Lompat ke isi

Peritonitis infeksius kucing

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Gambaran histopatologis ginjal kucing yang terinfeksi FIP. Terlihat reaksi radang.

Feline infectious peritonitis (disingkat FIP) atau radang peritoneum infeksius pada kucing adalah penyakit menular pada kucing akibat infeksi virus Feline Coronavirus (FCoV). Manifestasi klinis yang paling sering ditemukan adalah radang pada peritoneum, selaput tipis yang melapisi rongga perut. Penyakit ini bersifat mematikan dan kasusnya dilaporkan di seluruh dunia.

Penyebab

Ilustrasi Coronavirus

Penyakit FIP disebabkan oleh virus dari famili Coronaviridae, kelompok virus RNA rantai tunggal beramplop yang mampu menginfeksi berbagai spesies makhluk hidup. Beberapa penyakit yang disebabkan oleh Coronavirus di antaranya sindrom pernapasan akut berat (SARS) dan sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS) pada manusia, bronkitis infeksius pada unggas (avian infectious bronchitis), gastroenteritis menular pada babi (swine transmissible gastroenteritis), dan radang peritoneum infeksius pada kucing (FIP).

Feline Coronavirus terbagi menjadi dua jenis, yaitu Feline Enteric Coronavirus (FECV) yang kurang patogen dan Feline Infectious Peritonitis Virus (FIPV) yang sifatnya lebih patogen. Virus FECV menginfeksi sel epitel usus yang menyebabkan diare atau bahkan tidak memunculkan tanda klinis sama sekali. Virus FECV dapat mengalami mutasi genetik menjadi FIPV yang menyebabkan feline infectious peritonitis yang mematikan. Penyakit FIP dapat menginfeksi semua jenis kucing pada semua umur.

Cara penularan

Tinja atau kotoran dari kucing terinfeksi merupakan sumber penularan utama. Kotak feses (litter box) menjadi sumber infeksi pada kucing-kucing yang dipelihara secara berkelompok. Kucing sehat kemungkinan besar akan terinfeksi secara oral setelah kontak dengan virus dalam feses.

Pada peternakan kucing (breeding catteries), anak kucing umumnya terinfeksi pada usia 5-6 minggu, ketika antibodi maternal yang diturunkan dari induknya telah menurun. Setelah virus ditelan oleh kucing, misalnya akibat menjilat (grooming) kaki yang mengandung virus akibat kontak dengan kotak feses, virus akan masuk dan bereplikasi di dalam sel epitelial pada vili usus halus. Kucing terinfeksi kemudian mulai mengeluarkan virus (shedding) pada fesesnya dalam waktu satu pekan. Hal ini dapat berlangsung hingga beberapa bulan.

Bentuk penyakit

Berkas:FIP-Basah.jpg
Perut buncit yang berisi cairan pada penyakit FIP tipe basah.

Penyakit ini bermanifestasi dalam dua bentuk, yaitu basah (wet) dan kering (dry). Tipe basah menyebabkan sekitar 60-70% dari keseluruhan kasus penyakit ini dan lebih ganas dari tipe kering. Bentuk penyakit yang muncul sangat tergantung pada reaksi kekebalan tubuh kucing. Jika kekebalan tubuh bereaksi cepat, biasanya yang muncul adalah tipe kering. Sebaliknya, jika kekebalan tubuh lambat bereaksi, maka tipe basah yang muncul.

Pada saat respon kekebalan tubuh cukup kuat, gejala penyakit ini dapat tidak muncul tetapi kucing dapat menjadi pembawa dan dapat menularkan virus selama beberapa tahun hingga kekebalan tubuhnya berkurang sedikit demi sedikit. Seiring dengan berkurangnya kekebalan, penyakit akan semakin berkembang hingga timbul gejala sakit dan akhirnya menyebabkan kematian.

Statistik kejadian

Ada dua strain virus penyebab penyakit ini, yaitu FcoV-1 dan FcoV-2, sekitar 85% penyakit FIP disebabkan oleh strain pertama. Kejadian penyakit FIP sekitar 1% dari total kucing sakit yang dibawa ke dokter hewan untuk diobati.

Penyakit ini biasa menyerang kucing, terutama kucing-kucing di penampungan hewan, di mana terdapat sejumlah besar kucing dewasa dan anakan hidup bersama. Diperkirakan sekitar 10-20% kucing pada tempat-tempat yang positif mengandung FECV, terinfeksi FIP. Sekitar 2% kasus penyakit terjadi pada pemeliharaan kucing kurang dari tiga ekor.

Gejala

Sebagian besar kucing yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala yang nyata, tetapi sebenarnya virus tetap berkembang di dalam tubuh. Setelah kontak, virus mulai berkembang di tenggorokan dan usus halus kucing. Kemudian pindah ke paru-paru, perut, dan menyebar diseluruh usus. Sekitar 1-10 hari kemudian virus sudah dapat ditularkan ke kucing lain. Selama infeksi ini, gejala yang muncul dapat berupa bersin-bersin, mata berair, lendir hidung yang berlebihan, diare, berat badan berkurang, lemah, dan lesu. Gejala yang muncul dapat juga tidak spesifik, seperti hilangnya nafsu makan, depresi, rambut kasar, dan demam.

Pada bentuk basah terjadi akumulasi cairan di rongga perut dan rongga dada, menyebabkan menyebabkan pembengkakan daerah perut (biasanya tanpa rasa sakit) disertai kesulitan bernafas. Sedangkan, pada bentuk kering, cairan yang menumpuk relatif sedikit dan gejala yang muncul tergantung organ yang terinfeksi virus. Sekitar setengah dari kasus bentuk kering, menunjukkan gejala radang mata atau gangguan saraf, seperti lumpuh, cara berjalan yang tidak stabil dan kejang-kejang. Gejala lainnya dapat berupa gagal ginjal atau pembengkakan hati, depresi, anemia, berat badan berkurang drastis, gangguan pankreas, dan sering disertai demam. Gejala lain berupa muntah, diare & ikterus (warna kekuningan pada kulit dan selaput lendir).

Pencegahan

Jaga kebersihan kandang dan peralatan kucing. Jangan lupa untuk mencucinya dengan sabun, deterjen, atau desinfektan. Bahan yang murah meriah dan cukup efektif adalah larutan kaporit atau pemutih +3%. Jagalah juga kesehatan kucing dengan pemberian nutrisi yang cukup dan baik.

Vaksin FIP pertama digunakan tahun 1991 di Amerika Serikat. Sampai saat ini efektivitas vaksin masih diperdebatkan. Sampai saat ini Vaksin FIP belum tersedia di Indonesia.

Pranala luar

Bahasa Indonesia

Bahasa Inggris