Lompat ke isi

Citrānggada

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Citrānggada
चित्राङद
Sosok Citrānggada versi wayang.
Sosok Citrānggada versi wayang.
Tokoh dalam mitologi Hindu
NamaCitrānggada
Ejaan Dewanagariचित्राङद
Ejaan IASTCitrāṅgada
GelarPangeran Kuru
Kitab referensiMahabharata
AsalHastinapura, Kerajaan Kuru
KediamanHastinapura
ProfesiRaja
DinastiKuru

Citrānggada adalah putera sulung pasangan Raja Santanu dan Satyawati dalam wiracarita Mahabharata. Semenjak Bisma (kakak tirinya) mengucapkan sumpah bahwa ia tidak akan menikah dan meneruskan tahta Hastinapura, Citrānggada menjadi raja menggantikan ayahnya dan pemerintahannya berhasil. Saat Citrānggada naik tahta, Hastinapura merasakan ketentraman, khususnya bagi Satyawati, namun hanya sesaat.

Tanpa diduga, petaka muncul di Hastinapura. Surat tantangan diberikan oleh seorang raja gandarwa yang juga bernama Citrānggada. Ia marah karena merasa dua raja dengan nama yang sama tidak mungkin akan hidup bersama dalam satu zaman, maka ia berpikir bahwa salah satu di antaranya harus mati. Citrānggada putera Santanu menerima tantangan tersebut. Setelah itu, meletuslah pertempuran antara Citrānggada manusia dengan Citrānggada gandarwa di "medan Kuru" atau Kurukshetra. Setelah pertempuran besar terjadi selama tiga bulan, Citrānggada putera Santanu gugur dan kekuasaannya digantikan oleh adiknya, Wicitrawirya.

Sebelum wafat, Citrānggada belum menikah sehingga tidak memiliki keturunan.

Citranggada adalah saudara angkat Bisma Dewabrata yang merupakan saudara kembar dari Wicitrawirya. Citranggada menjadi raja seusai Prabu Santanu lengser mengikuti jejak Bisma Dewabrata sebagai Brahmana. Citranggada memiliki watak berbeda dengan kakak tiri bahkan adik kandungnya sendiri, ia berwatak jahat dan mau menang sendiri sehingga dizaman pemerintahannya banyak terjadi kekacauan, terutama di luar negeri. Citranggada kerap menyerang negara luar demi mewujudkan ambisinya yakni menjadi Maharaja Dunia seperti leluhurnya, Prabu Bharata. Bisma Dewabrata begitu sedih dengan tingkah adiknya itu yang menyalahkan wewenang sebagai raja, bahkan Citranggada selalu membantah dan melawan wejangan yang dikatakan oleh kakak tirinya itu. Hal ini membuat para Dewa murka sehingga diutuslah Bathara Wisnu untuk mengambil nyawa Prabu Citranggada yang sudah berdosa atas seluruh umat manusia karena masa pemerintahannya. Bathara Wisnu menyamar menjadi Denawa dan menantang sang raja muda bertarung di medan laga, rupanya Prabu Citranggada tersulut emosi atas tantangan Denawa itu. Bisma Dewabrata mulai merasakan firasat yang tidak enak atas tantangan perang tanding itu, akhirnya Prabu Citranggada berangkat sendiri ke medan laga sambil dibakar amarah atas tantangan tersebut. Benar saja, Prabu Citranggada akhirnya tewas setelah digigit lehernya oleh Denawa yang sejatinya adalah penyamaran Bathara Wisnu. Bisma Dewabrata pun menyusul ke medan laga menemui Prabu Citranggada, rupanya sudah terlambat bagi Bisma Dewabrata untuk melerai adik tirinya itu yang telah ditemukan sudah tidak bernyawa. Bisma Dewabrata mencoba membalas kematian Prabu Citranggada, namun Denawa yang membunuh raja muda itu berubah wujud kembali menjadi Bathara Wisnu sembari menasehati Bisma Dewabrata. Bathara Wisnu berkata ini adalah wujud balasan terhadap kejahatan Prabu Citranggada selama menjadi raja yang menyebabkan kekacauan di berbagai negara. Pasca kejadian, Wicitrawirya diangkat sebagai raja baru untuk meneruskan garis keturunan darah Kuru.

Arti nama

Dalam bahasa Sanskerta, kata Citrānggada secara harfiah berarti "dihiasi dengan gelang-gelang yang indah".

Pranala luar

Didahului oleh:
Santanu
Dinasti Candra,
keturunan Kuru

Raja Hastinapura
Diteruskan oleh:
Wicitrawirya