Lompat ke isi

Gatotkaca: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
RobotQuistnix (bicara | kontrib)
k robot Adding: jv:Gathotkaca
AlleborgoBot (bicara | kontrib)
Baris 32: Baris 32:
[[en:Ghatotkacha]]
[[en:Ghatotkacha]]
[[jv:Gathotkaca]]
[[jv:Gathotkaca]]
[[ta:கடோற்கஜன்]]

Revisi per 11 Juni 2007 16.57

Berkas:Gathotkaca-kl.jpg
Gatotkaca sebagai tokoh wayang kulit Jawa

Gatotkaca ata Gatutkaca (Sansekerta Ghaṭotkaca घटोत्कच), adalah seorang tokoh dalam wiracarita Mahabharata. Ia adalah putra Bima (Werkodara) dan Hidimbī. Karena ibunya, ia secara separuh merupakan raksasa dan hal ini juga banyak memberi kesaktian dan membuatnya seorang ksatria penting di medan Kuru pada saat Bharatayuddha.

Arti nama

Nama Gatotkaca sebenarnya merupakan julukan. Kata ini diambil dari bahasa Sansekerta ghaṭam yang berarti "buli-buli" atau "kendi" karena kepalanya sewaktu lahir dianggap mirip dengan benda ini.

Keluarga

Gatotkaca adalah putra dari Bima dan Hidimbī. Ia sendiri menikah dengan Ahilawatī dan memiliki anak Barbarika.

Gatotkaca dalam budaya pewayangan Jawa

Dalam khazanah pewayangan Jawa Baru, tokoh Gatotkaca juga sangat populer. Gatotkaca dikatakan bahwa ia memiliki kesaktian sanggup terbang dan mempunyai "otot baja dan tulang besi". Nama lain Gatotkaca yang juga populer dalam khazanah sastra Jawa Baru adalah Tutuka atau Tetuka. Gathotkaca mempunyai pusaka Keris Kalanadhah yang didapat dari Arjuna, selain itu pakaiannya adalah pemberian para Dewa antara lain: Caping Basunandho (tidak akan kehujanan ataupun kepanasan), Kotang Ontokusumo (bisa terbang), Trumpah (sandal) Probokacermo (tidak akan terganggu jika melalui jalan/ tempat yang angker.

Masa kecil

Pada masa kecil Gatotkaca yang bernama Bambang Tetuka dijadikan jago para Dewa untuk menghadapi penyerang kahyangan yakni Patih Sekipu Montro. Gatotkaca lalu dimasukkan oleh batara Narada ke kawah Candradimuka bersama dengan berbagai pusaka baja kahyangan, sehingga saat keluar Gatotkaca kecil (Bambang Tetuka)yang tadinya berwujud raksasa (buto bajang)menjadi ksatriya yang gagah dan pilih tanding, dari situlah Gatotkaca menjadi berotot kawat dan bertulang besi, Gatotkaca juga diberi berbagai pusaka dan diberi nama Raden Krincing Wesi(nama Gatotkaca pun di peroleh dari sini/ pemberian Dewa).Gatotkaca menjadi raja menggantikan ibunya Dewi Arimbi di negara Pringgondani, negara ini menjadi bagian dari Amarta/Indraprasta, bergelar Prabu Anom Gathutkaca.

Masa dewasa

Gatotkaca memiliki beberapa ajian diantaranya: Aji Narantaka, Aji Brajadenta,Aji Brajamusti. Gathotkaca menjadi penanggungjawab keamanan udara kerajaan amarta, diangkasa Gathotkaca punya markas yang disebut Mego Malang (Awan yang melintang) Gathotkaca juga mempunyai kendaraan berupa burung Garuda berama Wilmuka (yang dulu ketika kecil ditaruh pangeran Palasara di atas kepalanya saat sedang bertapa)sedangkan burung garuda satunya bernama Arimuka dimiliki oleh Prabu Bomanarakasura (raja Trajutresno/putra Prabu Kresna) yang juga musuh bebuyutan Gathotkaca. Pada masa dewasanya Gatotkaca memperistri Dewi Pergiwa, dan terpilih menjadi senopati negara amarta pada perang Baratayuda setelah menerima wahyu Jayaningrat dan Topeng Wojo. Dalam cerita Jawa pada saat perang Baratayudha dengan lakon Gathotkaca Gugur diceritakan Adipati Karno berangkat perang pada waktu malam hari karenanya hanya Gathotkaca yang dianggap bisa menandingi karena dada Gathotkaca bisa bersinar karena daya dari kotang Ontokusumo. Akhirnya Gatotkaca kalah dalam perang melawan Adipati Karno karena Adipati Karno memiliki Pusaka Kuntawijayadanu yang warangkanya masih tertanam di pusar Raden Gatotkaca, sebenarnya Kuntawijayandanu tidak sampai ke tubuh Gathotkaca tapi Kolobendono (roh paman dari Gatotkaca) membawanya sampai ke pusar Gathotkaca, ini dikarenakan Gathotkacalah yang membunuhnya. sebelum mati Gathotkaca punya permintaan yaitu bersedia mati tapi harus diganti 1000 prajurit musuh. Tubuh Gathotkaca yang jatuh dari angkasa karena terkena pusaka Kunta menjatuhi kereta Adipati Karna dan pecahan kereta mengenai 1000 prajurit Astina sehingga tewas seketika.

Lihat pula