Bendera dan lambang Majapahit
Nama | ꦱꦁꦱꦏꦒꦼꦠꦶꦃꦒꦼꦠꦃꦱꦩꦸꦢꦿ (terj. Sang Såkå Gêtih-Gêtah Samudrå), Nama alternatif lain:
|
---|---|
Pemakaian | Lainnya |
Perbandingan | 3:5 |
Rancangan | 5 garis mendatar berwarna merah (paling atas dan paling bawah) bertukar dengan 4 garis mendatar berwarna putih |
Sang Saka Getih-Getah Samudra (Aksara Jawa: ꦱꦁꦱꦏꦒꦼꦠꦶꦃꦒꦼꦠꦃꦱꦩꦸꦢꦿ), Sang Saka Abang-Putih (Aksara Jawa: ꦱꦁꦱꦏꦲꦧꦁꦥꦸꦠꦶꦃ), atau Sang Saka Gula Kelapa (Aksara Jawa: ꦱꦁꦱꦏꦒꦸꦭꦏꦺꦭꦥ) adalah sebutan bagi bendera kemaharajaan Majapahit. Bendera ini bercorak 5 garis merah dan 4 putih horizontal yang sama lebar, bermula dengan garis merah dan berakhir dengan garis merah yang melambangkan wilayah Nusantara dalam Sumpah Amukti Palapa.
Sayangnya, tidak ada cukup bukti untuk mengetahui bahwa Majapahit memang memiliki bendera merah putih. Dalam prasasti Kudadu disebutkan bahwa Raden Wijaya (Vijaya) justru sedang dikejar oleh pasukan Jayakatyeng ketika tiba-tiba "panji-panji musuh terlihat di sebelah timur Hanyiruh, warnanya merah dan putih" (hana ta tuṅgulniṁ atru layū-layū katon· vetani hañiru[h], bāṁ lāvan putiḥ varṇnanya) prasasti Kudadu 4v baris ke-3.[1][2]
Sampai sekarang bendera ini dikibarkan oleh TNI-AL dalam Kapal Republik Indonesia (KRI) sebagai bendera maritim, dengan nama panji "Ular-Ular Perang".
Sejarah
Sang Saka Getih-Getah atau Sang Saka Gula Kelapa dikibarkan sebagai panji kemenangan pasukan Raden Wijaya (raja pertama Majapahit) dalam pertempuran pertama melawan pasukan Dinasti Yuan dari Tiongkok. Bendera Sang Saka Getih-Getah atau Sang Saka Gula Kelapa pertama kali berkibar, tercatat dalam prasasti Kudadu dengan angka tahun 1292M. Piagam Merah Putih adalah sebutan nama lain dari prasasti Butak.
Pada pertempuran pertama, pasukan Raden Wijaya berhasil mengalahkan dan memukul mundur 3000 pasukan Dinasti Yuan. Ike Mese pimpinan pasukan Mongol (Tartar) tewas di tangan Raden Wijaya dalam pertempuran ini. Dalam perang kedua 1293 M, pasukan Raden Wijaya berhasil mengusir pergi pasukan Mongol (tartar) keluar dari pulau Jawa. Kekalahan pasukan Mongol (Tartar) oleh pasukan Jawa tercatat dan terus dikenang dalam sejarah Tiongkok."Sura Ing Bhaya" yang berarti "keberanian menghadapi bahaya," adalah "sesanti" (doa) yang menandai kemenangan pasukan Raden Wijaya mengalahkan pasukan Mongol (Tartar) dalam pertempuran kedua.[3]
Majapahit kerajaan besar Nusantara didirikan tahun 1293 M. Penyatuan wilayah Nusantara sampai sebagian Asia di bawah panji Surya Majapahit, sudah dimulai dari awal berdirinya kerajaan Majapahit. Mulai dari masa Gayatri - Raden Wijaya, Jayanegara (Kalagemet), Tribuanawijaya Tungga Dewi, sampai Hayam Wuruk, wilayah Nusantara dibawah panji Majapahit bisa terwujud. Sumpah Hamukti Palapa yang diucapkan Mahapatih Amungkubumi Gajah Mada adalah salah satu bukti peristiwa sejarah Majapahit dalam menyatukan Nusantara. Kerajaan Majapahit adalah penyatu wilayah Nusantara jauh sebelum Indonesia ada.
Bendera lainnya
Bendera hasil turunan dari bendera kemaharajaan Majapahit:
-
Bendera TNI-AL
-
Bendera Pertama Perusahaan Hindia Timur Britania (1600–1707) saat menguasai Samudra Hindia yang direka berdasarkan bendera kemaharajaan Majapahit yang menguasai perdagangan dalam kawasan Samudra Hindia (terutama Asia Tenggara Maritim) pada masa itu, dengan penambahan St. George's Cross (bendera Inggris) pada ujung kiri atas
-
Bendera Perusahaan Hindia Timur Britania (1707–1801) hasil pengembangan dari bendera sebelumnya dengan menambahkan St. Andreas Cross/Saltire (bendera Skotlandia) karena pada masa itu Skotlandia bergabung ke Britania Raya
-
Bendera Perusahaan Hindia Timur Britania (1801–1874) hasil pengembangan dari bendera sebelumnya dengan menambahkan St. Patrick's Cross (bendera Irlandia Utara) karena pada masa itu Irlandia Utara bergabung ke Britania Raya
Referensi
- ^ "Twitter Wayan Jarrah Sastrawan". Twitter. Diakses tanggal 2021-09-23.
- ^ Brandes, J.L.A. (1896). Pararaton (Ken Angrok), of Het Boek der Koningen van Tumapĕl en van Majapahit. Batavia: Albrecht & Co. hlm. 79.
- ^ "Melihat Kibar Bendera Merah Putih dan Nusantara Sebelum Indonesia". Diakses tanggal 12-03-2018.