Lompat ke isi

Pakubuwana X: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k ←Suntingan 180.246.119.135 (bicara) dikembalikan ke versi terakhir oleh Dekat
Kembangraps (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Portret van de Soesoehoenan van Soerakarta TMnr 10001903.jpg|thumb]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Portret van de Soesoehoenan van Soerakarta TMnr 10001903.jpg|thumb]]
[[Berkas:Pakubuwono 10.jpg|right|thumb|Pakubuwono X]]
[[Berkas:Pakubuwono 10.jpg|right|thumb|Pakubuwono X]]
'''Sri Susuhunan Pakubuwana X''' (lahir di [[Surakarta]] pada [[29 November]] [[1866]] – meninggal di [[Surakarta]] pada [[1 Februari]] [[1939]]) adalah raja [[Kasunanan Surakarta]] yang memerintah tahun [[1893]] – [[1939]].
'''Sampeyandalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pakubuwana X''' (lahir di [[Surakarta]] pada [[29 November]] [[1866]] – meninggal di [[Surakarta]] pada [[1 Februari]] [[1939]]) adalah raja [[Kasunanan Surakarta]] yang memerintah tahun [[1893]] – [[1939]].


== Kisah Kelahiran ==
== Kisah Kelahiran ==
Nama aslinya adalah '''Raden Mas Malikul Kusno''', putra [[Pakubuwana IX]] yang lahir dari permaisuri Raden Ayu Kustiyah, pada tanggal [[29 November]] [[1866]]. Konon, kisah kelahirannya menjadi cermin ketidakharmonisan hubungan antara ayahnya dengan pujangga [[Ranggawarsita]].
Nama lahirnya (''asma timur'') adalah '''Raden Mas Malikul Kusno''', putra [[Pakubuwana IX]] yang lahir dari permaisuri Raden Ayu Kustiyah, pada tanggal [[29 November]] [[1866]]. Konon, kisah kelahirannya menjadi cermin ketidakharmonisan hubungan antara ayahnya dengan pujangga [[Ranggawarsita]].


Dikisahkan, pada saat Ayu Kustiyah baru mengandung, [[Pakubuwana IX]] bertanya apakah anaknya kelak lahir laki-laki atau perempuan. [[Ranggawarsita]] menjawab kelak akan lahir ''hayu''. [[Pakubuwana IX]] kecewa mengira anaknya akan lahir cantik alias perempuan. Padahal ia berharap mendapat bisa [[putra mahkota]] dari Ayu Kustiyah.
Dikisahkan, pada saat Ayu Kustiyah baru mengandung, [[Pakubuwana IX]] bertanya apakah anaknya kelak lahir laki-laki atau perempuan. [[Ranggawarsita]] menjawab kelak akan lahir ''hayu''. [[Pakubuwana IX]] kecewa mengira anaknya akan lahir cantik alias perempuan. Padahal ia berharap mendapat bisa [[putra mahkota]] dari Ayu Kustiyah.
Baris 16: Baris 16:
== Masa Pemerintahan ==
== Masa Pemerintahan ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Begrafenis van Z.V.H. Pakoe Boewono X Soesoehoenan van Solo. Het staatsierijtuig of lijkwagon van de N.I.S. waarmee het stoffelijk overschot vervoerd werd van Solo naar Yogyakarta TMnr 10003251.jpg|thumb|200px|Kereta khusus untuk mengangkut jenazah Pakubuwana X ke Yogyakarta menuju pemakaman raja-raja Mataram di Imogiri.]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Begrafenis van Z.V.H. Pakoe Boewono X Soesoehoenan van Solo. Het staatsierijtuig of lijkwagon van de N.I.S. waarmee het stoffelijk overschot vervoerd werd van Solo naar Yogyakarta TMnr 10003251.jpg|thumb|200px|Kereta khusus untuk mengangkut jenazah Pakubuwana X ke Yogyakarta menuju pemakaman raja-raja Mataram di Imogiri.]]
Malikul Kusno naik takhta sebagai Pakubuwana X pada tanggal [[30 Maret]] [[1893]] menggantikan ayahnya yang meninggal dua minggu sebelumnya. Masa pemerintahannya ditandai dengan kemegahan tradisi dan suasana politik kerajaan yang cenderung stabil, di samping itu juga merupakan penanda babak baru bagi [[Kasunanan Surakarta]] dari kerajaan tradisional menuju era modern.Pakubuwono X menikah dengan Ratu Hemas (putri Raja Hamengkubuwono VII) dan dikaruniai seorang putri yang bernama [[GKR Pembajoen]]
Malikul Kusno naik takhta sebagai Pakubuwana X pada tanggal [[30 Maret]] [[1893]] menggantikan ayahnya yang meninggal dua minggu sebelumnya. Pakubuwono X menikah dengan Ratu Hemas (putri Raja Hamengkubuwono VII) dan dikaruniai seorang putri yang bernama [[GKR Pembajoen]].


Masa pemerintahannya ditandai dengan kemegahan tradisi dan suasana politik kerajaan yang stabil. Pada masa pemerintahannya yang cukup panjang, Kasunanan Surakarta mengalami transisi, dari kerajaan tradisional menuju era modern, sejalan dengan perubahan politik di Hindia Belanda.
Meskipun berada dalam tekanan politik pemerintah kolonial [[Hindia Belanda]], namun melalui simbol budayanya Pakubuwana X tetap mampu mempertahankan wibawa kerajaan. Pakubuwana X sendiri juga mendukung organisasi [[Sarekat Islam]] cabang Solo, yang saat itu merupakan salah satu organisasi pergerakan nasional [[Indonesia]].

Meskipun berada dalam tekanan politik pemerintah kolonial [[Hindia Belanda]], Pakubuwana X memberikan kebebasan ber[[organisasi]] dan penerbitan [[media massa]]. Ia mendukung pendirian organisasi [[Sarekat Dagang Islam]], salah satu organisasi pergerakan nasional pertama di [[Indonesia]]. [[Kongres Bahasa Indonesia I]] di Surakarta (1938) diadakan pada masa pemerintahannya.

Infrastruktur moderen kota Surakarta banyak dibangun pada masa pemerintahannya, seperti bangunan Pasar Gede, [[Stasiun Solo Jebres]], [[Stasiun Solo-Kota]] (Sangkrah), [[Stadion Sriwedari]], Taman Balekambang, [[gapura]]-gapura di batas Kota Surakarta, rumah pemotongan hewan ternak di Jagalan, rumah singgah bagi tunawisma, dan rumah perabuan (pembakaran jenazah) bagi warga Tionghoa.


Pakubuwana X meninggal dunia pada tanggal [[1 Februari]] [[1939]]. Ia disebut sebagai '''Sunan Panutup''' atau raja besar [[Surakarta]] yang terakhir oleh rakyatnya. Pemerintahannya kemudian digantikan oleh putranya yang bergelar [[Pakubuwana XI]].
Pakubuwana X meninggal dunia pada tanggal [[1 Februari]] [[1939]]. Ia disebut sebagai '''Sunan Panutup''' atau raja besar [[Surakarta]] yang terakhir oleh rakyatnya. Pemerintahannya kemudian digantikan oleh putranya yang bergelar [[Pakubuwana XI]].

Revisi per 5 Februari 2012 05.01

Berkas:Pakubuwono 10.jpg
Pakubuwono X

Sampeyandalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pakubuwana X (lahir di Surakarta pada 29 November 1866 – meninggal di Surakarta pada 1 Februari 1939) adalah raja Kasunanan Surakarta yang memerintah tahun 18931939.

Kisah Kelahiran

Nama lahirnya (asma timur) adalah Raden Mas Malikul Kusno, putra Pakubuwana IX yang lahir dari permaisuri Raden Ayu Kustiyah, pada tanggal 29 November 1866. Konon, kisah kelahirannya menjadi cermin ketidakharmonisan hubungan antara ayahnya dengan pujangga Ranggawarsita.

Dikisahkan, pada saat Ayu Kustiyah baru mengandung, Pakubuwana IX bertanya apakah anaknya kelak lahir laki-laki atau perempuan. Ranggawarsita menjawab kelak akan lahir hayu. Pakubuwana IX kecewa mengira anaknya akan lahir cantik alias perempuan. Padahal ia berharap mendapat bisa putra mahkota dari Ayu Kustiyah.

Selama berbulan-bulan Pakubuwana IX menjalani puasa atau tapa brata berharap anaknya tidak lahir perempuan. Akhirnya, Ayu Kustiyah melahirkan Malikul Kusno. Pakubuwana IX dengan bangga menuduh ramalan Ranggawarsita meleset.

Ranggawarsita menjelaskan bahwa istilah hayu bukan berarti ayu atau "cantik", tetapi singkatan dari rahayu, yang berarti "selamat". Mendengar jawaban Ranggawarsita ini, Pakubuwana IX merasa dipermainkan, karena selama berbulan-bulan ia terpaksa menjalani puasa berat.

Ketidakharmonisan hubungan Pakubuwana IX dengan Ranggawarsita sebenarnya dipicu oleh fitnah pihak Belanda yang sengaja mengadu domba keturunan Pakubuwana VI dengan keluarga Yasadipura.

Masa Pemerintahan

Kereta khusus untuk mengangkut jenazah Pakubuwana X ke Yogyakarta menuju pemakaman raja-raja Mataram di Imogiri.

Malikul Kusno naik takhta sebagai Pakubuwana X pada tanggal 30 Maret 1893 menggantikan ayahnya yang meninggal dua minggu sebelumnya. Pakubuwono X menikah dengan Ratu Hemas (putri Raja Hamengkubuwono VII) dan dikaruniai seorang putri yang bernama GKR Pembajoen.

Masa pemerintahannya ditandai dengan kemegahan tradisi dan suasana politik kerajaan yang stabil. Pada masa pemerintahannya yang cukup panjang, Kasunanan Surakarta mengalami transisi, dari kerajaan tradisional menuju era modern, sejalan dengan perubahan politik di Hindia Belanda.

Meskipun berada dalam tekanan politik pemerintah kolonial Hindia Belanda, Pakubuwana X memberikan kebebasan berorganisasi dan penerbitan media massa. Ia mendukung pendirian organisasi Sarekat Dagang Islam, salah satu organisasi pergerakan nasional pertama di Indonesia. Kongres Bahasa Indonesia I di Surakarta (1938) diadakan pada masa pemerintahannya.

Infrastruktur moderen kota Surakarta banyak dibangun pada masa pemerintahannya, seperti bangunan Pasar Gede, Stasiun Solo Jebres, Stasiun Solo-Kota (Sangkrah), Stadion Sriwedari, Taman Balekambang, gapura-gapura di batas Kota Surakarta, rumah pemotongan hewan ternak di Jagalan, rumah singgah bagi tunawisma, dan rumah perabuan (pembakaran jenazah) bagi warga Tionghoa.

Pakubuwana X meninggal dunia pada tanggal 1 Februari 1939. Ia disebut sebagai Sunan Panutup atau raja besar Surakarta yang terakhir oleh rakyatnya. Pemerintahannya kemudian digantikan oleh putranya yang bergelar Pakubuwana XI.

Kepustakaan

  • Andjar Any. 1980. Raden Ngabehi Ronggowarsito, Apa yang Terjadi? Semarang: Aneka Ilmu
  • Purwadi. 2007. Sejarah Raja-Raja Jawa. Yogyakarta: Media Ilmu


Didahului oleh:
Pakubuwana IX
Sunan Surakarta
1893-1939
Diteruskan oleh:
Pakubuwana XI