Lompat ke isi

Ulangan 10

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Ulangan 10 (disingkat Ul 10) adalah bagian dari Kitab Ulangan dalam Alkitab Ibrani atau Perjanjian Lama di Alkitab Kristen. Merupakan kitab ke-5 dan terakhir dalam kumpulan kitab Taurat yang disusun oleh Musa.[1][2]

Teks

Waktu

  • Kisah yang dicatat di pasal ini terjadi pada tanggal 1 bulan ke-11 tahun ke-40 perjalanan orang Israel dari tanah Mesir.[4] (~1407 SM)

Lokasi

  • Musa mengucapkan perkataan-perkataan ini kepada seluruh orang Israel di seberang sungai Yordan, di padang gurun, di Araba-Yordan, di tentangan Suf, antara Paran dengan Tofel, Laban, Hazerot dan Di-Zahab.di seberang sungai Yordan, di padang gurun, di Araba-Yordan, di tentangan Suf, antara Paran dengan Tofel, Laban, Hazerot dan Di-Zahab, sebelas hari perjalanan jauhnya dari Horeb sampai Kadesh-Barnea, melalui jalan pegunungan Seir.[5]

Struktur

Pembagian isi pasal (disertai referensi silang dengan bagian Alkitab lain):

Ayat 12-13

"Maka sekarang, hai orang Israel, apakah yang dimintakan dari padamu oleh TUHAN, Allahmu, selain dari:
  • takut akan TUHAN, Allahmu,
  • hidup menurut segala jalan yang ditunjukkan-Nya,
  • mengasihi Dia,
  • beribadah kepada TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu,
  • berpegang pada perintah dan ketetapan TUHAN yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaanmu."[6]

Berkali-kali Allah menekankan pentingnya kasih yang berasal dari "hati" (Ulangan 4:29; Ulangan 6:5)

  1. Allah tidak ingin umat-Nya menggantikan kasih mereka yang sepenuh hati dengan upacara-upacara agama yang formal, seperti halnya melaksanakan berbagai perintah-Nya, mempersembahkan korban, dan sebagainya. Penting bagi mereka untuk senantiasa menaati Allah dengan hati yang sungguh-sungguh mengasihi dan menghormati Dia. Iman dan kasih dengan sepenuh hati juga perlu dalam hubungan orang percaya dalam Perjanjian Baru dengan Allah (Yohanes 21:15; Kolose 3:4).
  2. Memang, mungkin saja kita membaca Alkitab, berdoa, hadir di gereja, dan ambil bagian dalam Perjamuan Kudus tanpa pengabdian sepenuh hati kepada Allah; inilah yang dimaksud dengan legalisme (Markus 7:6). Ketaatan lahiriah dan pelaksanaan upacara-upacara keagamaan dengan tepat memiliki keabsahan dan makna hanya jika dilandaskan pada pengenalan akan Yesus Kristus melalui iman dan kasih yang sungguh-sungguh kepada-Nya karena diri-Nya dan apa yang telah dilakukan-Nya demi kita.[7]

Referensi

  1. ^ W.S. LaSor, D.A. Hubbard & F.W. Bush. Pengantar Perjanjian Lama 1. Diterjemahkan oleh Werner Tan dkk. Jakarta:BPK Gunung Mulia. 2008. ISBN 979-415-815-1, 9789794158159
  2. ^ J. Blommendaal. Pengantar kepada Perjanjian Lama. Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1983. ISBN 979-415-385-0, 9789794153857
  3. ^ Ulangan 1:1
  4. ^ Ulangan 1:3
  5. ^ Ulangan 1:1–2
  6. ^ Ulangan 10:12–13
  7. ^ The Full Life Study Bible. Life Publishers International. 1992. Teks Penuntun edisi Bahasa Indonesia. Penerbit Gandum Mas. 1993, 1994.

Lihat pula

Pranala luar