Hari Ibu
Hari Ibu | |
---|---|
Dirayakan oleh | Hampir seluruh dunia |
Makna | Menghargai peran seorang ibu |
Tanggal | Variatif; menurut negara |
Terkait dengan | Hari Ayah, Hari Orangtua, Hari Anak |
Hari Ibu adalah hari peringatan atau perayaan terhadap peran seorang ibu dalam keluarganya, baik untuk suami, anak-anak, maupun lingkungan sosialnya.
Peringatan dan perayaan biasanya dilakukan dengan membebastugaskankan ibu dari tugas domestik yang sehari-hari dianggap merupakan kewajibannya, seperti memasak, merawat anak, dan urusan rumah tangga lainnya.
Di Indonesia hari ini dirayakan pada tanggal 22 Desember dan ditetapkan sebagai perayaan nasional.
Sementara di Amerika dan lebih dari 75 negara lain, seperti Australia, Kanada, Jerman, Italia, Jepang, Belanda, Malaysia, Singapura, Taiwan, dan Hong Kong, Hari Ibu atau Mother's Day (dalam bahasa Inggris) dirayakan pada hari Minggu di pekan kedua bulan Mei. Di beberapa negara Eropa dan Timur Tengah, Hari Perempuan Internasional atau International Women's Day diperingati setiap tanggal 8 Maret.
Tanggal perayaan di berbagai negara
Sejarah
Pada tahun 1907 Anna Jarvis dari Philadelphia telah memulai kampanye untuk melancarkan Hari Ibu. Ia pun telah berhasil mempengaruhi Mother’s Church di Grafton, Sehingga west Virginia merayakan dan meramaikan Hari Ibu pada hari ulang tahun kedua kematian ibunya, yaitu pada hari Ahad kedua dalam bulan Mei. Semenjak saat itu, Hari Ibu dirayakan setiap tahun di Philadelphia.
Anna Jarvis dan pendukungnya telah menulis surat kepada menteri, pengusaha dan ahli-ahli politik agar Hari Ibu disambut secara meluas di seluruh wilayah. Usaha mereka telah berhasil sepenuhnya pada tahun 1911 dan hari tersebut disambut baik oleh hampir seluruh wilayah Amerika. Pada tahun 1914, Presiden Woodrow Wilson, secara resmi Hari Ibu sebagai Hari cuti umum dan harus rayakan pada setiap hari Ahad kedua dalam bulan Mei. Biarpun sebahagian besar negara-negara di dunia menyambutnya pada hari yang berlainan, tetapi negara seperti Denmark, Finland, Itali, Turki, Australia, dan Belgium masih merayakannya pada setiap hari Ahad kedua dalam bulan Mei.
Hari Ibu berbagai negara
Indonesia
Hari Ibu di Indonesia dirayakan secara nasional pada tanggal 22 Desember. Tanggal ini diresmikan oleh Presiden Soekarno di bawah Dekrit Presiden No. 316 thn. 1953, pada ulang tahun ke-25 Kongres Perempuan Indonesia 1928. Tanggal tersebut dipilih untuk merayakan semangat wanita Indonesia dan untuk meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara. Kini, arti Hari Ibu telah banyak berubah, dimana hari tersebut kini diperingati dengan menyatakan rasa cinta terhadap kaum ibu. Orang-orang saling bertukar hadiah dan menyelenggarakan berbagai acara dan kompetisi, seperti lomba memasak dan memakai kebaya.[6]
Hari Ibu di Indonesia dirayakan pada ulang tahun hari pembukaan Kongres Perempuan Indonesia yang pertama, yang digelar dari 22 hingga 25 Desember 1928.[7][8] Kongres ini diselenggarakan di sbeuah gedung bernama Dalem Jayadipuran,[9] yang kini merupaakan kantor Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional di Jl. Brigjen Katamso, Yogyakarta. Kongres ini dihadiri sekitar 30 organisasi wanita dari 12 kota di Jawa dan Sumatera. Di Indonesia, organisasi wanita telah ada sejak 1912, terinspirasi oleh pahlawan-pahlawan wanita Indonesia pada abad ke-19 seperti Kartini, Martha Christina Tiahahu, Cut Nyak Meutia, Maria Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Ahmad Dahlan, Rasuna Said, dan sebagainya.[7] Kongres dimaksudkan untuk meningkatkan hak-hak perempuan di bidang pendidikan dan pernikahan.[10]
Indonesia juga merayakan Hari Kartini pada 21 April, untuk mengenang aktivis wanita Raden Ajeng Kartini. Ini merupakan perayaan terhadap emansipasi perempuan.[8] Peringatan tanggal ini diresmikan pada Kongres Perempuan Indonesia 1938.[10] Pada saat Presiden Soekarno menetapkan Kartini sebagai pahlawan nasional emansipasi wanita dan hari lahir Kartini sebagai memperingati hari emansipasi wanita nasional. Tetapi banyak warga Indonesia yang memprotes dengan berbagai alasan diantaranya Kartini hanya berjuang di Jepara dan Rembang, Kartini lebih pro Belanda dari pada tokoh wanita seperti Cut Nyak Dien, dll. Karena Soekarno sudah terlanjur menetapkan Hari Kartini maka Soekarno berpikir bagaimana cara memperingati pahlawan wanita selain Kartini seperti Martha Christina Tiahahu, Cut Nyak Meutia, Maria Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Ahmad Dahlan, Rasuna Said, dll. Akhirnya Soekarno memutuskan membuat Hari Ibu Nasional sebagai hari mengenang pahlawan wanita alias pahlawan kaum ibu-ibu dan seluruh warga Indonesia menyetujuinya.
India
Hari Ibu telah berasimilasi dengan kultur India,[11] dan dirayakan setiap hari Minggu kedua bulan Mei.[12] Di India, para ibu dianggap sebagai dewi atas anak-anak mereka.[13]
Catatan
- ^ Karena Kalender Islam menggunakan Kalender lunar, yang jumlah harinya lebih pendek daripada kalender solar, hari tersebut bergantung pada musimnya. Setiap tahunnya, hari yang bersangkutan jatuh pada hari yang berbeda-beda dalam kalender Gregorian, sehingga tercantum secara terpisah.
Lihat pula
Referensi
- ^ Xinhua from China Daily (2006-05-16). "It's Mother's Day". SCUEC online.
- ^ "Principales efemérides. Mes Mayo". Unión de Periodistas de Cuba. Diakses tanggal 2008-06-07.
- ^ "Calendario Cívico Escolar". Dirección Regional de Educación de Lima Metropolitana. Diakses tanggal 2008-06-07.
- ^ Sources:
- "Haiti: Main Holidays". discoverhaiti.com. Diakses tanggal 2008-07-08.
- "6310.- Fêtes et Jours Fériés en Haiti" (dalam bahasa french). Diakses tanggal 2008-07-08. (Prancis)
- ^ "Ahmadinejad highlights women's significant role in society". Presidency of The Islamic Republic of Iran News Service. 2008-06-24. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-09-28. Diakses tanggal 2008-07-19.
(...) the occasion of the Mother's Day marking the birthday anniversary of Hazrat Fatemeh Zahra (SA), the beloved daughter of Prophet Mohammad. The day fell on June 23 [2008].
- ^ Wardhani, Lynda K. (22 December 2010). "In observance of Mother's Day". The Jakarta Post.
- ^ a b seenthing (21 December 2010), Sejarah Perayaan Nasional Hari Ibu 22 Desembe
- ^ a b Chilla Bulbeck (2009), Sex, Love and Feminism in the Asia Pacific: A Cross-cultural Study of Young People's Attitudes, ASAA women in Asia, Routledge, ISBN 9781134104697
- ^ Dalem Jayadipuran, Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta
- ^ a b Kathryn Robinson (2009), Gender, Islam and Democracy in Indonesia, ASAA women in Asia, Routledge, hlm. 3, 36, 44, 72, ISBN 9781134118830
- ^ TTN (13 March 2004). "Social change in India discussed". Times of India.
Prof Bradley Hartel from Virginia, USA, reiterated that cultural and artistic exchanges have led to a confluence of ideas and traditions between India and USA. He said that India is unique in it's [sic] adaptability of new cultures as is exemplified by integrating Valentine's Day or Mother's Day, etc, into it's [sic] list of numerous festivals despite the many protests. He stressed that many traditions are being universalised in a global world.
- ^ Charu Amar (1 May 2009), "Kyunki saas bhi toh maa hai!", The Times of India,
Mention Mother's Day and everyone goes on a thinking spree to find the most innovative way to pamper their mommy dearest.
- ^ "Motherhood". http://www.hinduism.co.za/. Diakses tanggal 8 May 2013. Hapus pranala luar di parameter
|work=
(bantuan)
Daftar pustaka
- Schmidt, Leigh Eric (1997). Princeton University Press, ed. Consumer Rites: The Buying and Selling of American Holidays (edisi ke-reprint, illustrated). hlm. 256–275. ISBN 0-691-01721-2.
- Larossa, Ralph (1997). University of Chicago Press, ed. The Modernization of Fatherhood: A Social and Political History (edisi ke-illustrated). hlm. 90,170–192. ISBN 0-226-46904-2.
- Helsloot, John (2007), "10. Vernacular Authenticity: Negotiating Mother's Day and Father's Day in the Netherlands", dalam Margry, Peter Jan; Roodenburg, Herman, Reframing Dutch Culture: Between Otherness and Authenticity, Progress in European Ethnology (edisi ke-illustrated), Ashgate Publishing, hlm. 6–7, 203–224, ISBN 978-0-7546-4705-8
- Newcomer, Daniel (2004). Reconciling Modernity: Urban State Formation in 1940s León, Mexico (edisi ke-illustrated). University of Nebraska Press. hlm. 132–139. ISBN 9780803233492.
- Sherman, John W. (1997). The Mexican Right: The End of Revolutionary Reform, 1929–1940 (edisi ke-illustrated). Greenwood Publishing Group. hlm. 44. ISBN 9780275957360.
Pranala luar
- (Indonesia) Meluruskan Salah Kaprah Peringatan Hari Ibu
- (Indonesia) Mengembalikan Akar Sejarah Hari Ibu
- (Indonesia) Hari Ibu
- (Indonesia) Sehari menghargai jasa seorang ibu