Lompat ke isi

Sawangan, Depok

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sawangan
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Barat
KotaDepok
Pemerintahan
 • Camat-
Populasi
 • Total- jiwa
Kode Kemendagri32.76.03
Kode BPS3276010
Desa/kelurahan7

Sawangan adalah sebuah kecamatan di Kota Depok, Provinsi Jawa Barat, Indonesia.

Sejarah

Kecamatan Sawangan adalah sebuah kecamatan di Kota Depok, Jawa Barat. Ada 2 versi asal kata Sawangan. Yang pertama adalah: Sawangan berasal dari kata bahasa Sunda "sawang" yang artinya melihat. Sawangan dalam bahasa Sunda mempunyai arti tempat melihat. Hal ini mungkin karena pada masa lalu Sawangan posisinya lebih tinggi dari tempat-tempat di sekitarnya sehingga bisa dijadikan tempat melihat sekelilingnya. Yang kedua adalah: Sawangan berasal dari kata Minahasa Kuno yang berarti "Bersama-sama". Hal ini dimungkinkan karena banyak perkerja perkebunan dari Minahasa didatangkan oleh VOC untuk membangun perkebunan didaerah tersebut namun jejak nama-nama keluarga tersebut sudah tidak dapat dilacak terlebih keluarga yang menggunakan Fam Minahasa terakhir adalah Pantow yang telah meninggal pada tahun 80an.

Terbentuknya Kotamadya Depok

Agus Sutondo (Ketua Pansuss RTRW), Mansuria (Wakil Ketua) dan Istichori (Sekretaris) memimpin rapat Tim Panitia Khusus Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Depok 2000-2010 bersama beberapa dinas di lingkungan Pemerintah Kota Depok

Berdasarkan Undang–Undang Nomor 15 Tahun 1999, tentang pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok yang ditetapkan pada tanggal 20 April 1999, dan diresmikan tanggal 27 April 1999 berbarengan dengan Pelantikan Penjabat Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Depok yang dipercayakan kepada Drs. H. Badrul Kamal yang pada waktu itu menjabat sebagai Walikota Kota Administratif Depok. Momentum peresmian Kotamadya Daerah Tingkat II Depok dan pelantikan penjabat Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Depok dapat dijadikan suatu landasan yang bersejarah dan tepat untuk dijadikan Hari Jadi Kota Depok.

Saat ini Kota Depok mengalami perubahan dan kemajuan yang sangat pesat sejak ditetapkannya Kota Administratif Depok menjadi Kotamadya Depok berdasarkan undang-undang nomor 15 tahun 1999 tentang pembentukan Kotamadya Depok dan Kotamadya Cilegon.

Perubahan yang terjadi di Kota Depok adalah proses panjang dari serangkaian perencanaan strategis menuju Kota yang mandiri. Dimulai di era Walikota Depok pertama yakni Badrul Kamal dan dilanjutkan di era Walikota Depok Nur Mahmudi Ismail. Berkat perjuangan kedua pemangku kebijakan tersebut yang didukung oleh jajaran birokrasinya dan peran serta masyarakat yang guyup bersatu dengan pemimpinnya untuk membangun. Maka Kota Depok diusianya yang relatif masih muda ini kini telah menjelma menjadi Kota yang mandiri.

Begitu banyak perubahan yang sudah terjadi di Kota Depok. Geliat pembangunan terlihat di mana-mana, ada sekolah-sekolah dibangun, puskesmas dibangun, jalan-jalan diperbaiki, bahkan Jalan Juanda Kota Depok yang menjadi kebanggaan hingga kini dibangun pada tahun ke 3 usia pemerintahan Badrul Kamal, Untuk mengantisipasi pesatnya pertumbuhan penduduk dan pesatnya ekonomi warga, pada tahun itu pula dicanangkan pembangunan ruas jalan tol.[1]

Peruntukan ruas jalan tol inilah yang direncanakan dalam perencanaan tata ruang wilayah Kota Depok. Untuk mewujudkan rencana itu kemudian Panitia Khusus Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok atau sering disingkat RTRW Kota Depok 2000-2010 dibentuk yang di ketuai oleh Agus Sutondo. Maka melalui RTRW Kota Depok 2000-2010, Akhirnya perencanaan ruas Jalan Tol Cinere-Jagorawi dan rencana ruas jalan tol Depok-Antasari dapat terwujud yang nantinya akan menghubungkan wilayah Jakarta, Depok dan Bogor.[2]

Bahkan tingkat perekonomian Kota Depok tumbuh di atas rata-rata nasional. Masyarakatnya pun hidup dalam alam toleransi dan mendapatkan perlakuan yang sama dari para pemimpinnya yang berdiri di atas semua golongan. Apalagi selama ini masyarakat Kota Depok yang majemuk telah berhasil membuktikan secara regional maupun nasional sebagai masyarakat yang dewasa bahkan perbedaan yang ada tidak pernah memicu konflik sosial sehingga masyarakat Kota Depok bisa hidup berdampingan dan saling bahu membahu membangun di segala aspek kehidupan.

Lambang Kota Depok

  • Lambang Kota Depok berbentuk Perisai bersisi 5 (lima) dengan warna dasar biru yang di dalamnya terdapat gambar, warna dan bentuk serta di bagian atas terdapat tulisan “KOTA DEPOK” dan di bagian bawah terdapat tulisan “PARICARA DHARMA” dengan warna putih.[3]
  • Tulisan Paricara Dharma : berasal dari bahasa sansekerta yang terdiri dari kata Paricara yang berarti Abdi, sedangkan Dharma adalah kebaikan, kebenaran dan keadilan jadi Paricara Dharma mengandung makna bahwa Pemerintah Kota Depok sebagai Abdi Masyarakat dan Abdi Negara senantiasa mengutamakan kepada kebaikan, kebenaran dan keadilan.
  • Dalam rapat panitia khusus penetapan Hari Jadi dan Lambang Kota Depok, Tulisan Paricara Dharma ini sempat ingin ditiadakan, namun salah satu anggota Panitia Khusus yakni Agus Sutondo menentang dengan keras bahkan akan melakukan aksi walk out bila kata Paricara Dharma ini dihilangkan, argumentasi yang disampaikan oleh Agus Sutondo adalah, kata Paricara Dharma ini sangat penting sebagai semboyan daerah, mengapa harus ditiadakan atau ingin dihilangkan, hal ini dibenarkan oleh anggota panitia khusus lainnya yakni Togu Sibuea yang juga disaksikan oleh Achmad Yusuf, SH, MH staf DPRD Kota Depok yang kini menjabat sebagai Kepala Seksi Pencatatan Kelahiran dan Kematian pada Bidang Pencatatan Sipil Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Depok.

Geografis

Luas wilayahnya mencapai 4.671,20 KM2 dengan ketinggian 138 meter diatas permukaan laut dengan topografi relatif datar. Penggunaan lahan terbesar adalah kebun campuran yang merupakan lahan pekarangan di sekitar pemukiman. dan kebun yang ditanami buah-buahan seperti belimbing,jambu dan pepaya. Sedangkan lahan yang digunakan untuk sawah relatif sempit.

Kecamatan Sawangan memiliki temperatur 280C-330C, kelembaban udara rata-rata 82 persen, kecepatan angin rata-rata 3,2 kont, jumlah curah hujan 2.684 m/tahun dan jumlah hari hujan sebanyak 221 hari/tahun. Penyinaran matahari rata-rata 48,9 persen.

Perekonomian

Kecamatan Sawangan ini terdiri dari 618 RT (Rukun Tetangga) dan 142 RW (Rukun Warga). Jumlah penduduk Kecamatan Sawangan sebesar 160.856 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 81.067 jiwa dan penduduk perempuan 79.789 jiwa. Penduduk di Kecamatan Sawangan yang termasuk usia produktif sebanyak 127.843 jiwa yang terdiri dari 66.792 laki-laki dan 61.051 perempuan. Dilihat dari jumlah penduduk usia produktif, dapat diketahui bahwa ketersediaan tenaga kerja di Kecamatan Sawangan mencukupi, termasuk tenaga kerja di bidang pertanian.

Mata pencaharian masyarakatnya cukup beragam mulai dari buruh,petani, pedagang, Pegawai Swasta, PNS,TNI, POLRI, Wirausaha dan di bidang jasa. Pusat perdagangan terletak di Kelurahan Pondok Petir yaitu Pasar Reni Jaya, selain swalayan yang tersebar di beberapa kelurahan.

Dan juga beberapa usaha lokal yang menjual beberapa ke khasan Sawangan seperti RM.Gandy yang terkenal hingga kancah nasional melalui suatu acara TV.

Sawangan ada daerah yang bernama Pasir Putih yang hampir di semua rumah penduduk asli berkebun Belimbing Dewa dan Jambu Biji Merah. Ini menjadikan salah satu tempat Agrowisata Belimbing Dewa. Sehingga salah satu tempat sentra Belimbing Dewa yang menjadi Ikon Kota Depok.

Di daerah Pasir Putih ini, sudah dibangun taman rekreasi yang memiliki fasilitas kolam renang water park dan fasilitas hiburan keluarga lainnya dikarenakan disekitarnya sudah banyak pula dibangun perumahan dengan konsep hunian berkualitas dan terjangkau.

Sarana Prasarana

Angkutan umum

Lihat pula

Referensi

Pranala luar