Lompat ke isi

Ululazmi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 16 Juni 2016 00.04 oleh MusenInvincible (bicara | kontrib) (reviewed)

Ulu al-Azmi (Arab أولوالعزم) adalah sebuah gelar kenabian istimewa yang diberikan kepada para rasul yang memiliki kedudukan khusus karena ketabahan dan kesabaran yang luar biasa dalam menyebarkan ajaran tauhid. Dari 25 nabi yang wajib diketahui dalam agama Islam, terdapat 5 nabi yang mendapatkan gelar Ulul Azmi, yaitu Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan Muhammad. Gelar Ulul Azmi dijelaskan dalam Al Quran pada Surah Al-Ahqaf ayat 35 dan Surah Asy-Syura ayat 13.

Sifat Ulul Azmi

Semua nabi yang diketahui mendapatkan gelar Ulul Azmi dalam Islam adalah nabi-nabi yang memiliki keteguhan hati luar biasa serta kesabaran tinggi ketika menyebarkan ajaran Allah walaupun dengan penolakan dan berbagai usaha untuk menjatuhkannya. Mereka senantiasa memohon kepada Allah agar tidak menurunkan azab kepada kaum yang menolak dakwahnya, serta selalu berdoa kepada Allah agar memberikan hidayah kepada kaum mereka. Sifat-sifatnya Ulul Azmi dan penentuan obyeknya adalah sebagai berikut:

Kisah Ulul al-Azmi

Nuh

Sikap Nuh yang layak disebut sebagai ulul azmi di antaranya karena kegigihannya dalam berdakwah tentang agama Allah sekalipun mendapat hinaan dari kaumnya.[6] Selama bertahun-tahun, Nuh mendakwahi keluarga, kerabat dan kaumnya, untuk mengabdi kepada Allah.[7] Namun, kebiadaban kaum Nuh sebagai "umat paling rusak"[8] telah menghinakan dan menyakiti hati Nuh, hingga ia berdoa dengan sungguh-sungguh supaya Allah memunahkan seluruh manusia yang telah semena-mena menolak dakwahnya,[9] permohonan nabi Nuh dikabulkan oleh Allah dengan mendatangkan banjir bah yang melenyapkan segala makhluk selain para penghuni bahtera Nuh. Bahkan istri dan anaknya yang bernama Kan’an termasuk penentangnya.[10]

Setelah diselamatkan oleh Allah, Nuh beserta segala makhluk yang naik di bahtera mengikat perjanjian kepada Allah.

Ibrahim

Sejak masih bayi, Ibrahim harus diasingkan ke dalam gua, yang disebabkan oleh perintah Raja Namrudz untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang baru lahir. Setelah dewasa, ia harus berhadapan dengan raja Namrudz dan masyarakat penyembah berhala termasuk ayahnya yang bekerja sebagai pembuat berhala. Bahkan nabi Ibrahim harus menerima ujian yang berat, yaitu dibakar hidup-hidup,[11] Namun karena iman Ibrahim yang tak tergoyahkan kepada Allah, maka Allah mendatangkan keselamatan baginya.[12] Bertahun-tahun usia pernikahannya dengan Sarah, ia belum dikaruniai anak hingga istrinya meminta ia menikahi seorang budak Mesir bernama Hajar untuk dijadikan istri. Akhirnya Hajar dapat melahirkan seorang anak yang diberi nama Ismail. Allah memerintahkan Ibrahim untuk “mengasingkan” istri dan anak yang baru lahir dan sangat dicintainya itu ke tanah gersang di Makkah. Karena kesabaran dan kepatuhannya, perintah itu dilaksanakan. Namun, perintah lebih berat diterima Ibrahim, yaitu harus mengorbankan putranya. Hal ini pun ia laksanakan, meskipun akhirnya yang disembelih adalah seekor domba.[13]

Ibrahim merupakan salah satu pendiri Baitullah, selama pembangunan Baitullah, Ibrahim pula berdoa kepada Allah supaya keturunannya memperoleh Al-Kitab dan Hikmah supaya dihindarkan dari kemusyrikan dan penyembahan berhala.[14] Hal ini menyebabkan Allah terpikat dengan sosok nabi Ibrahim yang mempedulikan nasib anak cucunya sehingga Allah mengadakan perjanjian untuk memberkahi keturunanya apabila mewarisi sosok Ibrahim dalam hal keimanan dan kesetiaan terhadap segala perintah Allah. Setelah itu, Ibrahim menerima perjanjian dari Allah, yang berlaku bagi keturunannya supaya keturunan Ibrahim menjadi milik Allah dan diberkahi dengan syarat setia melaksanakan segala perintah-perintah dan hukum-hukum Allah. Akan tetapi, perjanjian ini tidak berlaku bagi orang-orang yang zalim.[15]

Musa

Musa merupakan salah satu keturunan nabi Ibrahim yang dibesarkan di lingkungan istana Firaun namun ia melarikan diri dari istana karena pembunuhan seorang Mesir.[16] Setelah berlindung di Madyan dari Firaun, Allah memanggil Musa untuk pulang menyelamatkan Bani Israil dari penindasan Firaun. Musa termasuk orang sabar dalam menghadapi dan mendakwahi Firaun serta dengan bantuan Allah menghadirkan banyak mu'jizat melawan tipu daya Firaun hingga Musa berhasil menuntun kaumnya menyeberangi Laut Merah untuk menenggelamkan Firaun dan bala tentaranya, selain itu, Musa memiliki kesabaran besar dalam memimpin kaumnya yang membangkang. Ketika Musa akan menerima wahyu di Bukit Sinai, pengikutnya yang dipimpin Samiri menyeleweng dengan menyembah berhala anak lembu emas.[17] Harun yang ditugasi mengganti peran Musa, tidak sanggup untuk menghalangi niat mereka, bahkan ia diancam hendak dibunuh.[18]

Musa merupakan satu-satunya manusia yang diberi keistimewaan berbincang-bincang secara langsung dengan Allah dibalik tabir[19] dan Musa menerima perjanjian dari Allah dengan Bani Israil berupa Taurat yang berisi perintah-perintah dan hukum-hukum Allah bagi umat manusia.[20] Dalam Al-Quran, Kitab Musa disebut sebagai salah satu kitab terbaik bagi umat manusia.[21]

Isa

Isa merupakan satu-satunya manusia selain nabi Adam yang dilahirkan tanpa perantaraan ayah,[22] ia dilahirkan oleh Maryam dan dikenal sebagai Isa Ibnu Maryam (Isa putra Maryam). ia memiliki kesabaran dan keteguhan dalam menyampaikan ajaran Allah. Terutama ketika Isa sabar menerima banyak cobaan menjadi seorang yang dimusuhi karena dituduh sebagai penista agama Yahudi, pengkhianatan seorang muridnya, menghadapi fitnah, tuduhan jahat, hingga hendak dibunuh oleh kalangan pendeta Yahudi.[23] Kehidupan Isa menggambarkan kezuhudan dan ketaatan dalam beribadah.

Kehadiran Isa adalah sebagai penggenapan Taurat dan seorang Utusan Allah,[24] yang membawa risalah Allah untuk menuntun Bani Israil kembali percaya dan berserah kepada Tuhan mereka, oleh karena banyak ajaran agama pada zaman itu yang membaurkan Taurat (ajaran Allah) dengan ajaran-ajaran manusia.[25] Namun ajaran nabi Isa belumlah sempurna sebab ia menyatakan bahwa akan ada nabi yang bernama Ahmad sebagai penerus ajarannya.[26]

Muhammad

Sejak kecil sampai dewasa, Muhammad mengalami berbagai masa sulit namun Allah menyelamatkannya. Pada usia 6 tahun dia sudah menjadi yatim piatu. Setelah dewasa ia harus membantu meringankan beban paman Abu Thalib yang merawatnya sejak kecil.[27]

Tantangan terberat yang dihadapi adalah setelah diangkatnya menjadi seorang rasul. Penentangan bukan saja dari orang lain, tetapi juga dari Abu Lahab, pamannya sendiri. Muhammad juga harus ikut menderita tatkala Bani Hasyim diboikot (diasingkan) di sebuah lembah dikarenakan dakwahnya. Tokoh-tokoh Quraisy mempelopori pemboikotan tersebut yang isinya antara lain melarang berhubungan jual beli, pernikahan, dan hubungan sosial lainya kepada Bani Hasyim. Pemboikotan itu karena ajaran nabi yang dianggap sesat dan bertentangan dengan suku Quraisy. Oleh karena nabi Muhammad didustakan, difitnah sebagai orang gila[28] bahkan diusir kaum kafir, maka Allah memerintahkan nabi beserta kaum yang beriman maju berperang melawan orang-orang kafir yang telah memerangi mereka[29] sampai nabi Muhammad mendapat pertolongan dan kemenangan dari sisi Allah,[30] lalu mengadakan perjanjian damai dengan kaum yang tidak beriman bahwa mereka takkan menganggu orang-orang beriman.[31]Nabi Muhammad dan orang-orang beriman dijelaskan memiliki karakter keras terhadap orang-orang kafir dan akrab dengan sesama orang beriman.[32][33][34][35][36]

Kekhususan pada diri Nabi Muhammad adalah pewahyuan Al-Qur'an, kitab yang secara langsung berasal dari Firman disertai ikrar sumpah di awal surat (demi nama Allah) sebagai penggenapan kitab-kitab Allah sebelumnya supaya umat manusia benar-benar berserah diri sepenuhnya kepada Allah.[37] Kemurnian Al-Qur'an dipelihara oleh Allah,[38] tidak seperti beberapa kitab terdahulu yang mengalami campur tangan dari berbagai penulis (Ahli Kitab) atau bahkan berada dalam versi-versi yang berbeda. Nabi Muhammad juga diutus sebagai penggenapan Taurat dan Injil (yang disebut sebagai Ahmad),[39] supaya umat manusia hanya percaya, berserah dan mengabdi untuk Allah saja dalam beragama,[40] terlebih nabi mendapat larangan mengikuti "orang-orang" yang mengakibatkan perpecahan dalam agama Allah, Allah berfirman bahwa berpecah-belah dalam agama adalah sama dengan kekafiran.[41][42][43]

Referensi

  1. ^ Bihâr al-Anwâr, hal. 32. Cetakan Beirut, Wafa.
  2. ^ Ibid, hal. 34; ‘Ilal al-Syarâ’i, jil. 1, hal. 149, Bab 101. Ibid, hal. 56.
  3. ^ Ibid, hal. 35.
  4. ^ Al-Ahzab: 7-8
  5. ^ Asy-Syura: 13
  6. ^ Surah Nuh : 1-20
  7. ^ Surah Al-Ankabut : 14
  8. ^ Surah An-Najm : 52
  9. ^ Surah Al-Qamar : 9 – 17, Surah Nuh : 24-28
  10. ^ Surah Hud : 42-47
  11. ^ Surah Al-Ankabut : 24 Surah Al-Anbiya : 68 Surah As-Saffat : 97
  12. ^ Surah Al-Anbiya : 69 Surah Al-Ankabut : 24
  13. ^ Surah As-Saffat : 102-107
  14. ^ Surah Al-Baqarah : 127-129 Surah Ibrahim : 35-36, Surah Hajj : 78
  15. ^ Surah Al-Baqarah : 124
  16. ^ Surah Qashash : 15-17
  17. ^ Surah Ta Ha : 95-97
  18. ^ Surah Ta Ha : 94
  19. ^ Surah Al-A'raf : 144, Surah Asy-Syura : 51, Surah An-Nisa : 164
  20. ^ Surah Al-Maidah : 43
  21. ^ Surah Hud : 17, Surah Al-Ahqaf : 12
  22. ^ Surah Al-Imran : 59
  23. ^ Surah Al-Maidah : 70, Surah An-Nisa : 157
  24. ^ Surah Al-Baqarah : 75, Surah Al-Baqarah : 101, Surah Ali-Imran : 23, Surah Al-A'raf : 169
  25. ^ Persekongkolan Pendeta Yahudi menghadapi Isa
  26. ^ Surah As-Saff : 6
  27. ^ Surah Ad-Duha : 6-11
  28. ^ Surah Al-Hijr : 6, Surah Al-Mu'minun : 70, Surah Al-Qalam 51, Surah Az-Zariyat: 52
  29. ^ Surah Al-Hajj : 39, Surah Al-Baqarah : 91, Surah An-Nisa : 89, Surah An-Nisa : 91, Surah Al-Anfal : 92, Surah Muhammad : 4, Surah At-Taubah : 29
  30. ^ Surah Al-Maidah : 3
  31. ^ An-Nisa : 90, Surah Al-Anfal : 61, Surah At-Taubah : 4, Surah Al-Mumtahana : 8-9
  32. ^ Surah Al-Fath : 78
  33. ^ Surah Al-Baqarah : 191
  34. ^ Surah An-Nisa : 89
  35. ^ Surah Al-Mujadilah : 22
  36. ^ Surah Al-Maidah : 54
  37. ^ Surah An-Nisa : 105, Surah Al-An'am : 114
  38. ^ Surah Yunus : 37, Surah Hud : 1, Surah Zumar : 1, Surah Mu'minun : 2, Surah Al-Haqqah : 38 - 52
  39. ^ Surah Ali-Imran : 3, Surah Yunus : 37, Surah Al-Maidah : 68, Surah Al-Fath : 29
  40. ^ Surah Al-Baqarah : 136, Surah Al-Baqarah : 285, Surah Ali-Imran : 84, Surah Ali-Imran : 152, Surah Al-An’am : 153
  41. ^ Surah Ali-Imran : 105, Surah An-Nisa : 150 Surah Al-Maidah : 77 Surah Al-Anbiya : 24
  42. ^ Asy-Syura: 14 - 16
  43. ^ Surah Al-An'am : 116

Pranala luar