Lompat ke isi

Jalan Transyogi: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
→‎Insiden: Menambah bagian insiden
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
→‎Permasalahan: Merapihkan dan menambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler pranala ke halaman disambiguasi
Baris 17: Baris 17:
[[Berkas:Jalan Transyogi Macet Gandoang.jpg|jmpl|250px|Kemacetan parah di Segmen 2 Jalan Transyogi yang masih 4 lajur]]
[[Berkas:Jalan Transyogi Macet Gandoang.jpg|jmpl|250px|Kemacetan parah di Segmen 2 Jalan Transyogi yang masih 4 lajur]]


Sejak tahun 2010 kemacetan menjadi identik dengan Jalan Transyogi, karena hampir setiap hari kerja jalan ini selalu mengalami [[kemacetan]]. Kemacetan di jalan ini beriringan dengan pesatnya pembangunan perumahan di Koridor [[Cibubur, Ciracas, Jakarta Timur|Cibubur]]-[[Jonggol, Bogor|Jonggol]] yang tidak sesuai dengan daya dukung insfrastruktur khususnya adalah jaringan transportasi di Koridor Cibubur-Jonggol.<ref>[https://jakarta.bisnis.com/read/20191202/383/1176921/pemkab-bogor-diminta-urai-kemacetan-di-kawasan-transyogi]</ref>
Sejak tahun 2010 kemacetan menjadi identik dengan Jalan Transyogi, karena hampir setiap hari kerja jalan ini selalu mengalami [[kemacetan]]. Kemacetan di jalan ini beriringan dengan pesatnya pembangunan perumahan di Koridor [[Cibubur, Ciracas, Jakarta Timur|Cibubur]]-[[Jonggol, Bogor|Jonggol]] yang tidak disertai dengan peningkatan daya dukung jaringan transportasi, seperti tidak tersedianya transportasi massal berbasis rel yaitu [[Kereta Api]], [[KRL]], maupun [[LRT]] di Koridor Cibubur-Jonggol yang terhubung langsung dengan [[Jakarta]]. Akibatnya, penduduk di koridor tersebut tidak ada pilihan selain menggunakan kendaraan pribadi dan Jalan Transyogi menjadi satu-satunya akses terbaik menuju [[Jakarta]].<ref>{{Cite news|url=https://jakarta.bisnis.com/read/20191202/383/1176921/pemkab-bogor-diminta-urai-kemacetan-di-kawasan-transyogi|title=Pemkab Bogor Diminta Urai Kemacetan di Kawasan Transyogi|last=jakarta.bisnis.com|newspaper=jakarta.bisnis.com|access-date=2022-05-01}}</ref>

Selain permasalahan kemacetan yang akut dan rendahnya daya dukung transportasi, Jalan Transyogi memiliki masalah lain yang tidak kalah pentingnya yaitu buruknya penataan kawasan sekitar hingga minimnya infrastruktur keamanan dan keselamatan bagi pengendara maupun pejalan kaki di jalan tersebut, seperti minimnya rambu lalu lintas, tidak adanya Jembatan Penyebrangan Orang (JPO), kurangnya penerangan, tidak tersedia trotoar yang layak, hingga kurangnya pengawasan terhadap jam operasional bagi kendaraan besar seperti truk.<ref>{{Cite news|url=https://amp.kompas.com/otomotif/read/2022/07/18/184911815/kecelakaan-fatal-truk-di-cibubur-lokasi-dianggap-rawan|title=Kecelakaan Fatal Truk di Cibubur Lokasi Dianggap Rawan|last=kompas.com|newspaper=kompas.com|access-date=2022-07-19}}</ref>


[[Kementerian Perhubungan]] melalui [[Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek]], maupun [[Jawa Barat|Pemerintah Provinsi Jawa Barat]], beserta beberapa Pemerintah Kabupaten/Kota setempat yang bertanggungjawab terhadap pengelolaan Jalan Transyogi dianggap kurang memberikan perhatian terhadap Jalan Transyogi dan kawasan sekitarnya.<ref>{{Cite news|url=https://amp.suara.com/news/2022/07/18/211836/lokasi-tabrakan-maut-truk-pertamina-di-cibubur-rawan-kecelakaan-anggota-komisi-v-dpr-bakal-evaluasi-bptj-dan-kemenhub|title=Lokasi Tabrakan Maut Truk Pertamina di Cibubur Anggota Komisi V DPR Bakal Evaluasi BPTJ dan Kemenhub|last=suara.com|newspaper=suara.com|access-date=2022-07-19}}</ref>


== Transportasi ==
== Transportasi ==

Revisi per 19 Juli 2022 09.10

Jalan Transyogi atau yang memiliki nama lain Jalan Raya Cibubur-Jonggol adalah sebuah jalan raya yang dibangun oleh Gubernur Yogie Suardi Memet pada 1987 menjadi penghubung antara DKI Jakarta, Kota Depok, Kota Bekasi dengan Jonggol bahkan dapat menjadi alternatif menuju Cianjur, Kawasan Puncak dan Kota Bandung.


Pertigaan Jatikarta, Segmen 1 Jalan Transyogi.

Jalan ini terbagi menjadi 3 segmen yaitu

Sejarah

Jalan Transyogi mulai dibangun sejak tahun 1987, nama jalan ini berasal dari nama penggagasnya yaitu Gubernur Jawa Barat, Yogie Suardi Memet. Kehadiran jalan yang juga sering disebut dengan Jalan Raya Cibubur-Jonggol mempersingkat jarak antara DKI Jakarta dengan Jonggol di Kabupaten Bogor yang sebelumnya harus melalui Cimanggis (via Pekapuran - Gunung Putri), Bekasi (via Rawalumbu - Bantargebang) atau jalan sempit yang melewati Jembatan Ciangsana.

Pada tahun 1997 bergulir wacana pemindahan Ibu kota Indonesia ke Jonggol. Pemerintah Pusat berencana menaikan status jalan menjadi Jalan Nasional serta memperlebar jalan ini menjadi 10 lajur. Namun gagasan tersebut tidak terlaksana akibat lengsernya Presiden Soeharto. Hingga saat ini lebar ruas Jalan Transyogi masih 6 lajur untuk Segmen 1, serta 4 lajur untuk segmen 2 dan segmen 3.[2]

Permasalahan

Kemacetan parah di Segmen 2 Jalan Transyogi yang masih 4 lajur

Sejak tahun 2010 kemacetan menjadi identik dengan Jalan Transyogi, karena hampir setiap hari kerja jalan ini selalu mengalami kemacetan. Kemacetan di jalan ini beriringan dengan pesatnya pembangunan perumahan di Koridor Cibubur-Jonggol yang tidak disertai dengan peningkatan daya dukung jaringan transportasi, seperti tidak tersedianya transportasi massal berbasis rel yaitu Kereta Api, KRL, maupun LRT di Koridor Cibubur-Jonggol yang terhubung langsung dengan Jakarta. Akibatnya, penduduk di koridor tersebut tidak ada pilihan selain menggunakan kendaraan pribadi dan Jalan Transyogi menjadi satu-satunya akses terbaik menuju Jakarta.[3]

Selain permasalahan kemacetan yang akut dan rendahnya daya dukung transportasi, Jalan Transyogi memiliki masalah lain yang tidak kalah pentingnya yaitu buruknya penataan kawasan sekitar hingga minimnya infrastruktur keamanan dan keselamatan bagi pengendara maupun pejalan kaki di jalan tersebut, seperti minimnya rambu lalu lintas, tidak adanya Jembatan Penyebrangan Orang (JPO), kurangnya penerangan, tidak tersedia trotoar yang layak, hingga kurangnya pengawasan terhadap jam operasional bagi kendaraan besar seperti truk.[4]


Kementerian Perhubungan melalui Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek, maupun Pemerintah Provinsi Jawa Barat, beserta beberapa Pemerintah Kabupaten/Kota setempat yang bertanggungjawab terhadap pengelolaan Jalan Transyogi dianggap kurang memberikan perhatian terhadap Jalan Transyogi dan kawasan sekitarnya.[5]

Transportasi

Angkutan Kota

  • D17: Terminal Jatijajar-Banjaran Pucung-Stasiun Harjamukti PP
  • D79: Cisalak-Radar Auri-Terminal Leuwinanggung PP
  • D121: Cileungsi-Jambore-Terminal Kampung Rambutan PP
  • D121A: Ciangsana-Jambore-Terminal Kampung Rambutan PP
  • K44: Komsen-Jambore-Terminal Kampung Rambutan PP
  • K56: Cawang UKI-Jambore-Cileungsi PP
  • P01: Cisalak-Cibubur-Cileungsi PP
  • T02: Cileungsi-Jambore-Terminal Ciawi PP
  • T05: Cileungsi-Jambore-Terminal Laladon PP
  • T13: Taman Bunga Wiladatika-Cililitan PP
  • T91: Wanaherang-Jambore-Terminal Kampung Rambutan PP

Keterangan:

Insiden

Pada tanggal 18 Juli 2022 pukul 16.00 di Lampu Merah Cibubur CBD yang terletak tepat di perbatasan antara Kota Bekasi dan Kabupaten Bogor. Terjadi insiden yang melibatkan truk tangki milik Pertamina, mobil, dan sejumlah sepeda motor. Akibat dari insiden tersebut belasan pengendara tewas dan belasan lainnya luka-luka.

Insiden tersebut disebabkan oleh truk tangki milik Pertamina yang mengalami rem blom. Selain itu, keberadaan Lampu Merah CBD Cibubur juga dianggap sebagai penyebab utama, karena posisinya yang berada di turunan dan tikungan yang cukup tajam. Keberadaan lampu merah tersebut merupakan usulan dari pihak pengembang Cibubur CBD yang dimaksudkan untuk memberikan kemudahan bagi penghuni, pengguna, maupun pengunjung yang akan keluar masuk Cibubur CBD.[15]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ [1]
  2. ^ [2]
  3. ^ jakarta.bisnis.com. "Pemkab Bogor Diminta Urai Kemacetan di Kawasan Transyogi". jakarta.bisnis.com. Diakses tanggal 2022-05-01. 
  4. ^ kompas.com. "Kecelakaan Fatal Truk di Cibubur Lokasi Dianggap Rawan". kompas.com. Diakses tanggal 2022-07-19. 
  5. ^ suara.com. "Lokasi Tabrakan Maut Truk Pertamina di Cibubur Anggota Komisi V DPR Bakal Evaluasi BPTJ dan Kemenhub". suara.com. Diakses tanggal 2022-07-19. 
  6. ^ "Rute Transjakarta & Mikro Trans". transjakarta.co.id. Diakses tanggal 2022-05-29. 
  7. ^ "Rute Transjakarta & Mikro Trans". transjakarta.co.id. Diakses tanggal 2022-05-29. 
  8. ^ "Rute Transjakarta & Mikro Trans". transjakarta.co.id. Diakses tanggal 2022-05-29. 
  9. ^ "Panduan Penumpang - Rute Transportasi Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta". soekarnohatta-airport.co.id. Diakses tanggal 2022-07-30. 
  10. ^ "Rute Bus Blok M - Cileungsi". web.trafi.com. Diakses tanggal 2022-06-30. 
  11. ^ "Rute Bus Tanjung Priok - Cileungsi". web.trafi.com. Diakses tanggal 2022-06-30. 
  12. ^ "Rute Bus Kalideres - Cileungsi". web.trafi.com. Diakses tanggal 2022-06-30. 
  13. ^ "Rute Bus Tanah Abang - Cileungsi". web.trafi.com. Diakses tanggal 2022-06-30. 
  14. ^ "Rute Bus Senen - Cileungsi". web.trafi.com. Diakses tanggal 2022-06-30. 
  15. ^ news.detik.com. "Siapa Usul Pasang Lampu Merah di Turunan Lokasi Kecelakaan Maut Cibubur". news.detik.com. Diakses tanggal 2022-07-19. 

Pranala luar