Lompat ke isi

Tirto Adhi Soerjo

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Tirto Adhi Soerjo
LahirRaden Mas Djokomono
1880
Blora, Hindia Belanda
Meninggal7 Desember 1918 (umur 37–38)
Batavia, Hindia Belanda
PekerjaanJurnalis
Tahun aktif1894–1912
Suami/istriRaden Siti Suhaerah
Siti Habibah
Fatimah

Tirto Adhi Soerjo (lahir sebagai Raden Mas Djokomono di Blora, 1880 – meninggal di Batavia, 7 Desember 1918 pada umur 37 atau 38 tahun) adalah seorang tokoh pers dan tokoh kebangkitan nasional Indonesia, dikenal juga sebagai perintis persuratkabaran dan kewartawanan nasional Indonesia. Namanya sering disingkat T.A.S..

Tirto menerbitkan surat kabar Soenda Berita (1903-1905), Medan Prijaji (1907) dan Putri Hindia (1908). Tirto juga mendirikan Sarikat Dagang Islam. Medan Prijaji dikenal sebagai surat kabar nasional pertama karena menggunakan bahasa Melayu (bahasa Indonesia), dan seluruh pekerja mulai dari pengasuhnya, percetakan, penerbitan dan wartawannya adalah pribumi Indonesia asli.

Tirto adalah orang pertama yang menggunakan surat kabar sebagai alat propaganda dan pembentuk pendapat umum. Dia juga berani menulis kecaman-kecaman pedas terhadap pemerintahan kolonial Belanda pada masa itu. Akhirnya Tirto ditangkap dan disingkirkan dari Pulau Jawa dan dibuang ke Pulau Bacan, dekat Halmahera (Provinsi Maluku Utara). Setelah selesai masa pembuangannya, Tirto kembali ke Batavia, dan meninggal dunia pada 7 Desember 1918.

Kisah perjuangan dan kehidupan Tirto diangkat oleh Pramoedya Ananta Toer dalam Tetralogi Buru dan Sang Pemula.

Pada 1973, pemerintah mengukuhkannya sebagai Bapak Pers Nasional. Pada tanggal 3 November 2006, Tirto mendapat gelar sebagai Pahlawan Nasional melalui Keppres RI no 85/TK/2006.[1]

Pandangan

Takashi Shiraishi lewat buku Zaman Bergerak menyebut Tirto Adhi Soerjo sebagai orang bumiputra pertama yang menggerakkan bangsa melalui bahasanya lewat Medan Prijaji.

Tirto Adhi Soerjo juga mendapat tempat yang banyak pula dalam laporan-laporan pejabat-pejabat Hindia Belanda, terutama laporan Dr. Rinkes. Ini disebabkan karena Tirto memegang peranan pula dalam pembentukan Sarekat Dagang Islam di Surakarta bersama Haji Samanhudi, yang merupakan asal mula Sarikat Islam yang kemudian berkembang ke seluruh Indonesia. Anggaran Dasar Sarikat Islam yang pertama mendapat persetujuan Tirto Adi Soerjo sebagai ketua Sarikat Islam di Bogor dan sebagai redaktur suratkabar Medan Prijaji di Bandung.

Ketika menulis buku kenang-kenangannya pada tahun 1952, Ki Hajar Dewantara mencatat tentang diri Tirtohadisoerjo sebagai berikut: "Kira-kira pada tahun berdirinya Boedi Oetomo ada seorang wartawan modern, yang menarik perhatian karena lancarnya dan tajamnya pena yang ia pegang. Yaitu almarhum R.M. Djokomono, kemudian bernama Tirtohadisoerjo, bekas murid STOVIA yang waktu itu bekerja sebagai redaktur harian Bintang Betawi (yang kemudian bernama Berita Betawi) lalu memimpin Medan Prijaji dan Soeloeh Keadilan. Ia boleh disebut pelopor dalam lapangan journalistik."

Sudarjo Tjokrosisworo dalam bukunya Sekilas Perjuangan Suratkabar (terbit November 1958) menggambarkan Tirtohadisoerjo sebagai seorang pemberani. "Dialah wartawan Indonesia yang pertama-tama menggunakan suratkabar sebagai pembentuk pendapat umum, dengan berani menulis kecaman-kecaman pedas terhadap pihak kekuasaan dan menentang paham-paham kolot. Kecaman hebat yang pernah ia lontarkan terhadap tindakan-tindakan seorang kontrolir, menyebabkan Tirtohadisoerjo disingkirkan dari Jawa, dibuang ke Pulau Bacan," tulis Tjokrosisworo.

Dalam budaya populer

Karya

Daftar karya ini dikutip dari Ensiklopedia Sastra Indonesia[3] dan buku Sang Pemula oleh Pramoedya Ananta Toer.[4]

Fiksi

  • Doenia Pertjintaan 101: Tjerita jang soenggoe terjadi di Tanah Priangan (1906)
  • Tjerita Njai Ratna (1909)
  • Membeli Bini Orang (1909)
  • Busono (dimuat sebagai cerita bersambung di Medan Prijaji (MP), 1912)

Non-Fiksi

  • Gerakan Bangsa Cina di Surabaya melawan Handelsvereniging Amsterdam (Dimuat di Soenda Berita, no. 16 Th. II, 19 Juni 1904, halaman 2-3, judul asli: Geraknya bangsa Cina di Surabaya)
  • Bangsa Cina di Priangan (Dimuat di Soenda Berita, no. 17 Th. II, 26 Juni 1904, halaman 1-2)
  • Pelajaran Buat Perempuan Bumiputera (Dimuat di Soenda Berita, no. 20-23 Th. II, 1904)
  • Suratnya Orang-Orang Desa Bapangan (Dimuat di Medan Prijaji (MP), Th. II, 1909, halaman 15-18, judul asli: Suratnya Orang-Orang Desa Bapangan Pada Hoofdred, M.P.)
  • Persdelict: Umpatan (Dimuat di Medan Prijaji (MP) no. 19 Th. III, 1909, halaman 223-235 dan Soeloeh Keadilan, Th. III, Jilid IV, 1909, halaman 193-220)
  • Satu Politik di Banyumas (Dimuat di Medan Prijaji (MP), Th. III, 1909, halaman 463-365)
  • Dreyfusiana di Madiun (Dimuat di Medan Prijaji (MP), Th. III, 1909, halaman 560-563)
  • Kekejaman di Banten (Dimuat di Medan Prijaji (MP), Th. III, 1909), halaman 592-598)
  • Omong-Omong di Hari Lebaran (Dimuat di Medan Prijaji (MP), Th. III, 1909, halaman 672-680)
  • Turki pada Masa Ini (Dimuat di Medan Prijaji (MP), no. 11 Th. 14, 19 Maret 1910, halaman 121-124)
  • Apa yang Gubermen Kata dan Apa yang Gubermen Bikin (Dimuat di Medan Prijaji (MP), No. 17 Th. IV, 30 April 1910, halaman 193-195)
  • Oleh-Oleh dari Tempat Pembuangan (Dimuat di Medan Prijaji (MP), no. 20-24 Th. IV, 1910, halaman 235-239, 246-252, 257-264, 265-273, 291-296)
  • Boycott (Dimuat di Medan Prijaji (MP), tahun tidak diketahui)

Pranala luar

Sumber

  1. ^ Tokoh Jabar dapat anugrah
  2. ^ "Tentang Kami". Tirto. Diakses tanggal 13 September 2018. 
  3. ^ "R.M. Tirto Adhi Soerjo (1880–1918)". Ensiklopedia Sastra Indonesia. Diakses tanggal 2020-11-17. 
  4. ^ Ananta Toer, Pramoedya (1985). Sang Pemula. Jakarta: Hasta Mitra. hlm. 189–370.