapi pemberontak. Serangan terhadap Syria terbukti gagal, dan para jenderal yang dikirim untuk melawan Molon dan Aleksander menemui kegagalan. Hanya di Asia Kecil, pasukan Seleukia di bawah pimpinan sepupu Antiokhos III bernama Akhaios berhasil meraih kemenangan dengan mendorong kekuatan [[Pergamum]] kembali ke batas awalnya.
Ia naik tahta ketika berusia 18 tahun pada tahun 223 SM. Serangan pertamanya melawan Kerajaan Mesir (Dinasti Ptolemaik) tidak berhasil, tetapi pada tahun-tahun kemudian ia berhasil memperoleh kemenangan militer. Hal ini dinubuatkan oleh [[nabi]] [[Daniel]] dalam [[Alkitab Ibrani]] dan [[Perjanjian Lama]] di [[Alkitab]] [[Kristen]] dalam [[Daniel 11#Ayat 10-19|pasal 11 kitabnya]]. Gelar

''Agung'' dipakainya hanya sebentar. Ia juga memakai gelar "''Basileus Megas''" ([[bahasa Yunani]] untuk "Raja Agung"), yang biasanya dipakai untuk raja-raja Persia (="Syah").
[[Berkas:225fkr.jpg|jmpl|kiri|Wilayah Kerajaan Seleukia ketika Antiokhos III naik tahta.]]
[[Berkas:225fkr.jpg|jmpl|kiri|Wilayah Kerajaan Seleukia ketika Antiokhos III naik tahta.]]



Revisi per 7 Desember 2021 13.07

Antiokhos III yang Agung
Raja Dinasti Seleukia
Penguasa Asia
Raja Diraja Iran
Berkuasa223-187 SM
PendahuluSeleukos III Keraunos
PenerusSeleukos IV Philopator
Kelahiran241 SM
Babilonia, Mesopotamia
Kematian187 SM (54 tahun)
Susa
PasanganLaodike
Euboea dari Chalcis
KeturunanAntiokhos
Seleukos IV Philopator
Ardys
anak perempuan yang tak diketahui namanya
Laodike
Kleopatra I Syra
Antiokhis
Antiokhos IV Epiphanes
WangsaSeleukidai
AyahSeleukos II
IbuLaodike

Antiokhos III yang Agung, (Yunani Ἀντίoχoς Μέγας; ca. 241–187 SM) adalah Raja Diraja (Kaisar) Iran dari Dinasti Seleukia, berkuasa pada 223-187 SM. Dia mewarisi takhta dari saudaranya, Seleukos III Keraunos. Sepeninggalnya, takhta diwariskan pada putranya, Seleukos IV Philopator.

Naik takhta pada usia muda, Antiokhos adalah penguasa yang ambisius. Meskipun usaha awalnya dalam peperangan melawan Kerajaan Ptolemaik tidak berhasil, penaklukan pada tahun-tahun berikutnya membuktikan bahwa Antiokhos adalah penguasa Seleukia paling berhasil setelah Seleukos I sendiri.

Riwayat hidup

Antiokhos III adalah anggota dinasti Seleukia. Ayahnya adalah Seleukos II, raja Dinasti Seleukia yang berkuasa pada 246–225 SM. Ibunya adalah Laodike yang berasal dari keluarga bangsawan berpengaruh di kawasan Anatolia. Antiokhos III lahir sekitar 242 SM di dekat Susa di Persia. Kakak laki-lakinya, Seleukos III, adalah raja Dinasti Seleukia yang berkuasa pada 225–223 SM. Nama lahirnya mungkin bukan Antiokhos, kemungkinan dimulai dengan Ly-, menurut kronik Babilonia. Setelah Seleukos III mangkat, dia menjadi kaisar dengan nama takhta Antiokhos. Antiokhos III berada di Babil pada saat pembunuhan Seleukos III.

Antiokhos naik tahta ketika berusia 18 tahun, dengan keadaan negara yang tidak teratur. Tidak hanya Asia Kecil lepas dari kendali pusat, tetapi provinsi paling timur telah memisahkan diri, yakni Baktria di bawah Diodotos I, juga Parthia di bawah Andragoras yang kemudian dikalahkan oleh kepala suku pengembara Arsakes. Pada 222 SM, wilayah Media dan Persia memberontak di bawah gubernur mereka, Molon dan Aleksander bersaudara. Di bawah pengaruh menteri Hermeias, Antiokhos III memimpin serangan ke Syria yang dikuasai Dinasti Ptolemaik alih-alih pergi sendiri untuk menghadapi pemberontak. Serangan terhadap Syria terbukti gagal, dan para jenderal yang dikirim untuk melawan Molon dan Aleksander menemui kegagalan. Hanya di Asia Kecil, pasukan Seleukia di bawah pimpinan sepupu Antiokhos III bernama Akhaios berhasil meraih kemenangan dengan mendorong kekuatan Pergamum kembali ke batas awalnya.

Wilayah Kerajaan Seleukia ketika Antiokhos III naik tahta.

Ia menyebut diri sendiri "pemenang kemerdekaan Yunani atas dominasi Romawi" saat berperang melawan Republik Romawi di tanah Yunani pada musim gugur tahun 192 SM.[1][2] Namun pada tahun 191 SM, tentara Romawi di bawah pimpinan konsul Manius Acilius Glabrio mengalahkannya dalam Perang Thermopylae dan memaksanya mundur ke Asia Kecil. Tentara Romawi terus menyerang Anatolia, dan kemenangan telak Scipio Asiaticus dalam Pertempuran di Magnesia ad Sipylum (190 SM), setelah kalahnya Hannibal di laut dekat Side, membuat Republik Romawi menguasai Asia Kecil seluruhnya.

Berdasarkan "Perjanjian Apamea" (188 SM) raja Seleukia harus angkat kaki dari wilayah di utara pegunungan Taurus, yang diberikan oleh Republik Romawi kepada sekutu-sekutunya di sana. Akibat kekalahan ini, provinsi-provinsi di perbatasan luar Kerajaan Seleukia mulai melepaskan diri. Antiokhos melancarkan serangan baru ke bagian timur di Luristan, di mana ia gugur ketika menyerang sebuah kuil dewa Bel di Elymaïs, Persia, pada tahun 187 SM.[2]

Keluarga

Mata uang logam Antiokhos Agung. Tulisan Yunani berbunyi ΒΑΣΙΛΕΩΣ ΑΝΤΙΟΧΟΥ, Raja Antiokhos.

Pada tahun 222 SM, Antiokhos III menikah dengan Laodice III dari Pontus, putri raja Mithridates II dari Pontus dan Laodice II. Pasangan ini adalah saudara sepupu dari kakek yang sama, Antiokhos II Theos. Antiokhos dan Laodice mempunyai 8 anak (3 putra dan 5 putri):

  • Antiokhos (221 - 193 BC), putra mahkota dan raja bersama ayahnya dari tahun 210 - 193 SM
  • Seleukos IV Philopator (~220 - 175 SM), penerus tahta Antiokhos III
  • Ardys
  • putri yang tidak disebut namanya, pada tahun 206 SM bertunangan dengan Demetrius I dari Bactria.
  • Laodike IV, menikah dengan 3 saudara laki-lakinya berturutan dan menjadi Ratu Kerajaan Seleukia pada pernikahan ke-2 dan ke-3.
  • Kleopatra I Syra (~204 - 176 SM), pada tahun 193 SM menikah dengan Ptolemaios V Epiphanes, raja Mesir.
  • Antiokhis, pada tahun 194 SM menikah dengan Ariarathes IV, raja Kapadokia.
  • Antiokhos IV Epiphanes (nama waktu mudanya Mithridates) (215 - 164 SM), meneruskan tahta kakaknya Seleukos IV Philopator pada tahun 175 SM.

Laodice III mati sekitar tahun 191 SM. Kemudian pada tahun yang sama, Antiokhos III menikah lagi dengan Euboea dari Chalcis. Mereka tidak mempunyai anak.[3]

Hubungan dengan orang Yahudi

Antiokhos III menempatkan 2000 keluarga Yahudi dari Babel ke daerah berkebudayaan Yunani di Lydia dan Phrygia.[4] Sejarawan Flavius Yosefus menggambarkannya berlaku baik terhadap orang Yahudi dan menghargai kesetiaan mereka kepadanya dengan menurunkan pajak serta membiarkan mereka hidup "menurut hukum nenek moyang mereka".[5] Berlawanan sekali dengan putranya, Antiokhos IV, yang menindas orang Yahudi, menghina Bait Allah dan menyebabkan pemberontakan Makabe yang menjadi asal mula peringatan Hanukkah.

Referensi

  1. ^ Whitehorne, John Edwin George (1994). Cleopatras. Routledge. hlm. 84. ISBN 9780415058063. ...pada musim gugur tahun 192 SM mereka mendengar bahwa Antiokhos III telah menyeberang ke Yunani dengan tentaranya dan menyatakan diri sebagai pemenang kemerdekaan Yunani atas dominasi Romawi. 
  2. ^ a b Wilson. Nigel Guy (2006). Encyclopedia of ancient Greece. Routledge. hlm. 58. ISBN 9780415973342. ANTIOCHUS III THE GREAT c242-187 BC Seleucid king Antiochus III the Great was the sixth king (223-187 BC) … Antiochus landed on the mainland of Greece posing as a champion of Greek freedom against the Romans (192 BC). 
  3. ^ http://www.livius.org/am-ao/antiochus/antiochus_iii.html
  4. ^ Eerdmans Dictionary of the Bible. Amsterdam University Press. 2000. hlm. 61. ISBN 9789053565032. Jewish settlements in the interior of Asia Minor were known as early as the 3rd century BCE when Antiochus III resettled 2000 Jewish families from Babylonia into Lydia and Phrygia 
  5. ^ Flavius Yosefus. Antiquitates Iudaicae, Volume XII bab 3, bagian 3-4.

Lihat pula

Pranala luar

  • Antiochus III "the Great" di buku sejarah karangan Mahlon H. Smith
  • Bar-Kochva, B. (1976). The Seleucid Army. Cambridge: Cambridge University Press. 
  • Bevan, Edwyn Robert (1902). The House of Seleucus. London: Edward Arnolds. 
  • Cook, S. A.; Adcock, F. E.; Charlesworth, M. P., ed. (1928). The Cambridge Ancient History. 7 and 8. New York: Macmillan. 
  • Grabbe, Lester L. (1992). Judaism from Cyrus to Hadrian. Fortress Press.  Teks "Minneapolis" akan diabaikan (bantuan)
  • Kincaid, C. A. (1930). Successors of Alexander the Great. London: Pasmore and Co. 
  • Livy (1976). Bettenson, H, ed. Rome and the Mediterranean. London: Penguin Books. 
  • Rawlings, Hunter R. (1976). "Antiochus the Great and Rhodes, 197-191 BC". American Journal of Ancient History. 1: 2–28. 
  • Sherwin-White, Susan; Kuhrt, Amélie (1993). From Samarkhand to Sardis: A New Approach to the Seleucid Empire. Berkeley: University of California Press.