Lompat ke isi

Matius 6:9

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 4 Februari 2016 05.05 oleh Bennylin (bicara | kontrib)
Codex Sinaiticus (~330-360 M), Matius 6:4–32 dalam bahasa Yunani kuno.

Matius 6:9 (disingkat Mat 6:9; bahasa Inggris: Matthew 6:9) adalah ayat kesembilan dari pasal keenam Injil Matius, yaitu kitab pertama dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen. Ayat ini termasuk ke dalam rangkaian Khotbah di bukit yang diucapkan oleh Yesus Kristus di Galilea (~29 M), yang dicatat oleh Matius, salah seorang dari keduabelas Rasul pertama. Merupakan salah satu ayat yang paling sering dikutip dari Alkitab Kristen, karena memuat kalimat-kalimat pembuka Doa Bapa Kami.

"Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu." Matius 6:9 (Terjemahan Baru)

Konteks Alkitab

Ayat ini adalah bagian dari nas Alkitab dalam Matius 6 terutama ayat Matius 6:9–13 yang memuat Doa Bapa Kami. Nas ini merupakan sebagian dari rangkaian pasal Matius 5:1–7:29, yang biasanya disebut Khotbah Kristus di Bukit, berisi penyataan dari prinsip-prinsip kebenaran Allah dengan mana semua orang Kristen harus hidup oleh iman kepada Anak Allah (Galatia 2:20) dan oleh kuasa Roh Kudus yang tinggal di dalam diri orang beriman (Roma 8:2–14; Galatia 5:16–25). Semua orang yang menjadi anggota Kerajaan Allah harus lapar dan haus akan kebenaran yang diajarkan dalam Khotbah Kristus (lihat Matius 5:6).[1]

Analisis

Lukisan James Tissot: The Lord's Prayer (1886-1896)

Berdoalah

Ayat ini memuat contoh suatu doa yang diajarkan oleh Yesus Kristus. Dengan contoh doa ini, Kristus menunjukkan apa saja yang harus menjadi pokok doa orang Kristen. Ada enam permohonan dalam doa itu: tiga yang pertama berkaitan dengan kekudusan dan kehendak Allah; tiga sisanya berkaitan dengan kebutuhan orang beriman sehari-hari. Singkatnya doa ini tidak berarti bahwa orang beriman harus berdoa secara singkat saja mengenai kebutuhannya. Kristus kadang-kadang berdoa sepanjang malam (Lukas 6:12).[1]

Doa melibatkan penyembahan kepada Bapa sorgawi.

  • 1) Sebagai Bapa, Allah mengasihi kita, memperdulikan kita, dan dengan gembira menyambut persekutuan dan keakraban dengan kita; melalui Kristus kita dapat menghampiri Dia pada setiap saat untuk menyembah Dia dan membawa persoalan kita kepada-Nya (Matius 6:25–34).
  • 2) Allah sebagai Bapa tidak berarti bahwa Dia seperti seorang Bapa manusiawi yang membiarkan anak-anak-Nya berbuat salah atau yang tidak mendisiplinkan mereka dengan benar. Allah adalah Bapa yang kudus yang harus menentang dosa. Allah tidak akan membiarkan dosa sekalipun di dalam diri mereka yang menyebut-Nya Bapa. Nama-Nya harus "dikuduskan".
  • 3) Sebagai Bapa sorgawi, Ia dapat memberi berkat dan juga dapat menghukum, menahan atau memberi, bertindak dengan adil atau dengan murah hati. Cara Allah menanggapi kita sebagai anak-anak-Nya tergantung pada iman dan ketaatan kita kepada-Nya.[1]

Ayat ini dibuka dengan instruksi untuk berdoa dengan cara yang diberikan dalam kalimat-kalimat selanjutnya. Jelaslah bahwa doa ini bukan yang dinaikkan oleh Yesus sendiri, melainkan untuk diucapkan oleh para pengikut-Nya. Ini penting bagi teologi Kristen karena doa ini memuat permohonan pengampunan dosa, padahal Yesus dianggap tidak pernah berdosa. Tingkat kespesifikan instruksi Yesus ini menjadi hal yang diperdebatkan. Doa Bapa Kami telah diulangi kata demi kata banyak kali di seluruh dunia dalam berbagai bahasa, tetapi sejumlah sarjana percaya bahwa Yesus di sini hanya memberikan suatu pedoman umum mengenai isi doa, bukannya suatu doa khusus. Bagian Alkitab Perjanjian Baru memuat doa-doa lain, termasuk yang mirip di Injil Lukas, mengindikasikan bahwa penggunaan kata-kata yang berbeda dapat diterima. Perjanjian Baru juga mencatat bahwa murid-murid Yesus berdoa dalam beberapa peristiwa, tetapi tidak pernah disebutkan menaikkan doa ini.[2]

Bapa kami

Kata ganti orang yang terdapat dalam bahasa Yunani aslinya, yaitu kata keempat pada ayat ini, ὑμεῖς hymeis (="kalian"), dan kata keenam, ἡμῶν hēmōn (="kami"), semuanya bersifat jamak/plural, sehingga France berpendapat hal itu mengindikasikan bahwa doa ini rupanya dimaksudkan untuk ibadah bersama (komunal), bukan untuk pengulangan pribadi. Perjanjian Baru juga menyatakan jelas bahwa istilah "Bapa" adalah suatu gelar yang dipakai para murid untuk menyebut Allah. Hanya mereka yang sudah ditebus sebaiknya menggunakan sebutan itu, dan karenanya doa ini hanya untuk mereka yang sudah menjadi Kristen.[2]

Kata yang digunakan dalam Injil Matius di sini mencerminkan karya tulisan orang Yahudi pada zaman itu. Injil Lukas mencatat doa yang mirip pada Lukas 11:2-4 dengan lebih radikal hanya menyebut Bapa, bukannya Bapa kami, suatu pemakaian yang tidak pernah ditemui dalam sastra Yahudi pada zaman tersebut. Istilah Bapa kami dalam Injil Matius membuat hubungan ini agak jauh, dan lebih dapat diterima dalam lingkungan orang Yahudi yang peka atas hubungan manusia dan Allah. Kata yang diterjemahkan sebagai "Bapa" ini dalam bahasa Ibrani adalah "abba". Panggilan ini merupakan istilah informal yang digunakan oleh anak-anak kecil untuk memanggil ayah mereka. Namun, juga istilah yang kadang dipakai oleh anak-anak yang sudah dewasa, dan sebagai istilah umum untuk menyebut seorang laki-laki tua yang dihormati di masyarakat. Boring menulis bahwa kata papa merupakan terjemahan yang lebih harfiah, dan lebih dekat kepada makna aslinya.[3]

Dikuduskanlah Nama-Mu

Frasa "Dikuduskanlah Nama-Mu" mirip dengan bagian dari doa di sinagoga yang dikenal sebagai Qaddish. Kata bahasa Yunani untuk dikuduskanlah, yaitu ἁγιασθήτω hagiasthētō, jarang dipakai, dan sebagaimana istilah bahasa Inggris kunonya ("hallowed"), istilah ini hanya dijumpai dalam konteks Alkitab. Mengandung makna untuk menghormati atau menyanjung, tetapi juga untuk menyembah dan memuliakan. Dalam Yudaisme, nama Allah dipandang sangat penting, dan penghormatan nama ini merupakan hal sentral dalam kesalehan. Hendriksen mencatat bahwa pada zaman itu nama-nama bukan sekedar label, melainkan dipandang sebagai cerminan sebenarnya dari hakekat suatu obyek. Jadi menghormati nama Allah setara dengan menghormati Allah. Satu pandangan menyatakan bahwa permohonan ini merujuk kepada kepatuhan akan Allah dan akan perintah-perintah-Nya.[4] Green berpendapat bahwa mengkuduskan nama Allah dengan sengaja merupakan yang pertama di antara tiga permohonan dalam doa ini, dengan tujuan mengakui keutamaan Allah di atas segala hal.

Hal yang paling perlu diperhatikan di dalam doa dan kehidupan orang percaya ialah pengudusan nama Allah. Adalah hal yang sangat penting bahwa Allah sendiri dihormati, dimuliakan, dan ditinggikan (bandingkan Mazmur 34:4). Di dalam doa dan kehidupan sehari-hari orang beriman harus sangat memperhatikan nama baik Allah, gereja-Nya, Injil-Nya, dan kerajaan-Nya. Melakukan sesuatu yang mencemarkan nama baik Tuhan merupakan dosa yang sangat hebat sehingga mempermalukan Allah.[1]

Dikuduskanlah, dalam bahasa Yunani aslinya, dinyatakan dalam bentuk pasif dan waktu mendatang (passive voice and future tense), yang menjadikannya kurang jelas bagaimana pengkudusan ini akan terjadi. Suatu tafsiran menyatakan bahwa ini merupakan panggilan bagi semua orang percaya untuk menghormati nama Allah. Bagi mereka yang memandang doa ini terutama bersifat eskatologis, doa tersebut sebenarnya merujuk kepada akhir zaman ketika kuasa Allah akan menjamin nama-Nya akan dihormati di seluruh semesta, dan permohonan ini sebenarnya bukan ditujukan untuk saat sekarang.[5]

Bahasa Kuno

Bagian awal Doa Bapa Kami dari Matius 6:9-11 dalam bahasa Latin ("Meister des Lehrbuchs Kaiser Maximilians I"), tahun 1500, Vienna.

Bahasa Yunani

Textus Receptus/Novum Testamentum Graece

Οὕτως οὖν προσεύχεσθε ὑμεῖς· Πάτερ ἡμῶν ὁ ἐν τοῖς οὐρανοῖς ἁγιασθήτω τὸ ὄνομά σου·

Transliterasi (dengan pranala konkordansi Strong):

Houtōs oun proseukhesthe hymeis: Pater hēmōn ho en tois ouranois· Hagiasthētō to onoma sou·.

Terjemahan harfiah:

Maka karenanya berdoalah kalian: Bapa kami yang di sorga; dikuduskanlah nama-Mu.

Sumber naskah kuno: Codex Sinaiticus, Codex Vaticanus

Bahasa Suryani/Aram

Teks bahasa Suryani yang terdapat dalam Peshitta dari abad ke-2 M[6]

ܗܳܟ݂ܰܢܳܐ ܗܳܟ݂ܺܝܠ ܨܰܠܰܘ ܐܰܢ݈ܬ݁ܽܘܢ ܐܰܒ݂ܽܘܢ ܕ݁ܒ݂ܰܫܡܰܝܳܐ ܢܶܬ݂ܩܰܕ݁ܰܫ ܫܡܳܟ݂

Bahasa Latin

Vulgata (abad ke-4 M)

sic ergo vos orabitis: Pater noster qui in caelis es sanctificetur nomen tuum.

Bahasa Indonesia

Halaman yang memuat Injil Matius pasal 5 dan 6 dalam bahasa Indonesia versi Terjemahan Lama (1958).
Versi Matius 6:9
Terjemahan Baru (1974) Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu.[7]
BIS (1985) Jadi berdoalah begini, 'Bapa kami di surga: Engkaulah Allah yang Esa. Semoga Engkau disembah dan dihormati.[8]
Terjemahan Lama (1958) Sebab itu, hendaklah kamu berdoa demikian: Ya Bapa kami yang di surga, dipermuliakanlah kiranya nama-Mu.[8]
AYT Draft Maka berdoalah seperti ini, ‘Bapa kami yang di surga, Dikuduskanlah nama-Mu.[8]
MILT (2008) Oleh karena itu, hendaklah kamu berdoa demikian: Bapa kami yang di surga, dikuduskanlah Nama-Mu,[8]
WBTC Draft (2006) Maka berdoalah demikian, 'Bapa kami yang di surga, kami berdoa supaya nama-Mu selalu dikuduskan.[8]
FAYH (1989) Berdoalah begini: 'Bapa kami yang di surga, kami muliakan nama-Mu yang suci.[8]
ENDE (1969) Hendaklah kamu berdoa demikian: Bapa kami jang di Surga, Dikuduskanlah NamaMu,[8]
Shellabear Draft (1912) Sebab itu hendaklah kamu berdo'a begini: 'Ya Bapa kami yang disurga, terhormatlah kiranya namamu.[8]
Shellabear 2000 (2000) Jadi, hendaklah kamu berdoa demikian, ‘Ya Bapa kami yang di surga, Dikuduskanlah asma-Mu.[8]
Melayu BABA (1913) Sbab itu biar-lah kamu minta do'a bgini: 'Ya Bapa kami yang di shorga, biar-lah nama-mu di-kuduskan.[8]
Klinkert 1879 (1879) Sebab itoe hendaklah kamoe meminta-doa demikian boenjinja: Bapa kami jang ada disorga, dipermoeliakan kiranja Namamoe;[8]
Klinkert 1863 (1863) Dari itoe, sembahjanglah bagini: {Luk 11:2} Bapa saja, jang ada disorga, moega-moega nama Toehan dipersoetjiken,[8]
Leydekker Draft (1733) Sebab 'itu hendakhlah kamu sombahjang demikijenlah: Bapa kamij jang 'ada disawrga, namamu depersutjilah kiranja.[8]

Bahasa-bahasa Daerah di Indonesia

Kanjeng Rama ing swarga
mugi asma Dalem kaluhurna

Versi lain:

Rama kawula ing swarga
Asma Dalem kaluhurna

Versi lain:

Dhuh, Rama kawula ingkang wonten ing swarga,
Asma Paduka mugi kasucèkaken.

Bahasa Jawa Suriname

Duh Bapaké awaké déwé nang swarga
muga Jenengmu kasutyèkna.
Nun Ama di sawarga.
Mugi jenengan Ama nu suci dimulyakeun.
Ale Ama nami na di banua ginjang.
Sai pinarbadia ma goar-Mu.
O Bapa kami si i Surga.
Kam kap Dibata Si Tonggal.

Versi lain

Bapa kami si ni surga.
GelarNdu i Pebadia min.
Ham Bapanami na i nagori atas.
Sai pinapansing ma Goran-Mu.
Jadi meunyoe meudoá-meudoá kheueh lagée nyoe,
Bapak kamoe nyang na dalam syeuruga:
Beuteupeu kudus kheueh nan Droeneueh,
Ajin titiang sane ring suarga,
parab Palungguh Aji mangda kaluihang.
Ambo’ta ri surugaé:
Iko ritu Allataala iya Séuwaé.
O, Manggea ri suruga:
IKattemi Allata’ala Tenaya Ruanna Poro.
Rama se jumenneng e sowarga:
Moga asmaepon Junandalem emolja’agiya.
Yamab Umdok Sorga.
Marfasant Memam.
Ama namin, sumasalangit Ka,
Sambahin ang ngalan Mo.

Versi Katolik:

He ama khöma siso ba zorugo,
yaniamoni'ö döi-U,

Versi Protestan:

He ama khöma siso ba zorugo,
yate'amoni'ö döi-U,

Bahasa Tountemboan Tumompaso (Ma'kele'i) (Minahasa)

Amang Kasuruang a si wale karondorang!
Si Maka Ngarang Le'nas i pa' rayo-rayo,

Versi lain:

"Ambah kami sa hang surga:"
"Hanyu Alatalla sa tungkan."

Bahasa Dayak Ma'anyan

"Ambah kami sa hang surga:"
"Hanyu Alatalla sa tungkan."

Dayak Dusun Witu versi Katolik

"Amah kami huang sorga"
"na muliakan aran Nu,"

Bahasa Tombulu (Minahasa)

"Ama’ nai wana ang kasendukan,"
"Nimalenas la u NgaranNu;"

Bahasa asing

Matius 6:9-10 dalam bahasa Jerman pada suatu pahatan di Jerman.

Bahasa Inggris

Versi Raja James (1610)

"After this manner therefore pray ye: Our Father which art in heaven, Hallowed be thy name."

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b c d The Full Life Study Bible. Life Publishers International. 1992. Teks Penuntun edisi Bahasa Indonesia. Penerbit Gandum Mas. 1993, 1994.
  2. ^ a b France, R.T. The Gospel According to Matthew: an Introduction and Commentary. Leicester: Inter-Varsity, 1985.
  3. ^ Boring, Eugene "Gospel of Matthew." The New Interpreter's Bible, volume 8 Abingdon, 1995 pg. 203
  4. ^ Hendriksen, William. The Gospel of Matthew. Edinburgh: Banner of Truth Trust, 1976
  5. ^ Luz, Ulrich. Matthew 1-7: A Commentary. trans. Wilhlem C. Linss. Minneapolis: Augsburg Fortess, 1989.
  6. ^ Analysis of Peshitta verse Matthew 6:9
  7. ^ Matius 6:9
  8. ^ a b c d e f g h i j k l m SabdaWeb Matius 6:9

Pranala luar