Lompat ke isi

Satyawati

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Satyawati
सत्यवती
Dewi Satyawati dalam wujud wayang Jawa
Dewi Satyawati dalam wujud wayang Jawa
Tokoh dalam mitologi Hindu
NamaSatyawati
Ejaan Dewanagariसत्यवती
Ejaan IASTSatyavati
Nama lainDurghandini; Gandhawati
AsalKerajaan Matsya

Satyawati (Sanskerta: सत्यवती; Satyavati) (juga disebut Durghandini dan Gandhawati) adalah seorang tokoh dalam wiracarita Mahabharata. Ia adalah istri prabu Santanu dan ibu dari Citrānggada dan Wicitrawirya.

Sewaktu kecil ia berbau amis, tetapi disembuhkan oleh Resi Parasara, dan kemudian menikahinya lalu melahirkan seorang putra dan diberi nama Wyasa. Dalam versi pewayangan, ia disembuhkan oleh Resi Wyasa.

Dalam versi pewayangan, Satyawati lebih terkenal dengan nama Durgandini. Sementara itu, tokoh Setyawati sendiri adalah nama istri dari Salya.

Mahabharata squad

Pertemuan dengan Resi Parasara

"Prabu Santanu jatuh cinta dengan Dewi Satyawati" (lukisan India karya Raja Ravi Varma)

Pada suatu hari, Bagawan Parasara, putera Bagawan Çakri yang merupakan cucu Maharsi Wasistha, berdiri di tepi Sungai Yamuna, minta diseberangkan dengan perahu. Durghandini menghampirinya lalu mengantarkannya ke seberang dengan perahu. Di tengah sungai, Resi Parasara terpikat oleh kecantikan Durghandini. Durghandini kemudian bercakap-cakap dengan Resi Parasara, sambil menceritakan bahwa ia terkena penyakit yang menyebabkan badannya berbau busuk. Ayahnya berpesan, bahwa siapa saja lelaki yang dapat menyembuhkan penyakitnya dijadikan suami. Mendengar hal itu, Resi Parasara mengatakan bahwa ia bersedia menyembuhkan penyakitnya, lalu ia meraba kulit Durghandini. Tak berapa lama kemudian, bau harum semerbak tersebar dan bahkan dapat tercium pada jarak seratus "Yojana". Karena Resi Parasara berhasil menyembuhkannya, maka ia berhak menjadikan Durghandini sebagai istri. Dari hasil hubungannya, lahirlah Rsi Byasa yang sangat luar biasa. Ia mampu mengucapkan ayat-ayat Veda bahkan ketika baru lahir.

Pertemuan dengan Prabu Santanu

Pada suatu ketika Prabu Santanu dari Hastinapura mendengar desas-desus bahwa di sekitar sungai Yamuna tersebar bau yang sangat harum semerbak. Dengan rasa penasaran Prabu Santanu jalan-jalan ke sungai Yamuna. Ia menemukan sumber bau harum tersebut dari seorang gadis desa, bernama Durgandini. Prabu Santanu jatuh cinta dan hendak melamar Durghandini. Ketika Sang Raja melamar gadis tersebut, orangtuanya mengajukan syarat bahwa jika Durghandini (Gandhawati atau Satyawati) menjadi permaisuri Prabu Santanu, ia harus diperlakukan sesuai dengan Dharma dan keturunan Durghandini-lah yang harus menjadi penerus tahta. Mendengar syarat tersebut, Sang Raja pulang dengan kecewa dan menahan sakit hati. Ia menjadi jatuh sakit karena terus memikirkan gadis pujaannya yang tak kunjung ia dapatkan.

Melihat ayahnya jatuh sakit, Dewabrata menyelidikinya. Ia bertanya kepada kusir yang mengantarkan ayahnya jalan-jalan. Dari sana ia memperoleh informasi bahwa ayahnya jatuh cinta kepada seorang gadis. Akhirnya, ia berangkat ke sungai Yamuna. Ia mewakili ayahnya untuk melamar puteri Dasabala yang sangat diinginkan ayahnya. Ia menuruti segala persyaratan yang diajukan Dasabala. Ia juga bersumpah tidak akan menikah seumur hidup dan tidak akan meneruskan tahta keturunan Raja Kuru agar kelak tidak terjadi perebutan kekuasan antara keturunannya dengan keturunan Durghandini. Sumpahnya disaksikan oleh para Dewa dan semenjak saat itu, namanya berubah menjadi Bisma. Akhirnya Prabu Santanu dan Dewi Durghandini menikah lalu memiliki dua orang putera bernama Chitrāngada dan Wicitrawirya.

Lihat pula

Templat:Link GA