Sulawesi Tenggara: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 27: | Baris 27: | ||
| kecamatan = 219 |
| kecamatan = 219 |
||
| kelurahan = 377 |
| kelurahan = 377 |
||
| desa = |
| desa = 1.915 |
||
| suku = [[Suku Tolaki]] 36%<br /> [[Suku Buton]] 26%<br /> [[Suku Muna]] 19%<br /> [[Suku Moronene]] 10%<br /> [[Suku Wawonii]] 9%<br /> [[Lain Lain]] 10% |
| suku = [[Suku Tolaki]] 36%<br /> [[Suku Buton]] 26%<br /> [[Suku Muna]] 19%<br /> [[Suku Moronene]] 10%<br /> [[Suku Wawonii]] 9%<br /> [[Lain Lain]] 10% |
||
| agama = [[Islam]] 95,74%<br>[[Kristen]] 2,29%<br>— [[Kristen Protestan|Protestan]] 1,68%<br>— [[Katolik]] 0,61%<br>[[Hindu]] 1,90%<br /> [[Agama Buddha|Buddha]] 0,06%<br /> Lain-lain 0,01%<ref name="DUKCAPIL">{{cite web|url=https://gis.dukcapil.kemendagri.go.id/peta/|title=Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2021|website=www.dukcapil.kemendagri.go.id|accessdate=25 September 2021|format=visual}}</ref> |
| agama = [[Islam]] 95,74%<br>[[Kristen]] 2,29%<br>— [[Kristen Protestan|Protestan]] 1,68%<br>— [[Katolik]] 0,61%<br>[[Hindu]] 1,90%<br /> [[Agama Buddha|Buddha]] 0,06%<br /> Lain-lain 0,01%<ref name="DUKCAPIL">{{cite web|url=https://gis.dukcapil.kemendagri.go.id/peta/|title=Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2021|website=www.dukcapil.kemendagri.go.id|accessdate=25 September 2021|format=visual}}</ref> |
Revisi per 20 Desember 2021 01.03
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. |
Sulawesi Tenggara | |
---|---|
Motto: Inae Konasara Iye Pinesara Inae Liasara Iye Pinekasa (Siapa Yang Berbuat Baik, Anda Akan Hormati Dan Siapa Yang Berbuat Buruk Maka Akan Di Perlakuan Buruk) Bahasa Tolaki -
Bolimo Karo Somanamo Lipu Bahasa Wolio - Hansuru hansuru badha sumano kono hansuru liwu Bahasa Muna | |
Negara | Indonesia |
Dasar hukum pendirian | Undang-Undang No. 13 Tahun 1964[1] |
Tanggal | 27 April 1964 |
Ibu kota | Kota Kendari |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Pemerintahan | |
• Gubernur | Ali Mazi |
• Wakil Gubernur | Lukman Abunawas |
• Sekretaris Daerah | Nur Endang Abbas |
• Ketua DPRD | Abdulrahman Saleh |
Luas | |
• Total | 38.140 km2 (14,730 sq mi) |
Populasi (2020)[2] | |
• Total | 2.755.589 |
• Kepadatan | 72/km2 (190/sq mi) |
Demografi | |
• Agama | Islam 95,74% Kristen 2,29% — Protestan 1,68% — Katolik 0,61% Hindu 1,90% Buddha 0,06% Lain-lain 0,01%[3] |
• Bahasa | Indonesia (bahasa resmi) Tolaki, Moronene, Cia-cia, Wolio, Muna, Kulisusu, Bajo, Wakatobi, Culambacu |
• IPM | 71,66 (2021) tinggi[4] |
Zona waktu | UTC+08:00 (WITA) |
Kode pos | 93xxx |
Kode area telepon | Daftar
|
Kode ISO 3166 | ID-SG |
Pelat kendaraan | DT |
Kode Kemendagri | 74 |
Kode BPS | 74 |
DAU | Rp 1.639.676.883.000,- (2020)[5] |
Lagu daerah | Daftar
|
Flora resmi | Anggrek serat |
Fauna resmi | Anoa |
Situs web | sultraprov |
Sulawesi Tenggara (disingkat Sultra) adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak bagian tenggara pulau Sulawesi dengan ibu kota Kendari. Provinsi Sulawesi Tenggara terletak di Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi, secara geografis terletak di bagian selatan garis khatulistiwa di antara 02°45' – 06°15' Lintang Selatan dan 120°45' – 124°30' Bujur Timur serta mempunyai wilayah daratan seluas 38.140 km² (3.814.000 ha) dan perairan (laut) seluas 110.000 km² (11.000.000 ha).
Sejarah
Sulawesi Tenggara awalnya merupakan nama salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan dan Tenggara (Sulselra) dengan Baubau sebagai ibu kota kabupaten. Sulawesi Tenggara ditetapkan sebagai Daerah Otonom berdasarkan Perpu No. 2 tahun 1964 Juncto UU No.13 Tahun 1964.
Masa Kesultanan – Kerajaan Nusantara
Sulawesi Tenggara pada masa pemerintahan Negara Kesultanan – Kerajaan Nusantara hingga terbentuknya Kabupaten Sulawesi Tenggara pada tahun 1952, sebelumnya merupakan Afdeling. Onderafdeling ini kemudian dikenal dengan sebutan Onderafdeling Boeton Laiwoi dengan pusat Pemerintahannya di Bau-Bau. Onderafdeling Boeton Laiwui tersebut terdiri dari: Afdeling Boeton, Afdeling Muna, dan Afdeling Laiwui.
Onderafdeling secara konsepsional merupakan suatu wilayah administratif setingkat kawedanan yang diperintah oleh seorang (wedana bangsa Belanda) yang disebut Kontroleur (istilah ini kemudian disebut Patih) pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Sebuah onderafdeling terdiri atas beberapa landschap yang dikepalai oleh seorang hoofd dan beberapa distrik (kedemangan) yang dikepalai oleh seorang districthoofd atau kepala distrik setingkat asisten wedana.
Status Onderafdeling diberikan oleh pemerintah Hindia Belanda kepada daerah-daerah yang memiliki kekuasaan asli dan kedaulatan yang dihormati bahkan oleh pemerintah Hindia Belanda sendiri. Pengakuan kekuasaan ini diberikan karena daerah-daerah tersebut bukanlah daerah jajahan Belanda namun sebagai daerah yang memiliki jalinan hubungan dengan Belanda.
Dalam beberapa anggapan bahwa Onderafdeling merupakan jajahan kiranya tidaklah benar, karena dalam kasus Onderafdeling Boeton Laiwoi terdapat hubungan dominasi yang agak besar oleh Belanda sebagai pihak yang super power pada masa itu dengan Kesultanan dan Kerajaan di Sulawesi Tenggara khususnya Kesultanan Buton, sehingga diberikanlah status Onderafdeling Boeton Laiwoi.
Afdeling Kolaka pada waktu itu berada di bawah Onderafdeling Luwu (Sulawesi Selatan), kemudian dengan Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 1952 Sulawesi Tenggara menjadi satu Kabupaten, yaitu Kabupaten Sulawesi Tenggara dengan ibu Kotanya Baubau. Kabupaten Sulawesi Tenggara tersebut meliputi wilayah-wilayah bekas Onderafdeling Boeton Laiwui serta bekas Onderafdeling Kolaka dan menjadi bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan Tenggara dengan Pusat Pemerintahannya di Makassar.
Masa Orde Lama (1945-1965)
Melalui Undang-Undang No. 29 Tahun 1959, Kabupaten Sulawesi Tenggara dimekarkan menjadi empat kabupaten, yaitu: Kabupaten Buton, Kabupaten Kendari, Kabupaten Kolaka, dan Kabupaten Muna. Keempat daerah tingkat II tersebut masih merupakan bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan dan Tenggara. Sulitnya komunikasi perhubungan saat itu, antar Daerah Tingkat II se Sulawesi Selatan Tenggara dengan pusat Pemerintahan Provinsi di Makassar, menghambat pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan maupun pelaksanaan tugas pembangunan disamping gangguan pemberontakan DI/TII.
Daerah Sulawesi Tenggara terdiri dari wilayah daratan dan kepulauan yang cukup luas, memiliki berbagai hasil tambang yaitu aspal dan nikel, maupun sejumlah bahan galian lainya. Demikian pula potensi lahan pertanian cukup potensial untuk dikembangkan. Selain itu terdapat pula berbagai hasil hutan berupa rotan, damar serta berbagai hasil hutan lainnya. Atas pertimbangan ini tokoh–tokoh masyarakat Sulawesi Tenggara, membentuk Panitia Penuntut Daerah Otonom Tingkat I Sulawesi Tenggara. Tugas Panitia tersebut adalah memperjuangkan pembentukan Daerah Otonom Sulawesi Tenggara pada Pemerintah Pusat di Jakarta. Cita-cita tersebut tercapai dengan keluarnya Perpu No. 2 Tahun 1964 Sulawesi Tenggara yang menetapkan menjadi Daerah Otonom Tingkat I dengan ibu kotanya Kendari.
Realisasi pembentukan Daerah Tingkat I Sulawesi Tenggara dilakukan pada tanggal 27 April 1964, yaitu saat dilakukannya serah terima wilayah kekuasaan dari Gubernur Kepala Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tenggara, Kolonel Inf. A.A. Rifai kepada Pejabat Gubernur Kepala Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara, J. Wajong. Pada saat itu, Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Tenggara mulai berdiri sendiri terpisah dari Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan. Karena itu, tanggal 27 April 1964 adalah hari lahirnya Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Tenggara yang setiap tahun diperingati.
Masa Orde Baru (1965-1998)
Pada 3 Agustus 1995, dibentuk satu kota yaitu Kota Kendari, yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Kendari. Kabupaten Kendari sekarang bernama Kabupaten Konawe.
Masa Reformasi (1998-sekarang)
Pada 21 Juni 2001, dibentuk satu kota baru bernama Kota Baubau, yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Buton. Kemudian selanjutnya terbentuk beberapa kabupaten baru, antara lain:
- Kabupaten Bombana, pemekaran dari Kabupaten Buton (18 Desember 2003)
- Kabupaten Wakatobi, pemekaran dari Kabupaten Buton (18 Desember 2003)
- Kabupaten Kolaka Utara, pemekaran dari Kabupaten Kolaka (18 Desember 2003)
- Kabupaten Konawe Selatan, pemekaran dari Kabupaten Konawe (25 Februari 2003)
- Kabupaten Konawe Utara, pemekaran dari Kabupaten Konawe (2 Januari 2007)
- Kabupaten Buton Utara, pemekaran dari Kabupaten Muna (2 Januari 2007)
- Kabupaten Kolaka Timur, pemekaran dari Kabupaten Kolaka (14 Desember 2012)
- Kabupaten Konawe Kepulauan, dimekarkan dari Kabupaten Konawe (12 April 2013)
- Kabupaten Buton Tengah, dimekarkan dari Kabupaten Buton (Juli 2014)
- Kabupaten Buton Selatan, dimekarkan dari Kabupaten Buton (Juli 2014)
- Kabupaten Muna Barat, dimekarkan dari Kabupaten Muna (Juli 2014)
Setelah pemekaran, Sulawesi Tenggara mempunyai 15 kabupaten dan 2 kota. Saat ini Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki Kantor Penghubung Provinsi Sulawesi Tenggara pada Gedung Menara Global yang berlokasi di Jalan Gatot Subroto DKI Jakarta.
Pemerintahan
Daftar gubernur
Berikut merupakan daftar Gubernur Sulawesi Tenggara secara definitif sejak tahun 1964.[6][7] <onlyinclude>
Gubernur Sulawesi Tenggara | ||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Nomor urut | Gubernur | Potret | Partai | Awal | Akhir | Masa jabatan | Periode | Wakil | Ref. | |
1 | Jan Wayong | Independen | 27 April 1964 | 18 Juli 1965 | 1 tahun, 82 hari | I (1965) |
Lowong | |||
2 | Laode Hadi | Independen | 28 Juli 1965 | 5 Oktober 1966 | 1 tahun, 69 hari | II (1965) |
Jacob Silondae | |||
Konggoasa | ||||||||||
3 | Eddy Sabara (1927–1995) |
ABRI–Angkatan Darat | 24 April 1967 | 23 Juni 1978 | 11 tahun, 60 hari | III (1967) |
Lowong | |||
4 | Abdullah Silondae (1928–1981) |
Independen | 23 Juni 1978 | 1981 | 2–3 tahun | IV (1978) |
[ket. 1] | |||
5 | Alala (1937–2003) |
Independen | 23 September 1982 | 23 September 1987 | 5 tahun, 0 hari | V (1982) |
Zainal Arifin Sugianto | |||
23 September 1987 | 23 Desember 1992 | 5 tahun, 91 hari | VI (1987) |
|||||||
6 | Laode Kaimoeddin (1935–2009) |
Independen | 23 Desember 1992 | 23 Desember 1997 | 5 tahun, 0 hari | VII (1992) |
D. Muhiddin | |||
23 Desember 1997 | 18 Januari 2003 | 5 tahun, 26 hari | VIII (1997) |
Hoesein Effendy | [ket. 2] | |||||
7 | Ali Mazi (lahir 1961) |
Golkar | 18 Januari 2003 | 18 Januari 2008 | 5 tahun, 0 hari | IX (2003) |
Yusran A. Silondae | [ket. 3] | ||
8 | Nur Alam (lahir 1967) |
PAN | 18 Februari 2008 | 18 Februari 2013 | 5 tahun, 0 hari | X (2008) |
Saleh Lasata | |||
18 Februari 2013 | 18 Februari 2018[a] | 5 tahun, 0 hari | XI (2013) |
|||||||
(7) | Ali Mazi (lahir 1961) |
NasDem | 5 September 2018 | 5 September 2023 | 5 tahun, 0 hari | XII (2018) |
Lukman Abunawas |
- Catatan
- ^ Berstatus non-aktif dari 6 Juli 2017 hingga 18 Februari 2018, jabatan diisi oleh Pelaksana Tugas Saleh Lasata[9]
- Keterangan
- ^ Meninggal dunia saat menjabat
- ^ Masa jabatan diperpanjang akibat terjadinya kerusuhan pasca pemilihan Gubernur
- ^ Diaktifkan kembali melalui Keppres N.059/P/2007 pada jabatannya semula sebagai Gubernur Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) membuktikan bahwa Ali Mazi tidak pernah berbohong kepada publik dan masyarakat Sultra[8]
Dewan Perwakilan
DPRD Sulawesi Tenggara beranggotakan 45 orang yang dipilih melalui pemilihan umum setiap lima tahun sekali. Pimpinan DPRD Sulawesi Tenggara terdiri dari 1 Ketua dan 3 Wakil Ketua yang berasal dari partai politik pemilik jumlah kursi dan suara terbanyak. Anggota DPRD Sulawesi Tenggara yang sedang menjabat saat ini adalah hasil Pemilu 2019 yang dilantik pada 7 Oktober 2019 oleh Ketua Pengadilan Tinggi Sulawesi Tenggara, Charis Mardiyanto, di Gedung DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara.[10][11][12] Komposisi anggota DPRD Sulawesi Tenggara periode 2019-2024 terdiri dari 11 partai politik dimana Partai Amanat Nasional adalah partai politik pemilik kursi terbanyak yaitu 8 kursi, kemudian disusul oleh Partai Golkar yang meraih 7 kursi serta PDI Perjuangan, Partai Demokrat, dan Partai NasDem yang masing-masing meraih 5 kursi. Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Sulawesi Tenggara dalam tiga periode terakhir.[13][14][15]
Partai Politik | Jumlah Kursi dalam Periode | |||
---|---|---|---|---|
2014-2019 | 2019-2024 | 2024-2029 | ||
PKB | 1 | 3 | 3 | |
Gerindra | 4 | 4 | 5 | |
PDI-P | 5 | 5 | 6 | |
Golkar | 7 | 7 | 6 | |
NasDem | 3 | 5 | 6 | |
PKS | 5 | 4 | 4 | |
PPP | 2 | 2 | 3 | |
PAN | 9 | 8 | 3 | |
Hanura | 3 | 1 | 1 | |
Demokrat | 6 | 5 | 4 | |
PBB | 0 | 1 | 4 | |
Jumlah Anggota | 45 | 45 | 45 | |
Jumlah Partai | 10 | 11 | 11 |
Daftar kabupaten dan kota
Demografi
Jumlah Penduduk
Pada tahun 1990 jumlah penduduk Sulawesi Tenggara sekitar 1.349.619 jiwa. Kemudian tahun 2000 meningkat menjadi 1.776.292 jiwa dan berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional Badan Pusat Statistik tahun 2005 adalah sejumlah 1.959.414 jiwa.
Dari publikasi Proyeksi Penduduk Indonesia 2010–2035 disebutkan bahwa jumlah penduduk Sulawesi Tenggara berturut-turut (dalam ribuan) 2.243,6 (2010), 2.499,5 (2015), 2.755,6 (2020), 3.003,3 (2025), 3.237,7 (2030) dan 3.458,1 (2035).
Pertumbuhan Penduduk
Laju pertumbuhan penduduk Sulawesi Tenggara selama tahun 1990–2000 adalah 2,79% per tahun dan tahun 2004–2005 menjadi 0,02%.[butuh rujukan] Laju pertumbuhan penduduk menurut kabupaten selama kurun waktu 2004–2005 hanya kota Kendari dan Kabupaten Muna yang menunjukan pertumbuhan yang positif, yaitu 0,03 % dan 0,02 % per tahun, sedangkan kabupaten yang lain menunjukkan pertumbuhan negatif.
Struktur Penduduk
Struktur umur penduduk Sulawesi Tenggara pada tahun 2005, penduduk usia di bawah 15 tahun 700.433 jiwa (35,75%) dari total penduduk, sedangkan penduduk perempuan mencapai 984.987 jiwa (20.27%) dan penduduk laki-laki mencapai 974.427 jiwa (49,73%).
Jumlah penduduk tahun 1971–2010
Tahun | 1971 | 1980 | 1990 | 1995 | 2000 | 2010 | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Jumlah penduduk | 714.120 | 942.302 | 1.349.619 | 1.586.917 | 1.776.292 | 2.232.586 | ||||||
Sejarah kependudukan Sulawesi Tenggara Sumber:[17] |
Suku bangsa
Mayoritas penduduk yang mendiami provinsi Sulawesi Tenggara adalah suku asli setempat, termasuk yang paling banyak ialah suku Mandar, Mamasa, Galumpang, dan lainnya. Ada juga suku Bugis, Jawa, Bali dan suku Lainnya dari berbagai daerah di Indonesia. Berdasarkan data dari Sensus Penduduk Indonesia 2010, berikut ini komposisi etnis atau suku bangsa di provinsi Sulawesi Tenggara:[18]
No | Suku | Jumlah 2010 | % |
---|---|---|---|
1 | Asal Sulawesi* | 1.401.478 | 62,81% |
2 | Bugis | 496.410 | 22,25% |
3 | Jawa | 159.170 | 7,13% |
4 | Makassar | 59.301 | 2,66% |
6 | Bali | 49.411 | 2,21% |
7 | Sunda | 25.408 | 1,14% |
8 | Sasak | 6.857 | 0,31% |
9 | Maluku | 5.332 | 0,24% |
10 | Asal NTT | 4.877 | 0,22% |
11 | Tionghoa | 2.890 | 0,13% |
12 | Minahasa | 2.291 | 0,10% |
13 | Batak | 1.952 | 0,09% |
14 | Lainnya | 15.909 | 0,71% |
Provinsi Sulawesi Tenggara | 2.231.286 | 100% |
Catatan: *Suku asal Sulawesi dalam Sensus Penduduk Indonesia 2010, mencakup suku yang berasal dari Sulawesi Barat, termasuk suku Mandar, Mamasa, Buton, Muna, Tolaki, Galumpang, dan lainnya.
Bahasa
Bahasa resmi instansi pemerintahan di Sulawesi Tenggara adalah bahasa Indonesia. Hingga 2019, Badan Bahasa mencatat ada 14 bahasa daerah di Sulawesi Tenggara.[19] Keempat belas bahasa tersebut adalah: (1) Bajo, (2) Bali, (3) Cia-Cia, (4) Culambacu, (5) Jawa, (6) Kulisusu, (7) Lasalimu-Kamaru, (8) Morunene, (9) Muna, (10) Pulo, (11) Sasak, (12) Sunda, (13) Tolaki, dan (14) Wolio.[20]
Ekonomi
Komoditi
- Pertanian, meliputi: kakao, kacang mede, kelapa, cengkih, kopi, pinang lada dan vanili
- Kehutanan, meliputi: kayu gelondongan dan kayu gergajian
- Perikanan, meliputi: perikanan darat dan perikanan laut
- Peternakan, meliputi: sapi, kerbau dan kambing
- Pertambangan, meliputi: aspal,[21] nikel, emas, marmer, batu setengah permata, onix, batu gamping dan tanah liat
Referensi
- ^ http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/1433.pdf
- ^ "Data Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota 1971 - 2020". BPS. Diakses tanggal 2019-12-21.
- ^ "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2021" (visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 25 September 2021.
- ^ "Indeks Pembangunan Manusia Menurut Provinsi 2019-2021". www.bps.go.id. Diakses tanggal 26 November 2021.
- ^ "Rincian Alokasi Dana Alokasi Umum Provinsi/Kabupaten Kota Dalam APBN T.A 2020" (pdf). www.djpk.kemenkeu.go.id. (2020). Diakses tanggal 25 September 2021.
- ^ "Indonesian Provinces". World Statesmen. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-03-16. Diakses tanggal 9 Maret 2016.
- ^ "Sejarah Sultra". Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-10-16. Diakses tanggal 15 Oktober 2017.
- ^ "Ali Mazi Terbukti Tidak Bohong". Merdeka.com. 28 Juli 2007. Diakses tanggal 13 September 2018.[pranala nonaktif permanen]
- ^ "Mendagri Tunjuk Saleh Lasata Plt Gubernur Sultra". sultra.antaranews.com. 6 Juli 2017. Diakses tanggal 27 Juni 2024.
- ^ "45 Anggota DPRD Sultra Periode 2019—2024 Dilantik". mediakendari.com. 07-10-2019. Diakses tanggal 19-10-2019.
- ^ "45 Anggota DPRD Sultra 2019-2024 Resmi Dilantik". jurnalsumatra.com. 07-10-2019. Diakses tanggal 19-10-2019. [pranala nonaktif permanen]
- ^ "Anggota DPRD Sultra Dilantik, Abdurrahman Saleh Terima Palu Sidang". sultrakini.com. 07-10-2019. Diakses tanggal 19-10-2019.
- ^ "Keputusan KPU Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor 147/PL.01.9-Kpt/74/Prov/VIII/2019 tentang Penetapan Calon Terpilih Anggota DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara dalam Pemilu 2019" (PDF). sultra.kpu.go.id. 13-08-2019. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2021-01-19. Diakses tanggal 19-10-2019.
- ^ "Resmi Dilantik Ini Daftar Nama Anggota DPRD Sultra Periode 2019-2024". sultranet.com. 08-10-2019. Diakses tanggal 19-10-2019.
- ^ "45 Anggota DPRD Sultra Resmi Dilantik". dprd.sultraprov.go.id. 10-02-2018. Diakses tanggal 19-10-2019. [pranala nonaktif permanen]
- ^ a b "Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan (Permendagri No.137-2017) - Kementerian Dalam Negeri - Republik Indonesia". www.kemendagri.go.id (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-04-29. Diakses tanggal 2018-07-12.
- ^ "Penduduk Sulawesi Tenggara dari tahun ke tahun terus meningkat". BPS Sultra. Diakses tanggal 1 October 2010.
- ^ "Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia" (pdf). www.bps.go.id. hlm. 36–41. Diakses tanggal 17 Oktober 2021.
- ^ "Penyebaran Bahasa di Indonesia". Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia. Diakses tanggal 25 Mei 2020.
- ^ "Bahasa di Provinsi Sulawesi Tenggara". Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia. Diakses tanggal 25 Mei 2020.
- ^ Produsen Aspal Buton
Pranala luar
- (Indonesia) Situs resmi pemerintah provinsi
- (Indonesia) Situs Berita Seputar Sulawesi Tenggara
- (Indonesia) Informasi Lengkap Seputar Sulawesi Tenggara
- (Indonesia) Berita Seputar Sulawesi Tenggara
- (Indonesia) Profil Demografi Sultenggara
- (Indonesia) Profil Ekonomi Sultenggara
- (Indonesia) Profil Wisata Sultenggara
- (Indonesia) Ekonomi Regional Sultenggara
- (Indonesia) Statistik Regional Sultenggara
- (Indonesia) Badan Pusat Statistik: Sulawesi Tenggara