Lompat ke isi

Produksi Film Negara: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
update dan menyederhanakan
merapikan
Baris 2: Baris 2:
{{Infobox company
{{Infobox company
| name = PT Produksi Film Negara (Persero)
| name = PT Produksi Film Negara (Persero)
| former_name = Pusat Produksi Film Negara <small>(1975–1988)</small><br/>Perum Produksi Film Negara <small>(1988–2023)</small>
| former_name = Perum Produksi Film Negara <small>(1988–2023)</small>
| logo =
| logo =
| logo_size = 200px
| logo_size = 200px
Baris 13: Baris 13:
| genre = <!-- Only used with media and publishing companies -->
| genre = <!-- Only used with media and publishing companies -->
| fate =
| fate =
| predecessor = [[Java Pacific Film]] (1934-1942)<br>{{ill|Shadan Hōjin Nippon Eigasha|ja|日本映画社}} cabang Djakarta (1943-1945)
| predecessor = [[Java Pacific Film]]<br/>[[Berita Film Indonesia]]
| successor =
| successor =
| foundation = {{Start date and age|df=yes|1945|10|06}}
| foundation = {{Start date and age|df=yes|1945|10|06}}
Baris 50: Baris 50:


=== 1934 - 1944 ===
=== 1934 - 1944 ===
Terbentuknya perusahaan PFN diawali dengan pendirian perusahaan film oleh [[Albert Balink]] pada tahun 1934 yang bernama '''''[[Java Pacific Film]]'''''. Java Pacific Film terpisah dengan ''Kolonial Institute'' atau Institut Kolonial yang pada 1919 memproduksi film "''[[Onze Oost]]''" atau "Timur Milik Kita". Kelahiran Java Pacific Film justru bersamaan dengan pembentukan ''[[Nederlandsch Indiche Bioscoopbond]]'' (Gabungan Bioskop Hindia) dan ''[[Film Commisie]]'' (cikal bakal [[Lembaga Sensor Film]]). Pada tahun 1936 nama ''Java Pacific Film'' berubah menjadi '''''Algemeene Nederlands Indiesche Film''''' (ANIF). Perusahaan ini memfokuskan diri pada pembuatan [[film cerita]] dan [[film dokumenter]].
Perusahaan ini memulai sejarahnya pada tahun 1934 saat [[Albert Balink]] mendirikan '''[[Java Pacific Film]]''' (JPF) untuk memproduksi [[film cerita]] dan [[film dokumenter]]. Pendirian JPF tidak berselang lama dengan pembentukan ''[[Nederlandsch Indiche Bioscoopbond]]'' (Gabungan Bioskop Hindia) dan ''[[Film Commisie]]'' (cikal bakal [[Lembaga Sensor Film]]). Pada tahun 1936, nama JPF diubah menjadi '''''Algemeene Nederlands Indiesche Film''''' (ANIF).


[[Masa pendudukan Jepang]] di [[Indonesia]] pada tahun 1942 disertai dengan pengambilalihan seluruh kekayaan yang berada di bawah kekuasaan [[Hindia Belanda]] oleh pihak [[Jepang]], salah satunya adalah ANIF. Dari aset-aset perusahaan ANIF [[Tentara Kekaisaran Jepang]] kemudian mendirikan sebuah perusahaan perfilman yang diberi nama '''''[[Nippon Eiga Sha|Nippon ii Eiga Sha]]''''' ({{lang|ja|日本映画社}}) yang berada di bawah pengawasan [[Sendenbu]]. Film yang diproduksi ''Nippon Eiga Sha'' pada umumnya bertujuan sebagai alat [[film propaganda|propaganda]] politik [[Jepang]] sebagai pemersatu Asia.
[[Masa pendudukan Jepang|Setelah Jepang menduduki Indonesia]], pada tahun 1942, Jepang mengambil alih seluruh aset yang dikuasai oleh pemerintah [[Hindia Belanda]], termasuk ANIF. Dengan menggunakan aset-aset ANIF, pada tahun 1943, [[Tentara Kekaisaran Jepang]] mendirikan '''''[[Nippon Eiga Sha]]''''' ({{lang|ja|日本映画社}}) dan meletakkannya di bawah pengawasan [[Sendenbu]]. Film yang diproduksi oleh ''Nippon Eiga Sha'' umumnya ditujukan sebagai alat [[film propaganda|propaganda]] politik [[Jepang]] sebagai pemersatu Asia. Salah satu orang [[Pribumi-Nusantara]] yang bekerja di ''Nippon Eiga Sha'' adalah Raden Mas [[Soetarto]], yang sudah berpengalaman di bidang film dan bekerja sebagai [[juru kamera]]. Ia pun menjadi orang Pribumi-Nusantara pertama yang menduduki jabatan tersebut. Ketika ''Nippon Eiga Sha'' didirikan, Soetarto diangkat oleh [[Jepang]] sebagai wakil pimpinan dari ''Nippon Eiga Sha'' dengan merangkap sebagai ketua bagi pekerja pribumi dan juru kamera.

''Nippon Eiga Sha'' didirikan pada bulan April 1943 oleh pemerintah pendudukan Jepang di [[Jakarta]]. Tenaga [[Pribumi-Nusantara]] yang bekerja dalam perusahaan itu yaitu Raden Mas [[Soetarto]], yang sudah berpengalaman di bidang film dan diangkat sebagai [[juru kamera]]; ia menjadi orang Pribumi-Nusantara pertama dalam kedudukan itu. Ketika ''Nippon Eiga Sha'' berdiri, Soetarto diangkat oleh [[Jepang]] sebagai wakil pimpinan perusahaan merangkap Ketua Karyawan Indonesia dan juru kamera.


=== 1945 - 1988 ===
=== 1945 - 1988 ===
Memasuki era kemerdekaan, perusahaan ini diserahkan kepada pemerintah Indonesia. Seiring dengan langkah tersebut, para karyawan perusahaan melakukan peliputan berbagai peristiwa bersejarah, dan berubah menjadi '''[[Berita Film Indonesia]]''' (disingkat BFI) pada [[6 Oktober]] [[1945]].<ref name=ilmiah>{{Cite web |url=http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/sejarah/article/view/801 |title=Salinan arsip |access-date=2013-08-31 |archive-date=2011-03-24 |archive-url=https://web.archive.org/web/20110324033139/http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/sejarah/article/view/801 |dead-url=yes }}</ref> BFI) merupakan lembaga pembuat film pertama milik [[Indonesia|Republik Indonesia]].
Satu setengah bulan setelah [[proklamasi kemerdekaan Indonesia]], Soetarto memprakarsai pengambilalihan ''Nippon Eiga Sha'' dari pimpinannya, T. Ishimoto, atas sepengetahuan dari Menteri Penerangan kala itu, [[Amir Sjarifuddin]]. Pada tanggal 6 Oktober 1945, nama ''Nippon Eiga Sha'' diubah menjadi '''[[Berita Film Indonesia]]''' (BFI).<ref name=ilmiah>{{Cite web |url=http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/sejarah/article/view/801 |title=Salinan arsip |access-date=2013-08-31 |archive-date=2011-03-24 |archive-url=https://web.archive.org/web/20110324033139/http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/sejarah/article/view/801 |dead-url=yes }}</ref> Karena Jakarta tidak aman lagi akibat serangan-serangan tentara ''pensering'' [[Blok Sekutu (Perang Dunia II)|Sekutu]], pada bulan Desember 1945, BFI pun diungsikan ke [[Surakarta]]. Sebelum pindah, BFI masih sempat memfilmkan hari proklamasi, penempelan poster, tulisan di tembok-tembok, rapat raksasa [[19 September]] di [[Lapangan Ikada]], peristiwa perlucutan senjata [[Jepang]] oleh Sekutu, dan pengangkutan serdadu [[Jepang]] ke [[Pulau Galang]] serta [[Kongres Pemuda Indonesia]] di [[Yogyakarta]].

Satu setengah bulan setelah [[proklamasi kemerdekaan Indonesia]], Soetarto memprakarsai pengambil alihan ''Nippon Eiga Sha'' dari pimpinannya, T. Ishimoto, atas sepengetahuan Menteri Penerangan kala itu, [[Amir Sjarifuddin]]. Karena Jakarta tidak aman lagi akibat serangan-serangan tentara ''pensering'' [[Blok Sekutu (Perang Dunia II)|Sekutu]], bulan Desember 1945 BFI diungsikan ke [[Surakarta]]. Sebelum pindah, BFI masih sempat memfilmkan hari proklamasi, penempelan poster, tulisan di tembok-tembok, rapat raksasa [[19 September]] di [[Lapangan Ikada]], peristiwa perlucutan senjata [[Jepang]] oleh Sekutu, dan pengangkutan serdadu [[Jepang]] ke [[Pulau Galang]] serta [[Kongres Pemuda Indonesia]] di [[Yogyakarta]], November 1945.

Setelah ditinggalkan oleh BFI, studio di Polonia Jatinegara, [[Jakarta]], digunakan tentara [[NICA]] untuk kepentingan propaganda dengan didirikannya '''''Regerings Film Bedrijf''''' ([[Perusahaan Film Pemerintah]]). Selain itu studio tersebut juga dimanfaatkan oleh NV Multi Film bersama South Pacific Film Co. Karena adanya [[pengakuan kedaulatan Indonesia]], [[Belanda]] kemudian menyerahkan aset ''Regrings Film Bedrijf'' kepada pihak [[Republik Indonesia Serikat]]. Perusahaan itu mendapat nama baru: '''Perusahaan Pilem Negara''' (PPN) di bawah naungan [[Kementerian Penerangan]]. Pimpinan PPN pertama adalah [[Suska]]. Pada akhir tahun 1950, [[Raden Mas Harjoto|RM Harjoto]] diangkat sebagai Direktur dan [[Raden Mas Soetarto|RM Soetarto]] sebagai Kepala Produksi Umum, yang meliputi produksi film cerita, film dokumenter dan laboratorium. Pegawai BFI di [[Yogyakarta]] pindah kembali ke [[Jakarta]], dan bersama dengan bekas pegawai ''Regerings Film Bedrijf'' bergabung dalam PPN yang diganti namanya menjadi '''Perusahaan Film Negara''' (PFN).<ref name=jakarta>http://www.jakarta.go.id/jakv1/encyclopedia/detail/3836 {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20130101035858/http://www.jakarta.go.id/jakv1/encyclopedia/detail/3836 |date=2013-01-01 }} Diakses pada 16 Oktober 2011.</ref>


Setelah ditinggalkan oleh BFI, bekas studio BFI di Polonia, Jatinegara, [[Jakarta]], digunakan oleh tentara [[NICA]] untuk kepentingan propaganda dengan didirikannya '''''Regerings Film Bedrijf''''' ([[Perusahaan Film Pemerintah]]). Selain itu, studio tersebut juga dimanfaatkan oleh NV Multi Film dan South Pacific Film Co. Setelah [[pengakuan kedaulatan Indonesia|mengakui kedaulatan Indonesia]], [[Belanda]] menyerahkan aset ''Regerings Film Bedrijf'' kepada [[Republik Indonesia Serikat]]. Nama ''Regerings Film Bedrijf'' kemudian diubah menjadi '''Perusahaan Pilem Negara''' (PPN) di bawah naungan [[Kementerian Penerangan]]. Pemimpin pertama PPN adalah [[Suska]]. Pada akhir tahun 1950, [[Raden Mas Harjoto|RM Harjoto]] diangkat menjadi direktur PPN, sementara Soetarto diangkat menjadi kepala produksi umum, yang meliputi produksi film cerita, film dokumenter, dan laboratorium. Pegawai BFI di [[Yogyakarta]] kemudian dipindah ke [[Jakarta]] dan dipekerjakan oleh PPN. Nama PPN lalu diubah menjadi '''Perusahaan Film Negara''' (PFN).<ref name="jakarta">http://www.jakarta.go.id/jakv1/encyclopedia/detail/3836 {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20130101035858/http://www.jakarta.go.id/jakv1/encyclopedia/detail/3836 |date=2013-01-01 }} Diakses pada 16 Oktober 2011.</ref> Pada tanggal 16 Agustus 1975, nama PFN kembali diubah menjadi '''Pusat Produksi Film Negara''' (PPFN).
Pergantian nama perusahaan kembali terjadi dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Penerangan No. 55 B/MENPEN/1975 pada tanggal [[16 Agustus]] [[1975]]. Berdasarkan surat keputusan ini maka secara resmi PFN berubah menjadi '''Pusat Produksi Film Negara''' (PPFN). Pergantian nama kembali terjadi seiring dengan berbagai usaha yang dilakukan untuk mengembangkan perusahaan dan agar perusahaan dapat dikelola secara profesional dengan menggunakan prinsip-prinsip yang dapat memberikan keuntungan bagi negara serta mampu untuk mendiri. Agar dapat mencapai hal tersebut maka PPFN mengubah statusnya menjadi Perum
sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 1988 yang dikeluarkan pada tanggal [[7 Mei]] [[1988]]. Dengan demikian resmilah PPFN berganti nama menjadi '''Perusahaan Umum Produksi Film Negara''' (Perum PFN).<ref name=ilmiah />


=== 1989 - sekarang ===
=== 1988 - sekarang ===
Pada tahun 2021, [[Kementerian Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia]] menginstruksikan perusahaan ini untuk menjadi perusahaan pembiayaan perfilman. Menteri BUMN [[Erick Thohir]] berharap perusahaan ini dapat berkolaborasi dengan para pelaku film Indonesia dalam mengakses pembiayaan dan konten. Selain itu, perusahaan ini juga akan bersinergi dengan [[Telkom Indonesia]] dalam mengembangkan dan mengelola hak kekayaan intelektual film di Indonesia.<ref>{{Cite news|last=Akbar|first=Caesar|title=Erick Thohir Ingin PFN Jadi Lembaga Pembiayaan, Tak Lagi Bikin Film|url=https://bisnis.tempo.co/read/1439356/erick-thohir-ingin-pfn-jadi-lembaga-pembiayaan-tak-lagi-bikin-film/full&view=ok|access-date=21 November 2021}}{{Pranala mati|date=Desember 2022 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> Pada bulan Agustus 2023, pemerintah resmi mengubah status perusahaan ini menjadi [[persero]].<ref name="persero">{{Cite web|last=Oswaldo|first=Ignacio Geordi|date=11 Agustus 2023|title=Jokowi Ubah Status BUMN 'Si Unyil' Jadi Persero|url=https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-6871398/jokowi-ubah-status-bumn-si-unyil-jadi-persero|publisher=Detikcom|language=id|access-date=12 Agustus 2023}}</ref>
Pada tahun 1988, pemerintah mengubah Pusat Produksi Film Negara menjadi sebuah [[perusahaan umum]] (Perum) dengan nama '''Perum Produksi Film Negara''' (PFN).<ref name="ilmiah" /> Pada tahun 2021, [[Kementerian Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia]] mengarahkan perusahaan ini untuk menjadi perusahaan pembiayaan perfilman. Menteri BUMN [[Erick Thohir]] berharap perusahaan ini dapat berkolaborasi dengan para pelaku film Indonesia dalam mengakses pembiayaan dan konten. Selain itu, perusahaan ini juga akan bersinergi dengan [[Telkom Indonesia]] dalam mengembangkan dan mengelola hak kekayaan intelektual film di Indonesia.<ref>{{Cite news|last=Akbar|first=Caesar|title=Erick Thohir Ingin PFN Jadi Lembaga Pembiayaan, Tak Lagi Bikin Film|url=https://bisnis.tempo.co/read/1439356/erick-thohir-ingin-pfn-jadi-lembaga-pembiayaan-tak-lagi-bikin-film/full&view=ok|access-date=21 November 2021}}{{Pranala mati|date=Desember 2022 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> Pada bulan Agustus 2023, pemerintah resmi mengubah status perusahaan ini menjadi [[persero]].<ref name="persero">{{Cite web|last=Oswaldo|first=Ignacio Geordi|date=11 Agustus 2023|title=Jokowi Ubah Status BUMN 'Si Unyil' Jadi Persero|url=https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-6871398/jokowi-ubah-status-bumn-si-unyil-jadi-persero|publisher=Detikcom|language=id|access-date=12 Agustus 2023}}</ref>


== Warisan ==
== Warisan ==

Revisi per 12 Agustus 2023 02.50

PT Produksi Film Negara (Persero)
Sebelumnya
Perum Produksi Film Negara (1988–2023)
Badan usaha milik negara
IndustriPerfilman
PendahuluJava Pacific Film
Berita Film Indonesia
Didirikan6 Oktober 1945; 78 tahun lalu (1945-10-06)
Kantor
pusat
,
Tokoh
kunci
Dwi Heriyanto
(Direktur Utama)
Sutjiati Tjandra Wibowo
(Direktur Produksi)
ProdukKonten kreatif, film cerita, dan film dokumenter
PemilikPemerintah Indonesia
Situs webpfn.co.id

PT Produksi Film Negara (Persero) atau biasa disingkat menjadi PFN, adalah sebuah badan usaha milik negara Indonesia yang bergerak di bidang perfilman. Perusahaan ini adalah salah satu perintis industri film di Indonesia. Perusahaan ini memulai sejarahnya dari Java Pacific Film (JPF) yang didirikan oleh Albert Balink di Batavia pada tahun 1934.

Sejarah

1934 - 1944

Perusahaan ini memulai sejarahnya pada tahun 1934 saat Albert Balink mendirikan Java Pacific Film (JPF) untuk memproduksi film cerita dan film dokumenter. Pendirian JPF tidak berselang lama dengan pembentukan Nederlandsch Indiche Bioscoopbond (Gabungan Bioskop Hindia) dan Film Commisie (cikal bakal Lembaga Sensor Film). Pada tahun 1936, nama JPF diubah menjadi Algemeene Nederlands Indiesche Film (ANIF).

Setelah Jepang menduduki Indonesia, pada tahun 1942, Jepang mengambil alih seluruh aset yang dikuasai oleh pemerintah Hindia Belanda, termasuk ANIF. Dengan menggunakan aset-aset ANIF, pada tahun 1943, Tentara Kekaisaran Jepang mendirikan Nippon Eiga Sha (日本映画社) dan meletakkannya di bawah pengawasan Sendenbu. Film yang diproduksi oleh Nippon Eiga Sha umumnya ditujukan sebagai alat propaganda politik Jepang sebagai pemersatu Asia. Salah satu orang Pribumi-Nusantara yang bekerja di Nippon Eiga Sha adalah Raden Mas Soetarto, yang sudah berpengalaman di bidang film dan bekerja sebagai juru kamera. Ia pun menjadi orang Pribumi-Nusantara pertama yang menduduki jabatan tersebut. Ketika Nippon Eiga Sha didirikan, Soetarto diangkat oleh Jepang sebagai wakil pimpinan dari Nippon Eiga Sha dengan merangkap sebagai ketua bagi pekerja pribumi dan juru kamera.

1945 - 1988

Satu setengah bulan setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, Soetarto memprakarsai pengambilalihan Nippon Eiga Sha dari pimpinannya, T. Ishimoto, atas sepengetahuan dari Menteri Penerangan kala itu, Amir Sjarifuddin. Pada tanggal 6 Oktober 1945, nama Nippon Eiga Sha diubah menjadi Berita Film Indonesia (BFI).[1] Karena Jakarta tidak aman lagi akibat serangan-serangan tentara pensering Sekutu, pada bulan Desember 1945, BFI pun diungsikan ke Surakarta. Sebelum pindah, BFI masih sempat memfilmkan hari proklamasi, penempelan poster, tulisan di tembok-tembok, rapat raksasa 19 September di Lapangan Ikada, peristiwa perlucutan senjata Jepang oleh Sekutu, dan pengangkutan serdadu Jepang ke Pulau Galang serta Kongres Pemuda Indonesia di Yogyakarta.

Setelah ditinggalkan oleh BFI, bekas studio BFI di Polonia, Jatinegara, Jakarta, digunakan oleh tentara NICA untuk kepentingan propaganda dengan didirikannya Regerings Film Bedrijf (Perusahaan Film Pemerintah). Selain itu, studio tersebut juga dimanfaatkan oleh NV Multi Film dan South Pacific Film Co. Setelah mengakui kedaulatan Indonesia, Belanda menyerahkan aset Regerings Film Bedrijf kepada Republik Indonesia Serikat. Nama Regerings Film Bedrijf kemudian diubah menjadi Perusahaan Pilem Negara (PPN) di bawah naungan Kementerian Penerangan. Pemimpin pertama PPN adalah Suska. Pada akhir tahun 1950, RM Harjoto diangkat menjadi direktur PPN, sementara Soetarto diangkat menjadi kepala produksi umum, yang meliputi produksi film cerita, film dokumenter, dan laboratorium. Pegawai BFI di Yogyakarta kemudian dipindah ke Jakarta dan dipekerjakan oleh PPN. Nama PPN lalu diubah menjadi Perusahaan Film Negara (PFN).[2] Pada tanggal 16 Agustus 1975, nama PFN kembali diubah menjadi Pusat Produksi Film Negara (PPFN).

1988 - sekarang

Pada tahun 1988, pemerintah mengubah Pusat Produksi Film Negara menjadi sebuah perusahaan umum (Perum) dengan nama Perum Produksi Film Negara (PFN).[1] Pada tahun 2021, Kementerian Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia mengarahkan perusahaan ini untuk menjadi perusahaan pembiayaan perfilman. Menteri BUMN Erick Thohir berharap perusahaan ini dapat berkolaborasi dengan para pelaku film Indonesia dalam mengakses pembiayaan dan konten. Selain itu, perusahaan ini juga akan bersinergi dengan Telkom Indonesia dalam mengembangkan dan mengelola hak kekayaan intelektual film di Indonesia.[3] Pada bulan Agustus 2023, pemerintah resmi mengubah status perusahaan ini menjadi persero.[4]

Warisan

Serial "Si Unyil" yang pertama kali ditayangkan untuk TVRI tahun 1981.

Sejak tahun 1946 sampai 1949 saat masih bernama Berita Film Indonesia, BFI telah membuat 13 film dokumentasi dan berita mengenai berbagai peristiwa di awal kemerdekaan RI. Yang diabadikan antara lain Pekan Olahraga Nasional I di Surakarta (1948), Peristiwa Pemberontakan PKI Madiun (1948), Agresi Militer Belanda I dan Agresi Militer Belanda II, perundingan di atas kapal Renville dan di Linggajati, dan upacara penyerahan kedaulatan Indonesia di Den Haag, Belanda, 27 Desember 1949.

Film-film dokumenter dan berita itu menggugah semangat perjuangan bangsa dan kesadaran bernegara, setiap kali diputar oleh Jawatan Penerangan di daerah-daerah. Selain itu, dari dokumentasi itu kemudian dapat disusun film dokumenter Indonesia Fights for Freedom (1951) dan 10 November yang mengabadikan pertempuran Surabaya. Beberapa film berita juga diserahkan kepada perwakilan tentara Australia, Amerika, Inggris dan India di Jakarta. Berkat penyiaran kembali film-film itu oleh mereka, perjuangan kemerdekaan Indonesia mendapat tanggapan positif dari dunia internasional.[2]

Film terkenal yang dirilis oleh Produksi Film Negara antara lain serial teater boneka Si Unyil di TVRI (sejak 1981), dan film dokumenter drama propaganda Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI (1984) yang terus diputar setiap tahun di semua saluran televisi di Indonesia saat masa pemerintahan Orde Baru sampai jatuhnya Presiden Soeharto.

Filmografi

Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI, film dokudrama propaganda anti-komunisme, anti-PKI dan pro-Soeharto yang paling dikenal dan paling ditonton kala era Orde Baru di Indonesia.


Penghargaan

Penghargaan Tahun Judul Film Penerima Hasil
Festival Film Indonesia 1955 Belenggu Masjarakat Penata Kamera Terbaik Menang
1980 Harmonikaku Pemeran Utama Pria Terbaik Nominasi
Sutradara Terbaik Nominasi
Film Terbaik Nominasi
Si Pincang Pemeran Utama Pria Terbaik Nominasi
Yuyun Pasien Rumah Sakit Jiwa Artistik Terbaik II (Piala Akademi Sinematografi) Menang
Film Terbaik Nominasi
Fotografi Terbaik Nominasi
Musik Terbaik II (Piala Akademi Sinematografi) Menang
Pemeran Harapan Wanita (Medali Emas PARFI) Menang
Pemeran Pembantu Pria Terbaik Nominasi
Pemeran Utama Pria Terbaik Nominasi
Pemeran Utama Wanita Terbaik Nominasi
Penata Artistik Terbaik Nominasi
Penata Suara Terbaik Nominasi
Penyuntingan Terbaik Nominasi
Skenario Terbaik Nominasi
Sutradara Terbaik Nominasi
Tata Musik Terbaik Nominasi
1981 Laki-Laki dari Nusakambangan Pemeran Utama Pria Terbaik Menang
1982 Serangan Fajar Cerita Terbaik Menang
Film Terbaik Menang
Fotografi Terbaik Nominasi
Pemeran Anak-Anak Terbaik (Piagam Penghargaan Khusus) Menang
Pemeran Pembantu Pria Terbaik Nominasi
Pemeran Pembantu Wanita Terbaik Menang
Penata Artistik Terbaik Menang
Skenario Terbaik Nominasi
Sutradara Terbaik Menang
Tata Musik Terbaik Menang
1984 Pengkhianatan G 30 S PKI Film Terbaik Nominasi
Fotografi Terbaik Nominasi
Pemeran Utama Pria Terbaik Nominasi
Penata Artistik Terbaik Nominasi
Skenario Terbaik Menang
Sutradara Terbaik Nominasi
Tata Musik Terbaik Nominasi
1985 Pengkhianatan G 30 S PKI Film Unggulan Terlaris 1984-1985 (Piala Antemas) Menang
Festival Film Bandung 1989 Djakarta 1966 Editing Terpuji Menang
Film Sejarah Terpuji Menang
Fotografi Terpuji Menang
Musik Terpuji Menang
Penata Artistik Terpuji Menang
Penulis Skenario Terpuji Menang
Sutradara Terpuji Menang
Festival Film Taormina 1994 Surat untuk Bidadari Film Terbaik (Piala Cariddi d'Oro) Menang

Referensi

  1. ^ a b "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-03-24. Diakses tanggal 2013-08-31. 
  2. ^ a b http://www.jakarta.go.id/jakv1/encyclopedia/detail/3836 Diarsipkan 2013-01-01 di Wayback Machine. Diakses pada 16 Oktober 2011.
  3. ^ Akbar, Caesar. "Erick Thohir Ingin PFN Jadi Lembaga Pembiayaan, Tak Lagi Bikin Film". Diakses tanggal 21 November 2021. [pranala nonaktif permanen]
  4. ^ Oswaldo, Ignacio Geordi (11 Agustus 2023). "Jokowi Ubah Status BUMN 'Si Unyil' Jadi Persero". Detikcom. Diakses tanggal 12 Agustus 2023. 

Pranala luar