Revolusi Xinhai

Revolusi Xinhai (Revolusi 1911)
Revolusi Dua Sepuluh di Shanghai. Gambar ini menunjukkan Jalan Nanjing setelah pemberontakan Shanghai, yang kemudian bangunan-bangunanya dipasangi bendera Lima Ras Dibawah Satu Kesatuan yang digunakan para revolusioner.
Tanggal 10 Oktober 1911 – 12 Februari 1912 (4 bulan dan 2 hari) Lokasi Tiongkok Hasil Kemenangan Aliansi Revolusioner Tiongkok Kaisar Xuantong turun tahta Jatuhnya Dinasti Qing Pemerintahan sementara didirikan
Pihak terlibat
Dinasti Qing	Tongmenghui Gelaohui
Tokoh dan pemimpin
Kaisar Xuantong Yuan Shikai Feng Guozhang Ma Anliang Duan Qirui Yang Zengxin Ma Qi Sejumlah nobles Dinasti Qing lainnya	Sun Yat-sen Huang Xing Song Jiaoren Chen Qimei Li Yuanhong
Kekuatan
200,000	100,000
Korban
~170,000	~50,000

Revolusi Xinhai atau Revolusi Hsinhai (Hanzi: 辛亥革命; Pinyin: Xīnhài Gémìng), juga dikenal sebagai Revolusi 1911 atau Revolusi China, dimulai dengan Pemberontakan Wuchang pada 10 Oktober 1911 dan berakhir ketika Kaisar Puyi turun takhta pada 12 Februari 1912. Kelompok utama yang berseteru adalah pasukan kekasaran dari Dinasti Qing dengan pasukan revolusioner "Revolutionary Alliance" (Tongmenghui). Revolusi ini dinamakan begitu karena 1911 merupakan Tahun Xinhai dalam siklus seksagesimal di kalender Imlek.

Sekarang ini, Revolusi Xinhai diperingati sebagai Hari Sepuluh Kembar di Taiwan. Di China daratan, Hong Kong, dan Macau hari yang sama diperingati sebagai Perayaan Revolusi Xinhai. Banyak Tionghoa perantauan juga merayakan hari ini dan biasanya diadakan di Pecinan di seluruh dunia.

Janda Permaisuri Cixi (1835–1908), mempersonifikasikan kekaisaran Qing yang konservatif dan mengendalikan politik selama 47 tahun, menghentikan upaya keponakannya, Kaisar Guangxu (1871–1908), kaisar dinasti Qing sebelum kaisar yang terakhir, untuk melembagakan Reformasi Seratus Hari pada tahun 1898.

Setelah kegagalan Reformasi Seratus Hari pada tahun 1898, para penasihat Kaisar Guangxu seperti Kang Youwei (kiri, 1858–1927) dan Liang Qichao (1873–1929) melarikan diri ke tempat pengasingan, sementara Tan Sitong (right, 1865–1898) dieksekusi. Di Kanada, Kang dan Liang mendirikan Partai Progresif Tiongkok yang mempromosikan sistem monarki konstitusional untuk pembentukan negara Tiongkok. Pada tahun 1900, mereka mendukung suatu pemberontakan yang gagal di Tiongkok bagian tengah guna menyelamatkan Kaisar Guangxu. Setelah Revolusi Xinhai selesai, Liang menjadi Menteri Kehakiman Republik Tiongkok. Kang tetap menjadi seorang royalis dan pendukung pemulihan kaisar Qing terakhir Puyi pada tahun 1917.

Latar belakang

Setelah menderita kekalahan pertamanya dari negara Barat dalam Perang Candu Pertama pada tahun 1842, para pejabat kekaisaran Qing berjuang untuk menahan intrusi pihak asing ke Cina. Upaya-upaya untuk menyesuaikan dan mereformasi sistem-sistem pemerintahan yang tradisional dihalangi oleh budaya pejabat kekaisaran yang sangat konservatif yang tidak ingin memberikan terlalu banyak wewenang untuk mereformasi. Menyusul kekalahan dalam Perang Candu Kedua pada tahun 1860, kekaisaran Qing berusaha memodernisasi dengan mengadopsi teknologi tertentu dari negara Barat melalui Gerakan Penguatan Mandiri mulai tahun 1861. Dalam perang melawan Pemberontakan-Pemberontakan seperti: Pemberontakan Taiping (1851–64), Pemberontakan Nian (1851–68), Pemberontakan Panthay, Yunnan (1856–68) dan Pemberontakan Barat Laut (1862–77), pasukan kekaisaran tradisional terbukti tidak kompeten dan para pejabat kekaisaran mulai mengandalkan pasukan lokal. Tahun 1895, Tiongkok kembali mengalami kekalahan dalam Perang Sino-Jepang Pertama. Ini menunjukkan bahwa masyarakat feodal tradisional Tiongkok juga perlu dimodernisasi jika ingin mencapai kemajuan teknologi dan perdagangan.

Pada tahun 1898 Kaisar Guangxu dibimbing oleh para reformis seperti Kang Youwei dan Liang Qichao mereformasi secara drastis bidang pendidikan, militer dan ekonomi dengan melakukan gerakan Reformasi Seratus Hari. Reformasi itu dibatalkan secara mendadak oleh kudeta konservatif yang dipimpin oleh Janda Permaisuri Cixi. Kaisar Guangxu, yang selalu menjadi boneka yang bergantung pada Cixi, dijadikan tahanan rumah pada Juni 1898. Sedangkan reformis Kang dan Liang akan diasingkan. Sewaktu di Kanada, pada Juni 1899, mereka mencoba membentuk Masyarakat Perlindungan Kaisar dalam upaya mengembalikan kaisar. Janda Permaisuri Cixi menjadi tokoh utama yang mengendalikan dinasti Qing sejak saat itu. Pemberontakan Boxer memicu invasi asing ke Beijing pada tahun 1900 dan memberlakuan ketentuan perjanjian yang tidak setara, yang membagi-bagi wilayah, menciptakan konsesi ekstrateritorial dan memberikan hak istimewa perdagangan. Di bawah tekanan internal dan eksternal, para pejabat Qing mulai mengadopsi beberapa reformasi. Para pejabat Qing berhasil mempertahankan monopolinya atas kekuasaan politik dengan cara menekan, yang seringkali dengan sangat brutal, terhadap semua pemberontakan domestik. Para pembangkang hanya bisa beroperasi di perkumpulan rahasia dan organisasi bawah tanah, di daerah-daerah konsesi asing atau di pengasingan di luar negeri.

Organisasi untuk revolusi

Organisasi-organisasi awal

Banyak orang revolusioner dan organisasi yang ingin menggulingkan pemerintahan Qing untuk mendirikan kembali pemerintahan yang dipimpin Han. Organisasi-organisasi revolusioner yang paling awal yang didirikan di luar Tiongkok, seperti Yeung Ku-wan yang mendirikan organisasi Furen Literary Society, dibentuk di Hong Kong tahun 1890. Memiliki 15 orang anggota, termasuk Tse Tsan-tai, yang menulis tentang politik satire seperti "Situasi di Timur Jauh", orang Tiongkok pertama yang membuat komik tentang keadaan Tiongkok yang disebut manhua, dia kemudian menjadi salah satu pendiri surat kabar berbahasa Inggris pertama yang berbasis di Hong Kong South China Morning Post.

Dr. Sun Yat-sen di London

Sun Yat-sen mendirikan organisasi Xingzhonghui (Perhimpunan Kebangkitan Tiongkok)) di Honolulu pada tahun 1894 dengan tujuan utama yaitu penggalangan dana untuk revolusi. Dua organisasi ini kemudian merger tahun 1894.

Organisasi-organisasi yang lebih kecil

Organisasi Huaxinghui (Perhimpunan Tiongkok Bangkit) didirikan tahun 1904 dengan sederet tokoh-tokoh terkenal seperti Huang Xing, Zhang Shizhao, Chen Tianhua dan Song Jiaoren, bersama dengan 100 anggota lainnya. Moto mereka adalah "Ambil satu provinsi dengan paksa, dan ilhami provinsi lain untuk bangkit".

Organisasi Guangfuhui (Perhimpunan Restorasi) juga didirikan tahun 1904, di Shanghai oleh Cai Yuanpei. Anggota-anggotanya yang terkenal seperti: Zhang Binglin dan Tao Chengzhang. Meskipun mengaku sebagai anti-Qing, organisasi Guangfuhui ini sangat kritis terhadap Sun Yat-sen. Salah satu revolusioner wanita yang paling terkenal adalah Qiu Jin, yang memperjuangkan hak-hak perempuan berasal dari organisasi Guangfuhui ini.

Selain itu masih ada banyak organisasi revolusioner kecil lainnya, seperti Lizhi Xuehui Xuehui (勵志學會) di Jiangsu, Gongqianghui (公強會) di Sichuan, Yiwenhui (益聞會) dan Hanzudulihui (漢族獨立會) di Fujian, Yizhishe (易知社) di Jiangxi, Yuewanghui (岳王會) di Anhui serta Qunzhihui (群智會/群智社) di Guangzhou.[14]

Ada juga organisasi kriminal yang anti-Manchu, termasuk Geng Hijau and Hongmen Zhigongtang (致公堂). Sun Yat-sen sendiri melakukan kontak dengan orang-orang Hongmen, yang juga dikenal sebagai organisasi Tiandihui (masyarakat Langit dan Bumi).

Gelaohui (Masyarakat Saudara Tua) adalah organisasi lainnya, dengan anggotanya yaitu Zhu De, Wu Yuzhang, Liu Zhidan (劉志丹) dan He Long. Ini adalah kelompok revolusioner yang di kemudian hari menjalin hubungan yang erat dengan Partai Komunis Tiongkok.

Sun Yat-sen bersama para anggota Tongmenghui yang dipimpinnya.

Tongmenghui

Sun Yat-sen berhasil menyatukan tiga organisasi Xingzhonghui, Huaxinghui dan Guangfuhui pada musim panas 1905, menjadi satu organisasi yaitu: Tongmenghui (Liga Serikat Tiongkok) pada Agustus 1905 di Tokyo. Sun Yat-sen menjadi Pemimpin organisasi Liga Serikat Tiongkok ini. Pada saat organisasi liga serikat itu terbentuk di Tokyo, sudah banyak cabang organisasinya yang tersebar di dalam dan di luar Tiongkok. Revolusioner lain yang bekerja di Tongmenghui termasuk Wang Jingwei and Hu Hanmin. Ketika Tongmenhui didirikan, lebih dari 90% anggotanya berusia antara 17–26 tahun. Beberapa karya di era ini termasuk publikasi buku komik manhua, seperti Journal of Current Pictorial.

Organisasi-organisasi berikutnya

Pada bulan Februari 1906 organisasi Rizhihui (日知會) juga memiliki banyak orang-orang revolusioner, termasuk Sun Wu Sun Wu (孫武), Zhang Nanxian (張難先), He Jiwei and Feng Mumin. Hasil inti dari para peserta konferensi organisasi ini kemudian berevolusi menjadi berdirinya Tongmenhui di Hubei.

Pada bulan Juli 1907 beberapa anggota Tongmenhui di Tokyo menganjurkan untuk melakukan revolusi di daerah Sungai Yangtze. Liu Quiyi (劉揆一), Jiao Dafeng (焦達峰), Zhang Boxiang (張伯祥) dan Sun Wu (孫武) mendirikan organisasi Gongjinhui (共進會) (Asosiasi Progresif). Pada Januari 1911, organisasi revolusioner Zhengwu Xueshe (振武學社) (Akademi Zhenwu) diganti namanya menjadi Wenxueshe Xueshe (文學社) (Masyarakat sastra). Jiang Yiwu (蔣翊武) dipilih menjadi pemimpinnya. Kedua organisasi ini di kemudian hari memainkan peranan yang besar dalam Pemberontakan Wuchang.

Banyak kaum revolusioner muda mengadopsi Program anarkis radikal. Di Tokyo Liu Shipei mengusulkan untuk menggulingkan kekuasaan Manchu dan kembali kepada nilai-nilai tradisional bangsa Tiongkok. Di Paris Li Shizhen, Wu Zhihui dan Zhang Renjie setuju dengan Sun tentang perlunya mengadakan revolusi dan bergabung dengan Tongmenghui, tetapi berargumen bahwa penggantian politik dari satu pemerintahan ke pemerintahan lain tidak akan mengalami kemajuan; revolusi dalam nilai-nilai keluarga, gender dan sosial bisa menghilangkan kebutuhan akan pemerintah dan paksaan. Zhang Ji adalah salah satu di antara kaum anarkis yang membela tindakan pembunuhan dan terorisme adalah cara-cara untuk melakukan revolusi, tetapi yang lain bersikeras bahwa hanya melalui jalur pendidikan yang dapat dibenarkan. Tokoh-tokoh penting kaum anarkis termasuk Cai Yuanpei, Wang Jingwei dan Zhang Renjie, yang memberi bantuan utama kepada Sun dalam hal keuanganan. Banyak dari kaum anarkis ini kemudian mendapat jabatan yang tinggi di Kuomintang (Partai Nasionalis Tiongkok).

Pandangan

Sentimen Anti-Qing

Banyak kaum revolusioner mempromosikan sentimen anti-Qing / anti-Manchu dan menghidupkan kembali ingatan rakyat Tiongkok tentang konflik yang pernah terjadi antara etnis minoritas suku Manchu dengan etnis mayoritas suku Han dari zaman akhir dinasti Ming (1368–1644). Para intelektual terkemuka dipengaruhi oleh buku-buku yang berhasil diselamatkan pada tahun-tahun terakhir dinasti Ming, yang merupakan dinasti terakhir suku Han. Pada tahun 1904, Sun Yat-sen mengumumkan bahwa tujuan organisasinya adalah "untuk mengusir orang-orang bangsa Tatar yang barbar, membangkitkan kembali bangsa Tiongkok, mendirikan Republik, dan membagikan tanah secara merata kepada rakyat." (驅除 韃 虜, 恢復 中華, 創立 民國, 平均 地 權). Banyak organisasi bawah tanah yang mempromosikan gagasan "Menolak Qing dan memulihkan Ming" (反清 復明) yang telah ada sejak zaman Pemberontakan Taiping. Yang lainnya, seperti Zhang Binglin, mendukung paham garis keras "sembelih manchu" dan konsep seperti "Anti-Manchu" (興漢滅胡 / 排滿主義).

Strata dan berbagai macam organisasi

Revolusi Xinhai didukung oleh banyak organisasi, termasuk organisasi dari para mahasiswa dan intelektual yang kembali dari luar negeri, serta peserta organisasi revolusioner, orang-orang Tionghoa perantauan, prajurit dari pasukan yang baru, bangsawan setempat, para petani, dan lain sebagainya.

Orang-Orang Tionghoa di Perantauan

Aktivitas orang-orang Tionghoa revolusioner di Malaya Britania

Bantuan dari orang-orang Tionghoa perantauan penting dalam Revolusi Xinhai. Pada tahun 1894, yang merupakan tahun pertama dari organisasi Masyarakat Regenerasi Tiongkok, pertemuan pertama yang pernah diadakan oleh kelompok ini berlangsung di kediaman Ho Fon, seorang Tionghoa perantauan yang merupakan pemimpin Gereja Kristus Tiongkok yang pertama. Orang Tionghoa perantauan mendukung dan secara aktif berpartisipasi dalam pendanaan kegiatan revolusioner, khususnya orang-orang Tionghoa yang ada di Malaya Britania (Singapura dan Malaysia). Banyak dari kelompok ini yang direorganisasi oleh Sun, yang disebut sebagai "bapak revolusi Tiongkok".

Para intelektual baru yang bermunculan

Pada 1906, setelah penghapusan ujian kenegaraan, pemerintahan Qing mendirikan banyak sekolah baru dan mendorong para siswa untuk belajar ke luar negeri. Banyak anak muda bersekolah di sekolah yang baru atau pergi ke luar negeri untuk belajar seperti ke Jepang. Organisasi intelektual baru kemudian muncul dari para siswa itu, yang berkontribusi besar pada Revolusi Xinhai. Selain Sun Yat-sen, tokoh-tokoh kunci dalam revolusi, seperti Huang Xing, Song Jiaoren, Hu Hanmin, Liao Zhongkai, Zhu Zhixin dan Wang Jingwei, semuanya adalah pelajar Tiongkok yang sekolah di Jepang. Beberapa siswa muda seperti Zou Rong, yang terkenal karena menulis buku berjudul Tentara Revolusi, di mana ia berbicara tentang pemusnahan Manchu yang selama 260 tahun melakukan penindasan, menyebabkan dukacita, kekejaman serta tirani dan mengubah putra-putra dari cucu Kaisar Kuning menjadi orang-orang seperti George Washington.

Sebelum 1908, kaum revolusioner fokus mengkoordinasi organisasi-organisasi ini dalam rangka persiapan untuk melakukan pemberontakan; oleh karena organisasi-organisasi ini yang nanti akan menyediakan sumber daya manusia yang sangat banyak untuk menggulingkan Dinasti Qing. Setelah Revolusi Xinhai selesai, Sun Yat-sen mengingat saat-saat merekrut dukungan untuk revolusi dan berkata, "Orang-orang yang terpelajar sangat sulit mencari penghargaan dan keuntungan, sehingga mereka dianggap tidak terlalu penting. Sebaliknya, organisasi seperti Tiandihui (masyarakat Langit dan Bumi) dapat menabur banyak ide untuk menentang Qing dan memulihkan Ming."

Bangsawan dan pengusaha

Pangeran Qing bersama para anggota kabinet kerajaan.

Kekuatan bangsawan dalam politik lokal semakin nyata. Dari Desember 1908, pemerintahan Qing membuat beberapa sarana yang memungkinkan para bangsawan dan pengusaha turut berpartisipasi dalam berpolitik. Orang-orang ini pada awalnya adalah pendukung konstitusi. Namun, mereka menjadi kecewa ketika pemerintah Qing membentuk kabinet dan mengangkat Pangeran Yikuang atau yang biasa disebut Pangeran Qin sebagai Perdana Menteri. Pada awal 1911, sebuah kabinet percobaan memiliki tiga belas orang anggota, sembilan di antaranya adalah orang-orang Manchu yang dipilih dari anggota keluarga kerajaan sendiri.

Orang-orang asing

Selain orang Tionghoa daratan dan orang Tionghoa perantauan, beberapa pendukung dan peserta Revolusi Xinhai adalah orang asing; di antara mereka, orang-orang Jepang adalah kelompok yang paling aktif. Beberapa orang Jepang bahkan ada yang menjadi anggota Tongmenghui. Miyazaki Touten adalah pendukung Jepang terdekat; selain itu ada juga yang Heiyama Shu dan Ryōhei Uchida. Homer Lea, orang Amerika yang menjadi penasihat asing terdekat Sun Yat-sen pada tahun 1910, mendukung ambisi militer Sun Yat-sen. Prajurit Inggris Rowland J. Mulkern juga ambil bagian dalam revolusi. Beberapa orang asing, seperti penjelajah asal Inggris Arthur de Carle Sowerby, memimpin ekspedisi untuk menyelamatkan para misionaris asing pada tahun 1911 dan 1912.

Yuan Shikai (1859–1916)

Yuan mengembangkan kekuasaannya di utara Tiongkok dengan membangun Tentara Beiyang.

Sayap kanan ultra-nasionalis Jepang Perhimpunan Naga Hitam mendukung kegiatan Sun Yat-sen terhadap Manchu, mereka yakin bahwa dengan menggulingkan dinasti Qing maka akan membantu Jepang mengambil alih tanah air Manchu dan bahwa orang Tiongkok Han tidak akan menentang mereka dalam hal pengambil-alihan tersebut. Toyama yakin bahwa Jepang dapat dengan mudah mengambil alih Manchuria dan Sun Yat-sen serta para revolusioner anti-Qing lainnya tidak akan melawan bahkan mereka akan membantu Jepang mengambil alih dan memperbesar perdagangan opium di Tiongkok, padahal pemerintahan Qing sendiri sedang berusaha menghancurkan perdagangan opium itu. Perhimpunan Naga Hitam Jepang mendukung Sun Yat-sen dan para revolusioner yang anti-Manchu sampai dinasti Qing runtuh. Pemimpin sayap kanan ultra-nasionalis Jepang Gen'yōsha Tōyama Mitsuru mendukung anti-Manchu, aktivitas revolusioner anti -Qing yang dilakukan oleh Sun Yat-sen dan mendukung Jepang untuk mengambil alih Manchuria. Tongmenghui adalah organisasi anti-Qing yang didirikan dan berpusat di pengasingan di Jepang, tempat di mana banyak revolusioner anti-Qing berkumpul.

Jepang berusaha menyatukan kelompok-kelompok anti-Manchu yang dibentuk oleh orang-orang Han untuk meruntuhkan dinasti Qing. Jepang yang membantu Sun Yat-sen menyatukan semua kelompok revolusioner anti-Qing, anti-Manchu dan bahkan ada juga orang Jepang seperti Tōten Miyazaki di dalam aliansi revolusioner Tongmenghui yang anti-Manchu. Perhimpunan Naga Hitam ini yang menjadi tuan rumah konggres Tongmenghui yang pertama. Perhimpunan Naga Hitam memiliki hubungan yang sangat akrab dengan Sun Yat-sen dan mempromosikan paham pan-Asian bahkan Sun sendiri terkadang berpura-pura menjadi orang Jepang dan mereka telah lama memiliki hubungan dengan Sun. Kelompok-kelompok Jepang seperti Perhimpunan Naga Hitam ini berdampak sangat besar terhadap Sun Yat-sen. Menurut seorang sejarawan militer Amerika, Perhimpunan Naga Hitam adalah bagian dari militer kekaisaran Jepang. Perhimpunan Yakuza dan Naga Hitam yang membantu serta mengatur supaya Sun Yat-sen bisa mengadakan konggres partai Kuomintang yang pertama di Tokyo, mereka juga berharap untuk bisa membanjiri Tiongkok dengan opium serta menggulingkan dinasti Qing dan menipu rakyat Tiongkok untuk menggulingkan dinasti Qing demi kepentingan Jepang. Setelah revolusi berhasil, Perhimpunan Naga Hitam Jepang ini mulai menyusup ke Tiongkok guna menyebarkan opium. Perhimpunan Naga Hitam mendorong pengambil-alihan Manchuria oleh Jepang pada tahun 1932. Sun Yat-sen menikah dengan seorang wanita Jepang bernama Kaoru Otsuki.

Tentara-tentara di Angkatan Darat Baru

Angkatan Darat Baru dibentuk melalui dekrit delapan provinsi pada tahun 1901 setelah kekalahan tentara Qing dalam Perang Tiongkok-Jepang Pertama.. Pasukan dari Angkatan Darat Baru sejauh ini merupakan yang paling terlatih dan terlengkap. Cara perekrutannya berkualitas lebih tinggi daripada tentara lama dan akan menerima kenaikan pangkat secara teratur. Mulai tahun 1908, banyak kaum revolusioner mulai beralih menjadi anggota pasukan tentara Angkatan Darat Baru. Sun Yat-sen dan kaum revolusioner lainnya juga menyusup ke dalam Angkatan Darat Baru ini.

Pemberontakan dan insiden

Fokus utama pemberontakan sebagian besar terkait dengan Tongmenghui dan Sun Yat-sen, termasuk sub-kelompok yang ada. Tapi ada beberapa pemberontakan melibatkan kelompok-kelompok yang tidak pernah bergabung dengan Tongmenghui. Sun Yat-sen mungkin telah berpartisipasi dalam 8-10 kali pemberontakan; semuanya gagal sebelum akhirnya terjadi Pemberontakan Wuchang yang berhasil.

Bendera Pemberontakan Guangzhou Pertama.

Pemberontakan Guangzhou Pertama

Pada musim semi 1895, organisasi Xingzhonghui (Perhimpunan Kebangkitan Tiongkok), yang berbasis di Hong Kong, merencanakan Pemberontakan Guangzhou Pertama (廣州起義). Lu Haodong ditugaskan untuk merancang bendera kaum revolusioner (Langit Biru dengan Matahari Putih). Pada tanggal 26 Oktober 1895, Yeung Ku-wan dan Sun Yat-sen memimpin Zheng Shiliang dan Lu Haodong menuju Guangzhou, bersiap untuk mengambil alih Guangzhou dalam satu kali serangan. Namun, rencana mereka bocor ke tangan pemerintahan Qing. Pemerintahan Qing mulai menangkapi kaum revolusioner termasuk Lu Haodong, yang kemudian dieksekusi. Pemberontakan Guangzhou Pertama telah gagal. Di bawah tekanan dari pemerintah Qing, maka pemerintah Hong Kong melarang kedua orang ini memasuki wilayah itu selama lima tahun. Sun Yat-sen pergi ke tempat-tempat pengasingan di Jepang, Amerika Serikat, Kanada, dan Inggris, mempromosikan revolusi Tiongkok dan mengumpulkan dana. Pada tahun 1901, setelah pemberontakan Huizhou, Yeung Ku-wan dibunuh oleh agen Qing di Hong Kong. Setelah kematiannya, keluarganya melindungi identitasnya dengan tidak menuliskan namanya di batu nisan di atas makamnya, hanya nomor: 6348.

Pemberontakan Tentara Kemerdekaan

Pada tahun 1901, setelah Pemberontakan Boxer dimulai, Tang Caichang (唐才常) dan Tan Sitong dari Perhimpunan Emansipasi Kaki mengorganisir Tentara Kemerdekaan. Pemberontakan Tentara Kemerdekaan (自立軍起義) direncanakan terjadi pada tanggal 23 Agustus 1900. Tujuan mereka adalah untuk menggulingkan Janda Permaisuri Cixi guna mendirikan monarki konstitusional di bawah Kaisar Guangxu. Rencana mereka ini diketahui oleh gubernur jenderal Hunan dan Hubei. Sekitar dua puluh konspirator ditangkap dan dieksekusi.

Pemberontakan Huizhou

Pada 8 Oktober 1900, Sun Yat-sen memerintahkan melakukan Pemberontakan Huizhou (惠州起義). Tentara revolusioner dipimpin oleh Zheng Shiliang dan pada awalnya berjumlah 20.000 orang, yang berjuang selama setengah bulan. Namun, setelah Pangeran Ito Hirobumi yang juga sekaligus sebagai Perdana Menteri Jepang pada saat itu melarang Sun Yat-sen melakukan kegiatan revolusioner sampai ke Taiwan, Zheng Shiliang tidak punya pilihan selain memerintahkan tentaranya untuk membubarkan diri. Karenanya pemberontakan ini juga gagal. Prajurit Inggris Rowland J. Mulkern berpartisipasi dalam pemberontakan ini.

Zhang Zhidong

Li Hongzhang

Dua orang tokoh penting Qing pada era yang sama.

Pemberontakan Ming Yang Agung

Pemberontakan yang sangat singkat ini terjadi dari tanggal 25 hingga 28 Januari 1903, untuk mendirikan "Kerajaan Surgawi Ming Yang Agung" (大明順天國). Pemberontakan ni melibatkan Tse Tsan-tai, Li Jitang (李紀堂), Liang Muguang (梁慕光) dan Hong Quanfu (洪全福), yang sebelumnya mengambil bagian dalam Pemberontakan Jintian selama era Kerajaan Surgawi Taiping.

Pemberontakan Ping-liu-li

Ma Fuyi (馬福益) dan Huaxinghui terlibat dalam pemberontakan di tiga wilayah Pingxiang, Liuyang dan Liling, yang disebut "Pemberontakan Ping-liu-li",(萍瀏醴起義) pada tahun 1905.

Percobaan Pembunuhan Di Stasiun Kereta Api Timur Zhengyangmen Beijing (正陽門 車站)

Wu Yue (吳樾) dari oranisasi Guangfuhui melakukan upaya pembunuhan dengan menyerang lima orang pejabat dinasti Qing pada 24 September 1905 di stasiun Kereta Api Timur Zhengyangmen Beijing (正陽門車站).

Pemberontakan Huanggang

Pemberontakan Huanggang (黃岡 起義) terjadi pada 22 Mei 1907, di Chaozhou Partai Revolusioner, bersama dengan Xu Xueqiu (許雪秋), Chen Yongpo (陳湧波) dan Yu Tongshi (余通實), melakukan pemberontakan dan merebut kota kota Huanggang. Orang Jepang yang ikut serta dalam pemberontakan ini termasuk (萱 野 長 知) dan (池 亨吉). Setelah pemberontakan dimulai, pemerintah Qing dengan cepat dan seacara paksa menekannya. Sekitar 200 orang revolusioner terbunuh.

Pemberontakan Qinühu

Pada tahun yang sama, Sun Yat-sen mengirim lebih banyak revolusioner ke Huizhou untuk melakukan "Pemberontakan Huizhou Qinühu".(惠州七女湖起義). Pada tanggal 2 Juni, Deng Zhiyu ( 鄧子瑜) dan Chen Chuan ( 陳純) mengumpulkan beberapa pengikut, dan kemudian mereka bersama-sama menangkap tentara Qing di danau yang berjarak sekitar 20 kilometer dari kota Huizhou. Mereka membunuh beberapa tentara Qing dan menyerang Taiwei ( 泰 尾) pada tanggal 5 Juni. Tentara Qing melarikan diri dalam keadaan kacau balau, dan kaum revolusioner mengeksploitasi kesempatan itu untuk merebut beberapa kota. Mereka mengalahkan pasukan Qing sekali lagi di Bazhiyie. Banyak organisasi menyuarakan dukungan mereka setelah pemberontakan ini, dan jumlah pasukan revolusioner meningkat menjadi dua ratus orang. Namun pada akhirnya pemberontakan ini juga gagal.

Pemberontakan Anqing

Arca penghormatan kepada pejuang revolusioner Qiu Jin.

Pada 6 Juli 1907, Xu Xilin dari Guangfuhui memimpin pemberontakan di Anqing, Anhui, yang kemudian dikenal sebagai Pemberontakan Anqing (安慶起義). Xu Xilin yang pada saat itu adalah seorang komisaris polisi dan juga pengawas akademi kepolisian. Dia memimpin pemberontakan yang bertujuan untuk membunuh gubernur provinsi Anhui, En Ming (恩 銘). Mereka dikalahkan setelah bertempur selama empat jam. Xu ditangkap, dan para pengawal En Ming memotong serta memakan jantung dan hatinya. Sepupu perempuannya yang bernama Qiu Jin dieksekusi beberapa hari kemudian.

Pemberontakan Qinzhou

Dari Agustus hingga September 1907, terjadi Pemberontakan Qinzhou (欽州 防城 起義), untuk memprotes pajak yang sangat besar dari pemerintah. Sun Yat-sen mengirim Wang Heshun (王 和順) ke sana untuk membantu tentara revolusioner merebut daerah itu pada bulan September. Setelah itu, mereka berusaha untuk mengepung dan merebut kota Qinzhou, tetapi tidak berhasil. Mereka akhirnya mundur ke daerah pegunungan Shiwandashan, sementara itu Wang Heshun kembali ke Vietnam.

Pemberontakan Zhennanguan

Pada 1 Desember 1907, Pemberontakan Zhennanguan (鎮南關起事) terjadi di pos perbatasan Zhennanguan, di perbatasan Tiongkok-Vietnam. Sun Yat-sen mengirim Huang Mintang (黃明堂) untuk memantau pos perbatasan yang berbentuk benteng tersebut. Dengan bantuan dari para penjaga benteng itu sendiri, kaum revolusioner merebut menara meriam di Zhennanguan. Pemerintah Qing mengirim pasukan yang dipimpin oleh Long Jiguang dan Lu Rongting untuk melakukan serangan balik, dan kaum revolusioner terpaksa mundur ke daerah pegunungan. Setelah kegagalan pemberontakan ini, Sun terpaksa pindah ke Singapura karena anti-Sun sentiments dari dalam kelompok-kelompok revolusioner itu sendiri. Dia tidak kembali ke Tiongkok sampai setelah meletusnya Pemberontakan Wuchang.

Pemberontakan Qin-lian

Pada 27 Maret 1908, Huang Xing melancarkan serangan, yang kemudian dikenal sebagai Pemberontakan Qin-lian (欽廉上思起義), dari sebuah markas kaum revolusioner di Vietnam dan menyerang kota-kota Qinzhou dan Lianzhou di Guangdong. Perjuangan berlanjut selama empat belas hari tetapi terpaksa berhenti setelah kaum revolusioner kehabisan persediaan makanan.

Pemberontakan Hekou

Pada bulan April 1908, pemberontakan lain terjadi di Yunnan, Hekou, sehingga disebut Pemberontakan Hekou (雲南河口起義). Huang Mingtang (黃明堂) memimpin dua ratus orang dari Vietnam dan menyerang Hekou pada 30 April. Revolusioner lain yang ikut serta termasuk Wang Heshun (王和順) dan Guan Renfu (關仁甫). Mereka kalah jumlah sehingga dikalahkan oleh pasukan pemerintah Qing, dan pemberontakan ini gagal.

Pemberontakan Mapaoying

Pada 19 November 1908, Pemberontakan Mapaoying (馬炮營起義) dilakukan oleh organisasi revolusioner Yuewanghui (岳王會) anggota Xiong Chenggei (熊成基) di Anhui. Organisasi Yuewanghui, pada saat itu adalah bagian dari Tongmenghui. Pemberontakan ini juga gagal.

Pemberontakan Tentara Baru Gengxu

Pada bulan Februari 1910 terjadi Pemberontakan Tentara Baru Gengxu (庚戌新軍起義), atau dikenal juga sebagai Pemberontakan Tentara Baru Guangzhou (廣州新軍起義). Pemberontakan ini melibatkan konflik antara warga dan polisi setempat melawan Tentara Baru. Setelah pemimpin kaum revolusioner Ni Yingdian terbunuh oleh pasukan Qing, kaum revolusioner yang tersisa dengan cepat dapat dikalahkan, menyebabkan pemberontakan ini gagal.

Pemberontakan Guangzhou Kedua

Tugu memorial 72 martir.

Pada tanggal 27 April 1911, sebuah pemberontakan terjadi di Guangzhou, yang dikenal sebagai Pemberontakan Guangzhou Kedua (辛亥 廣州 起義) atau Pemberontakan Gundukan Bunga Kuning (黃花 岡 之 役). Pemberontakan ini berakhir dengan bencana, karena dari 86 mayat yang berhasil ditemukan (hanya 72 yang bisa diidentifikasi). 72 kaum revolusioner tersebut kemudian dikenang sebagai martir. Revolusioner Lin Juemin (林 覺 民) adalah salah satu dari 72 martir tersebut. Pada malam pertempuran itu, ia menulis sebuah surat legendaris bertajuk "Surat Untuk Istriku" (與 妻 訣別 書), yang kemudian dianggap sebagai mahakarya dalam kesusastraan Tiongkok.

Pemberontakan Wuchang

Bendera 18 Bintang Darah Besi.

Jalur Pemberontakan.

Perhimpunan Sastra (文學 社) dan Asosiasi Progresif (共進 會) adalah organisasi revolusioner yang terlibat dalam pemberontakan terutama ketika melakukan aksi demonstrasi Gerakan Perlindungan Kereta Api Pada akhir musim panas, beberapa unit Tentara Angkatan Darat Baru Hubei diperintahkan ke Sichuan yang letaknya berdekatan untuk memadamkan demonstrasi Gerakan Perlindungan Kereta Api, sebuah demonstrasi besar-besaran yang memprotes pemerintahan Qing yang melakukan penyitaan dan penyerahan usaha pengembangan kereta api lokal kepada kekuatan asing. Pejabat pengawas perkeretaapian seperti Duanfang dan Zhao Erfeng memimpin Angkatan Darat Baru untuk melawan Gerakan Perlindungan Kereta Api.

Unit-unit Tentara Angkatan Darat Baru Hubei pada awalnya adalah Tentara Hubei, yang telah dilatih oleh pejabat Qing Zhang Zhidong. Pada 24 September, Perhimpunan Sastra dan Asosiasi Progresif mengadakan konferensi di Wuchang, bersama dengan enam puluh perwakilan dari unit-unit Tentara Angkatan Darat Baru setempat. Selama konferensi itu, mereka mendirikan markas besar untuk merencanakan aksi pemberontakan. Para pemimpin kedua organisasi, Jiang Yiwu (蔣 翊武) dan Sun Wu (孫武), dipilih sebagai komandan dan kepala staf. Awalnya, tanggal pemberontakan adalah 6 Oktober 1911. Namun ditunda menjadi tanggal berikutnya karena persiapan yang tidak memadai.

Kaum revolusioner yang bermaksud menggulingkan dinasti Qing telah berhasil membuat banyak bom, dan pada 9 Oktober, salah satu bom tersebut meledak secara tidak sengaja. Sun Yat-sen sendiri tidak berperan langsung dalam pemberontakan ini, dia sedang bepergian ke Amerika Serikat dalam upaya untuk merekrut lebih banyak lagi dukungan dari kalangan Tionghoa perantauan. Rui Cheng (瑞澂) adalah seorang gubernur jenderal provinsi Hubei dan Hunan yang mencoba untuk melacak dan menangkap kaum revolusioner. Pemimpin pasukan Xiong Bingkun (熊秉坤) dan yang lainnya memutuskan untuk tidak menunda pemberontakan lagi dan akan melakukan aksi pemberontakan pada 10 Oktober 1911, jam 7 malam. Pemberontakan itu sukses; seluruh kota Wuchang dikuasai oleh kaum revolusioner pada pagi hari tanggal 11 Oktober. Malam itu, mereka mendirikan markas taktis dan mengumumkan pembentukan "Pemerintahan Militer Hubei Republik Tiongkok". Hasil konferensi memilih Li Yuanhong sebagai gubernur pemerintah sementara. Para pejabat Qing seperti Duanfang dan Zhao Erfeng dibunuh oleh pasukan revolusioner.

Pemberontakan provinsi

Peta pemberontakan selama Revolusi Xinhai.

Setelah keberhasilan Pemberontakan Wuchang, banyak demonstrasi yang terjadi di seluruh negeri dengan berbagai alasan. Beberapa pemberontakan menyatakan restorasi (光復) dari aturan Suku Han. Pemberontakan-pemberontakan lainnya sudah tinggal selangkah lagi menuju kemerdekaan, dan ada beberapa yang masih melakukan demonstrasi atau pemberontakan terhadap pihak berwenang lokal. Terlepas dari apapun alasan pemberontakan itu yang terpenting hasilnya adalah semua provinsi di negara itu meninggalkan dinasti Qing dan bergabung dengan ROC,Republik Tiongkok.

Pemulihan Changsha

Pada 22 Oktober 1911, Tongmenghui Hunan dipimpin oleh Jiao Dafeng (焦 達 嶧) dan Chen Zuoxin (陳 作 新). Mereka mengepalai sebuah kelompok bersenjata yang terdiri dari sebagian kaum revolusioner dari Hongjiang dan sebagian lagi adalah para membelot dari unit-unit Angkatan Darat Baru, kelompok ini mengkampanyekan perluasan pemberontakan sampai ke Changsha. Mereka merebut kota dan membunuh jenderal kekaisaran setempat. Kemudian mereka mengumumkan pembentukan Pemerintah Militer Hunan Republik Tiongkok dan menentang Kekaisaran Qing.

Pemberontakan Shaanxi

Pada hari yang sama, Tongmenghui Shaanxi yang dipimpin oleh Jing Dingcheng (景 定 成), Qian ding (錢 鼎) serta Jing Wumu (井 勿 幕) dan lainnya termasuk Gelaohui, melakukan sebuah pemberontakan dan menguasai kota Xi'an setelah dua hari bertempur. Komunitas Muslim Suku Hui terbagi dalam mendukung revolusi. Muslim Hui di Shaanxi mendukung kaum revolusioner sedangkan Muslim Hui di Gansu mendukung dinasti Qing. Penduduk asli suku Hui Muslim Mohammedan di kota Xi'an, provinsi Shaanxi bergabung dengan kaum revolusioner Tiongkok Han dalam membantai Manchu. Muslim Hui asli dari provinsi Gansu dipimpin oleh jenderal Ma Anliang yang memimpin lebih dari dua puluh batalyon pasukan Muslim suku Hui untuk mempertahankan kekaisaran Qing dan menyerang Shaanxi yang dikendalikan oleh revolusioner Zhang Fenghui (張鳳 翽). Serangan itu berhasil, tetapi setelah mendapat kabar bahwa Puyi (Kaisar Xuantong) akan turun tahta, Ma Anliang setuju untuk bergabung dengan Republik baru. Kaum revolusioner mendirikan "Pemerintahan Militer Qinlong Fuhan" dan memilih Zhang Fenghui, anggota Perhimpunan Yuanrizhi (原日知會), sebagai gubernur baru. Setelah markas besar Manchu di Xi'an jatuh pada tanggal 24 Oktober, pasukan Xinhai membunuh semua Manchu di kota itu, sekitar 20.000 orang manchu dibunuh dalam pembantaian massal tersebut. Banyak para pembela Manchu yang bunuh diri, termasuk Jenderal Qing Wenrui (文 瑞), yang menyeburkan diri ke dalam sumur. Hanya beberapa orang Manchu yang kaya raya yang ditebus dan para perempuan Manchu berhasil selamat. Orang Tiongkok Han yang kaya menyita gadis-gadis Manchu untuk dijadikan budak mereka dan bagi pasukan Tiongkok Han yang miskin, mereka menangkap perempuan muda Manchu untuk dijadikan istri mereka. Gadis-gadis muda Manchu banyak juga yang ditangkap oleh Muslim Hui dari Xi'an selama pembantaian tersebut dan dijadikan muslimah.

Pemberontakan Jiujiang

Pada tanggal 23 Oktober, Lin Sen, Jiang Qun (蔣 群), Cai Hui (蔡蕙) dan anggota Tongmenghui lainnya di provinsi Jiangxi merencanakan pemberontakan unit-unit Tentara Baru. Setelah mereka meraih kemenangan, mereka mengumumkan kemerdekaan mereka dan mendirikan Pemerintah Militer Jiujiang.

Pemberontakan Shanxi Taiyuan

Pada tanggal 29 Oktober, Yan Xishan dari Angkatan Darat Baru memimpin pemberontakan di Taiyuan, ibu kota provinsi Shanxi, bersama dengan Yao Yijie (姚 以 價), Huang Guoliang ( 黃國梁), Wen Shouquan (溫壽泉), Li Chenglin (李成林), Zhang Shuzhi (張樹 幟) dan Qiao Xi (喬 煦). Pemberontak Xinhai di Taiyuan membombardir jalanan-jalanan yang ada di daerah pemukiman para pejabat Qing dan membunuh semua orang Manchu. Mereka berhasil membunuh Gubernur Qing provinsi Shanxi, Lu Zhongqi (陸鍾琦). Mereka kemudian mengumumkan pendirian Pemerintah Militer Shanxi dengan Yan Xishan sebagai gubernur militer. Yan Xishan kelak di kemudian hari menjadi salah satu panglima perang yang menyulitkan Tiongkok dalam satu masa yang dikenal sebagai "era panglima perang".

Pemberontakan Sembilan Kembar Kunming

Pada 30 Oktober, Li Genyuan (李根源) dari Tongmenghui di Yunnan bergabung dengan Cai E, Luo Peijin (羅佩 金), Tang Jiyao, dan perwira Tentara Angkatan Darat Baru lainnya untuk melakukan aksi pemberontakan Sembilan Kembar (重九 起義) karena bertepatan dengan Festival Chongyang yang jatuh pada tanggal 9 bulan 9 dalam sistem penanggalan kalender Tionghoa. Mereka menguasai Kunming pada hari berikutnya dan mendirikan Pemerintah Militer Yunnan, kemudian memilih Cai E sebagai gubernur militer.

Pemulihan Nanchang

Pada tanggal 31 Oktober, cabang Tongmenghui di Nanchang memimpin unit-unit Tentara Angkatan Darat Baru dalam pemberontakan yang berhasil. Mereka mendirikan Pemerintahan Militer Jiangxi. Li Liejun terpilih sebagai gubernur militer. Li declared Jiangxi as independent and launched an expedition against Qing official Yuan Shikai.

Pemberontakan Bersenjata Shanghai

Chen Qimei, gubernur milter Shanghai.

Pada 3 November, Tongmenghui, Guangfuhui, dan para pedagang Shanghai yang dipimpin oleh Chen Qimei (陳其美), Li Pingsu (李平書), Zhang Chengyou (張承 槱), Li Yingshi (李英石), Li Xiehe (李 燮) dan Song Jiaoren mengorganisir pemberontakan bersenjata di Shanghai. Mereka mendapat dukungan dari polisi setempat. Para pemberontak menangkap Lokakarya Jiangnan pada tanggal 4 November dan merebut kota Shanghai segera setelah itu. Pada 8 November, mereka mendirikan Pemerintah Militer Shanghai dan memilih Chen Qimei sebagai gubernur militer. Dia akhirnya menjadi salah satu dari Empat Keluarga Besar Pendiri Republik Tiongkok, bersama dengan tiga marga keluarga besar lainnya yaitu: Chiang, Soong dan Kung yang sangat terkenal pada masa itu.

Pemberontakan Guizhou

Pada 4 November, Zhang Bailin (張百麟) dari partai revolusioner di Guizhou memimpin pemberontakan bersama dengan unit-unit Angkatan Darat Baru dan para siswa dari akademi militer. Mereka segera menangkap Guiyang dan mendirikan Pemerintah Militer Han Guizhou Raya, memilih Yang Jincheng (楊藎誠) dan Zhao Dequan (趙德全) sebagai gubernur dan wakilnya.

Pemberontakan Zhejiang

Juga pada tanggal 4 November, kaum revolusioner di Zhejiang mendesak unit-unit Angkatan Darat Baru di Hangzhou untuk melakukan pemberontakan. Zhu Rui (朱瑞), Wu Siyu (吳思豫), Lu Gongwang (吕公望) dan yang lain dari Angkatan Darat Baru menangkap bengkel perlengkapan militer. Unit lain, yang dipimpin oleh Chiang Kai-shek dan Yin Zhirei (尹銳志) berhasil merebut sebagian besar kantor pemerintahan. Akhirnya, Hangzhou berada di bawah kendali kaum revolusioner, dan seorang konstitusionalis bernama Tang Shouqian (湯壽潛) terpilih sebagai gubernur militer.

Pemulihan Jiangsu

Pada tanggal 5 November, Jiangsu para pakar konstitusi dan bangsawan mendesak gubernur Qing Cheng Dequan (程 德 全) untuk mengumumkan kemerdekaan dan mendirikan Pemerintahan Militer Revolusi Jiangsu dengan Cheng sendiri sebagai gubernurnya. Tidak seperti di kota-kota lainnya, kekerasan anti-Manchu baru dimulai setelah pemulihan pada 7 November di Zhenjiang. Jenderal Qing bernama Zaimu (載 穆) setuju untuk menyerah, tetapi karena kesalahpahaman, kaum revolusioner tidak memahami bahwa keselamatan Mancu harus dijamin. Markas-markas dan tempat tinggal orang-orang Manchu digeledah, dan sejumlah besar orang Manchu juga dibunuh. Zaimu yang merasa dikhianati kemudian bunuh diri. Ini dianggap sebagai Pemberontakan Zhenjiang (鎮江起義).

Pemberontakan Anhui

Para anggota Tongmenghui di Anhui juga melakukan pemberontakan pada hari itu dan mengepung ibukota provinsi. Para pakar konstitusi membujuk Zhu Jiabao (朱家寶), Gubernur Qing di Anhui, untuk mengumumkan kemerdekaan.

Pemberontakan Guangxi

Pada 7 November, departemen politik Guangxi memutuskan untuk memisahkan diri dari pemerintahan Qing, mengumumkan kemerdekaan Guangxi. Gubernur Qing yang bernama Shen Bingkun (沈秉堃) diizinkan untuk tetap menjadi gubernur, tetapi Lu Rongting akan segera menjadi gubernur yang baru. Lu Rongting kemudian menjadi terkenal selama "era panglima perang" sebagai salah satu panglima perang, dan para bandit yang menjadi anak buahnya mengendalikan Guangxi selama lebih dari satu dekade. Di bawah kepemimpinan Huang Shaohong, mahasiswa hukum Muslim Bai Chongxi mendaftar dalam unit Pasukan Berani Mati untuk berjuang sebagai seorang revolusioner.

Kemerdekaan Fujian

Salah satu markas tua Guangfuhui yang berlokasi di Lianjiang County, Fujian

Pada bulan November, para anggota cabang Tongmenghui di Fujian, bersama dengan Sun Daoren (孫道仁) dari Tentara Angkatan Darat Baru, melakukan pemberontakan melawan tentara Qing. Raja muda Qing, Song Shou (松壽), bunuh diri. Pada 11 November, seluruh provinsi Fujian menyatakan kemerdekaan. Pemerintah Militer Fujian didirikan, dan Sun Daoren terpilih sebagai gubernur militer.

Kemerdekaan Guangdong

Menjelang akhir Oktober, Chen Jiongming, Deng Keng (鄧鏗), Peng Reihai (彭瑞海) dan anggota Tongmenghui cabang Guangdong lainnya mengorganisasi milisi lokal untuk mengadakan pemberontakan di Huazhou, Nanhai, Sunde and Sanshui di provinsi Guangdong. Pada tanggal 8 November, setelah dibujuk oleh Hu Hanmin, Jenderal Li Zhun (李準) dan Long Jiguang (龍濟光) dari Angkatan Laut Guangdong setuju untuk mendukung revolusi. Gubernur jenderal Qing bernama Zhang Mingqi (張鳴岐), dipaksa berunding dengan perwakilan lokal mengenai usulan kemerdekaan Guangdong. Mereka memutuskan untuk mengumumkannya pada keesokan harinya. Chen Jiongming kemudian menguasai Huizhou. Pada 9 November, Guangdong mengumumkan kemerdekaannya dan membentuk pemerintahan militer. Mereka memilih Hu Hanmin dan Chen Jiongming sebagai gubernur dan wakilnya. Qiu Fengjia dikenal karena telah membantu menjadikan proses deklarasi kemerdekaan yang lebih damai. Tidak diketahui secara pasti pada saat itu apakah perwakilan koloni Eropa dari Hong Kong dan Macau akan diserahkan kepada pemerintahan yang baru.

Kemerdekaan Shandong

Pada 13 November, setelah dibujuk oleh revolusioner Din Weifen (丁惟汾) dan beberapa perwira Angkatan Darat Baru, gubernur Qing di Shandong yang bernama Sun Baoqi, setuju untuk memisahkan diri dari pemerintahan Qing dan mengumumkan kemerdekaan Shandong.

Pemberontakan Ningxia

Pada 17 November, Tongmenghui di Ningxia mengadakan Pemberontakan Ningxia (寧夏​會黨起義). Kaum revolusioner mengirim Yu Youren ke Zhangjiachuan untuk bertemu Dungan Sufi master Ma Yuanzhang untuk membujuknya agar tidak mendukung Qing. Namun, Ma tidak ingin membahayakan hubungannya dengan pemerintahan Qing. Dia mengirim milisi Muslim Gansu timur di bawah komando salah satu putranya untuk membantu Ma Qi menghancurkan Ningxia Gelaohui. Pemerintahan Militer Revolusioner Ningxia didirikan pada 23 November. Beberapa revolusioner yang terlibat termasuk Huang Yue (黃鉞) dan Xiang Shen (向燊), yang mengumpulkan pasukan Angkatan Darat baru di Qinzhou (秦州).

Kemerdekaan Sichuan

Pada tanggal 21 November, Guang'an mengorganisasikan Pemerintahan Militer Utara Raya. Pada 22 November, Chengdu dan Sichuan mulai mendeklarasikan kemerdekaan. Pada tanggal 27, Pemerintah Militer Sichuan Han Raya didirikan, dipimpin oleh revolusioner Pu Dianzun (蒲殿俊). Seorang pejabat pemerintah Qing bernama Duan Fang (端方) terbunuh.

Pemberontakan Nanking

1911 pertempuran di gerbang Ta-ping, Nanking. Lukisan karya T. Miyano.

Pada 8 November, didukung oleh Tongmenghui, Xu Shaozhen (徐紹楨) dari Angkatan Darat Baru mengumumkan pemberontakan di Molin Pass (秣陵關), sekitar 30 kilometer dari kota Nanking. Xu Shaozhen, Chen Qimei dan para jenderal lainnya memutuskan untuk membentuk pasukan gabungan di bawah Xu untuk bersama-sama menyerang Nanking. Pada 11 November, markas tentara bersatu didirikan di Zhenjiang. Antara 24 November sampai 1 Desember, di bawah komando Xu Shaozhen, pasukan bersatu merebut Wulongshan (烏龍山), Mufushan (幕府山), Yuhuatai (雨花臺), Kota Tianbao (天保城) dan masih banyak benteng=benteng pertahanan pasukan Qing lainnya. Pada tanggal 2 Desember, Kota Nanking dikuasai oleh kaum revolusioner setelah Pertempuran Nanking, 1911. Pada tanggal 3 Desember, revolusioner Su Liangbi memimpin pasukan dalam sebuah pembantaian massal orang-orang Manchu (angka jumlah korban tidak diketahui secara pasti). Dia ditangkap tidak lama kemudian, dan pasukannya dibubarkan.

Kemerdekaan Tibet

Pada tahun 1905, pemerintah Qing mengirim Zhao Erfeng ke Tibet untuk melakukan pembalasan terhadap aksi pemberontakan. Pada tahun 1908, Zhao terdaftar sebagai warga kekaisaran Qing di Lhasa, Tibet. Zhao dipenggal pada bulan Desember 1911 oleh pasukan pro Republik. Sebagian besar wilayah yang secara historis dikenal sebagai Kham sekarang diklaim sebagai Distrik Administrasi Xikang, dibuat oleh kaum revolusioner Republik. Pada akhir 1912, pasukan Manchu terakhir yang masih tersisa dipaksa keluar dari Tibet melalui India. Thubten Gyatso, Dalai Lama ke-13, kembali ke Tibet pada Januari 1913 dari Sikkim, tempat ia tinggal. Ketika pemerintah ROC yang baru meminta maaf atas tindakan pemerintahan Qing dan menawarkan untuk mengembalikan Dalai Lama ke posisi semula, ia menjawab bahwa ia tidak tertarik pada sistem Kepangkatan Tiongkok, bahwa Tibet tidak pernah disubordinasikan ke Cina, bahwa Tibet adalah negara merdeka, dan bahwa ia mengambil alih kepemimpinan spiritual dan politik Tibet. Oleh sebab itu, banyak orang yang mengartikan jawaban ini sebagai deklarasi resmi kemerdekaan. Pihak Tiongkok mengabaikan tanggapan tersebut, dan Tibet selama tiga puluh tahun bebas dari campur tangan dari Tiongkok.

Kemerdekaan Mongolia

Pada akhir 1911, bangsa Mongol mengambil tindakan dengan melakukan pemberontakan bersenjata melawan pihak berwenang Manchu tetapi tidak berhasil dalam upayanya tersebut. Sebuah gerakan kemerdekaan terjadi yang tidak hanya terbatas di Mongolia Utara (luar) saja tetapi merupakan pan-Mongolia yang fenomenal. Pada tanggal 29 Desember 1911, Bogd Khan menjadi pemimpin kekaisaran Mongol. Mongolia Dalam menjadi medan yang diperebutkan antara Khan dan Republik. Secara umum, Rusia mendukung Kemerdekaan Mongolia Luar (termasuk Tannu Uriankhai) selama masa Revolusi Xinhai. Tibet dan Mongolia kemudian saling menghormati dalam satu pakta perjanjian.

Pemberontakan Dihua dan Yili

Di Xinjiang pada 28 Desember, Liu Xianzun (劉先俊) dan kaum revolusioner memulai Pemberontakan Dihua (迪化起義). Pemberontakan ini dipimpin oleh lebih dari 100 anggota Geilaohui.. Pemberontakan ini gagal. Pada 7 Januari 1912, Pemberontakan Yili (伊犁起義) dengan Feng Temin (馮特民) dimulai. Qing Gubernur Qing, Yuan Dahua (袁大化) melarikan diri dan menyerahkan pengunduran dirinya ke Yang Zengxin, karena dia tidak dapat menangani pertempuran melawan kaum revolusioner.

Pada pagi hari tanggal 8 Januari, sebuah pemerintahan Yili yang baru, didirikan untuk kaum revolusioner, tetapi kaum revolusioner dikalahkan di Jinghe pada bulan Januari dan Februari. Akhirnya karena turun tahta, Yuan Shikai mengakui kepemimpinan Yang Zengxin, mengangkatnya menjadi Gubernur Xinjiang dan meminta provinsi itu bergabung dengan Republik. Ada sebelas lebih mantan pejabat Qing yang dibunuh di Zhenxi, Karashahr, Aksu, Kucha, Lunt ai dan Kashgar pada bulan April dan Mei 1912.

Pemberontakan Taiwan

Pada tahun 1911 sebagai bagian dari Revolusi Xinhai, Tongmenghui mengirim Luo Fu-xing (羅福星) ke pulau Taiwan untuk membebaskan Taiwan di bawah pemerintahan Jepang. Tujuannya adalah mengembalikan pulau Taiwan ke Republik Tiongkok dengan mengadakan Pemberontakan Taiwan (台灣起義). Luo ditangkap dan dibunuh pada 3 Maret 1914. Apa yang tersisa dikenal sebagai insiden " Miaoli", (苗栗事件) di mana lebih dari 1.000 orang Taiwan dieksekusi oleh polisi Jepang. Pengorbanan Luo diperingati di Miaoli.

Pergantian pemerintahan

Stempel presiden pemerintahan sementara Republik Tiongkok.

Utara: Upaya transformasi terakhir dari pejabat dinasti Qing

Pada 1 November 1911, pemerintah Qing menunjuk Yuan Shikai sebagai perdana menteri kabinet kekaisaran, menggantikan Pangeran Qing. Pada tanggal 3 November, setelah diusulkan oleh Cen Chunxuan dari Gerakan Monarki Konstitusional (立憲 運動), pada tahun 1903, pejabat lembaga kekaisaran Qing mengeluarkan Sembilan Belas Pasal (憲法重大信條十九條), yang mengubah Qing dari sistem otokrasi di mana kaisar memiliki kekuasaan tanpa batas menjadi monarki konstitusional. Pada tanggal 9 November, Huang Xing bahkan mengirim pesan telegram kepada Yuan Shikai dan mengundangnya untuk bergabung dengan Republik. Perubahan dari para pejabat Qing tersbut sudah terlambat, dan kaisar harus turun tahta.

Selatan: Pemerintahan di Nanking

Pada 28 November 1911, Wuchang dan Hanyang telah kembali ke pasukan Qing. Jadi demi menjaga keselamatan, kaum revolusioner mengadakan konferensi pertama mereka di wilayah konsesi Inggris di Hankou pada 30 November. Pada 2 Desember, pasukan revolusioner dapat menguasai menangkap Nanking dalam pemberontakan; kaum revolusioner memutuskan untuk menjadikannya sebagai tempat pemerintahan sementara yang baru. Pada saat itu, Beijing masih tetap sebagai ibu kota Qing.

Konferensi Utara–Selatan

Tang Shaoyi, kiri. Edward Selby Little, tengah. Wu Tingfang, kanan.

Pada 18 Desember, Konferensi Utara-Selatan (南北議和) diadakan di Shanghai untuk membahas masalah-masalah Utara dan Selatan. Yuan Shikai memilih Tang Shaoyi untuk mewakili dirinya. Tang meninggalkan Beijing dan pergi ke Wuhan untuk bernegosiasi dengan kaum revolusioner. The revolutionaries chose Wu Tingfang. Dengan intervensi enam kekuatan asing, Inggris, Amerika Serikat, Jerman, Rusia, Jepang, dan Prancis, Tang Shaoyi dan Wu Tingfang mulai menegosiasikan penyelesaian di British konsesi. Pengusaha asing Edward Selby Little (李德立) bertindak sebagai negosiator dan memfasilitasi pakta perjanjian damai. Mereka sepakat bahwa Yuan Shikai akan memaksa kaisar Qing untuk turun takhta dengan imbalan provinsi selatan akan mendukung Yuan sebagai presiden Republik. Setelah mempertimbangkan kemungkinan bahwa republik baru itu mungkin akan dikalahkan dalam perang saudara atau oleh invasi asing, Sun Yat-sen menyetujui proposal Yuan untuk menyatukan Cina di bawah pemerintahan Beijing Yuan Shikai. Keputusan selanjutnya yang berhasil disepakati adalah membiarkan kaisar tetap memerintah atas institusi kecilnya yang masih tersisa di Istana Musim Panas Baru. Dia akan diperlakukan sebagai penguasa negara terpisah dengan biaya beberapa juta taels perak.

Pendirian Republik

Republik Cina diumumkan dan masalah bendera nasional

Pada tanggal 29 Desember 1911, Sun Yat-sen terpilih sebagai Presiden Sementara Tiongkok yang pertama. 1 Januari 1912, ditetapkan sebagai hari pertama tahun berdirinya ROC. Pada 3 Januari, para perwakilan merekomendasikan Li Yuanhong sebagai wakil presiden sementara.

Selama dan setelah Revolusi Xinhai, banyak oranisasi dan kelompok yang telah berpartisipasi menginginkan supaya bendera mereka masing-masing yang dijadikan sebagai bendera nasional. Selama Pemberontakan Wuchang, unit militer Wuchang menginginkan bendera berbintang sembilan dengan Taijitu. Yang lain juga berlomba mengusulkan benderanya masing-masing termasuk bendera hasil karya Lu Haodong yaitu bendera Langit Biru dengan sebuah Matahari Putih. Sementara Huang Xing lebih menyukai bendera bertuliskan takhayul yang membawa berkah kepada pertanian desa. Pada akhirnya, majelis berkompromi: bendera nasional adalah Kesatuan lima ras di bawah satu Serikat. Bendera kesatuan lima ras dengan garis-garis horizontal mewakili lima kelompok etnis utama di Tiongkok. Warna merah mewakili Han, kuning mewakili Manchu, biru untuk Mongol, putih untuk Hui, dan kulit hitam untuk Tibet. Meskipun yang menjadi target umum pemberontakan adalah orang-orang Manchu, namun Sun Yat-sen, Song Jiaoren dan Huang Xing dengan suara bulat menganjurkan integrasi rasial yang diberlakukan di seantero negeri sampai ke perbatasan.

Insiden Donghuamen

Pada 16 Januari, ketika kembali ke kediamannya, Yuan Shikai disergap dengan serangan bom yang dilakukan oleh Tongmenghui di Donghuamen (東華門), Beijing. Total ada delapan belas revolusioner terlibat. Sekitar sepuluh pengawal yang tewas, tetapi Yuan sendiri tidak menderita luka serius. Dia mengirim pesan kepada kaum revolusioner pada hari berikutnya tentang ikrar kesetiaan dirinya terhadap negara dan meminta mereka untuk tidak mengatur lagi upaya pembunuhan terhadap dirinya.

Penurunan takhta sang kaisar

Zhang Jian menyusun proposal turun takhta yang disetujui oleh Senat Sementara. Pada tanggal 20 Januari, Wu Tingfang dari pemerintahan sementara Nanking secara resmi menyerahkan maklumat kekaisaran perihal turun takhta Puyi kepada Yuan Shikai. Pada 22 Januari, Sun Yat -sen mengumumkan bahwa dia akan mengundurkan diri dari kepresidenan demi Yuan Shikai jika yang terakhir mendukung penurunan takhta kaisar. Yuan kemudian menekan Janda Permaisuri Longyu dengan ancaman bahwa keluarga kekaisaran tidak akan diampuni jika turun takhta tidak dilakukan sebelum kaum revolusioner mencapai Beijing, tetapi jika mereka setuju untuk turun takhta, pemerintah sementara akan menghormati syarat-syarat yang diajukan oleh keluarga kekaisaran.

Pada 3 Februari, Janda Permaisuri Longyu memberi Yuan izin penuh untuk menegosiasikan syarat-syarat penurunan takhta kaisar Qing. Yuan kemudian menyusun versinya sendiri dan meneruskannya ke kaum revolusioner pada 3 Februari. Versinya terdiri dari tiga bagian, bukan dua. Pada 12 Februari 1912, setelah ditekan oleh Yuan dan menteri lainnya, Puyi (usia enam tahun) dan Janda Permaisuri Longyu menerima syarat-syarat penurunan takhta yang dibuat oleh Yuan.

Perdebatan tentang ibukota

Sebagai syarat untuk menyerahkan kepemimpinan kepada Yuan Shikai, Sun Yat-sen bersikeras bahwa pemerintah sementara tetap di Nanjing. Pada tanggal 14 Februari, Senat Sementara pada awalnya memberikan suara 20–5 untuk menjadikan Beijing sebagai ibukota atas Nanjing, dengan dua suara untuk Wuhan dan satu untuk Tianjin.

Mayoritas Senat ingin mengamankan perjanjian damai dengan mengambil alih kekuasaan di Beijing. Zhang Jian dan yang lainnya beralasan bahwa memiliki ibukota di Beijing akan dapat mengawasi pemulihan Manchu dan pemisahan diri Mongol. Tetapi Sun dan Huang Xing mendukung Nanjing untuk menyeimbangkan kekuatan militer Yuan yang berbasis di utara. Li Yuanhong presented Wuhan as a compromise. Keesokan harinya, Senat Sementara memilih lagi, kali ini 19-6 yang mendukung Nanjing dengan dua suara untuk Wuhan. Sun mengirim delegasi yang dipimpin oleh Cai Yuanpei dan Wang Jingwei untuk membujuk Yuan agar pindah ke Nanjing. Yuan menyambut delegasi itu dan setuju untuk menemani para delegasi kembali ke selatan. Kemudian pada malam 29 Februari, kerusuhan dan kebakaran pecah di seluruh kota. Diduga dimulai oleh pasukan [[Cao Kun] yang tidak patuh], Cao Kun sendiri seorang perwira Yuan yang setia. Gangguan itu dijadikan Yuan sebagai alasan agar bisa tetap tinggal di utara guna mencegah kerusuhan. Pada 10 Maret, Yuan dilantik di Beijing sebagai presiden sementara Republik Tiongkok. Pada tanggal 5 April, Senat Sementara di Nanjing memilih untuk menjadikan Beijing sebagai ibukota Republik dan akan mengadakan rapat di Beijing pada akhir bulan.

Pemerintahan Republik di Beijing

Yuan Shikai dilantik sebagai Presiden Sementara di Beijing.

Pada 10 Maret 1912, Yuan Shikai dilantik sebagai Presiden Sementara Republik Tiongkok yang kedua di Beijing. Pemerintahan yang berbasis di Beijing, yang disebut Pemerintahan Beiyang, pemerintahan ini tidak diakui secara internasional sebagai pemerintah Republik Tiongkok yang sah sampai tahun 1928, sehingga periode dari tahun 1912 hingga 1928 hanya dikenal sebagai "Periode Beiyang". pemilihan Majelis Nasional pertama berlangsung sesuai dengan Konstitusi Sementara. Sementara itu di Beijing, Kuomintang dibentuk pada 25 Agustus 1912. KMT memegang mayoritas kursi setelah pemilihan. Song Jiaoren terpilih sebagai perdana menteri. Namun, Song dibunuh di Shanghai pada 20 Maret 1913, di bawah perintah rahasia Yuan Shikai.

Usulan monarki Han dan mempertahankan gelar bangsawan aristokrat=

Beberapa tokoh menganjurkan agar seorang dari suku Han diangkat sebagai Kaisar, baik keturunan Konfusius, yang merupakan Adipati Yansheng, atau keturunan dari keluarga Kerajaan Dinasti Ming, Marquis of Extended Grace. Duke Yansheng tadinya diusulkan untuk menggantikan dinasti Qing sebagai Kaisar oleh Liang Qichao.

Bangsawan bangsawan turun-temurun Han seperti Duke Yansheng, Marquis of Extended Grace, dan gelar Wujing Boshi (diubah menjadi "Dacheng Zhisheng Xianshi Nanzong Fengsi Guan" 大成 至聖 先 師 南宗 南宗 官) dan gelar yang dipegang oleh keturunan Mencius, Zengzi, dan Yan Hui dipertahankan oleh Republik Tiongkok yang baru dan para pemegang gelar itu akan terus menerima uang pensiun mereka.

Warisan

Pengaruh

Setelah revolusi, ada banyak sekali sentimen anti-Manchu di seluruh Tiongkok, tetapi khususnya di Beijing di mana ribuan orang tewas dalam kekerasan anti-Manchu ketika pembatasan kekaisaran di kediaman Han dan perilaku di dalam kota hancur ketika kekuatan Kekaisaran Manchu hancur. Sentimen anti-Manchu terekam dalam buku-buku seperti Sejarah Singkat Budak (奴才小史) dan Biografi Avaricious Pejabat dan Personel Korup (貪官污吏傳) oleh Laoli (老吏).

Selama penurunan taktha kaisar yang terakhir, Janda Permaisuri Longyu, Yuan Shikai dan Sun Yat-sen mencoba untuk mengadopsi konsep "Manchu dan Han sebagai satu keluarga" (滿漢一家). Orang-orang mulai mengeksplorasi dan berdebat dengan diri mereka sendiri tentang akar penyebab kelemahan nasional mereka. Pencarian identitas baru ini adalah Gerakan Budaya Baru. Budaya Manchu dan bahasa, sebaliknya, telah hampir punah pada tahun 2007.

Tidak seperti revolusi di Barat, Revolusi Xinhai tidak merestrukturisasi masyarakatnya. Para peserta Revolusi Xinhai kebanyakan adalah personil militer, birokrat model lama, dan para bangsawan lokal. Orang-orang ini masih memegang kekuasaan regional setelah Revolusi Xinhai. Beberapa menjadi panglima perang. Tidak ada peningkatan besar dalam standar hidup. Penulis Lu Xun berkomentar pada tahun 1921 di sela-sela penerbitan buku Kisah Sejati Ah Q , sepuluh tahun setelah Revolusi Xinhai, bahwa pada dasarnya tidak ada yang berubah kecuali "Manchu telah pergi meninggalkan dapur". Masalah ekonomi tidak pernah diperhatikan sampai pemerintahan Chiang Ching-kuo di Taiwan dan Deng Xiaoping di Tiongkok daratan.

Revolusi Xinhai terutama menyingkirkan feodalisme (fengjian) dari Tiongkok Akhir Kekaisaran. Dari sudut pandangan umam para sejarawan, ada dua pemulihan kekuatan feodal setelah revolusi: yang pertama adalah Yuan Shikai; yang kedua adalah Zhang Xun. Keduanya tidak berhasil, tetapi "sisa-sisa feodal" kembali ke Cina dengan Revolusi Kebudayaan dalam sebuah konsep yang disebut guanxi, di mana orang-orang tidak mengandalkan hubungan feodal, melainkan hubungan pribadi untuk bertahan hidup. Sementara guanxi sangat membantu di Taiwan, sedangakan di Tiongkok daratan, guanxi diperlukan untuk menyelesaikan masalah apapun.

Karena efek sentimen anti-Manchu setelah revolusi, orang-orang Manchu yang tadinya dari golongan orang berada sekarang menjadi sangat miskin, dengan keadaan pria Manchu yang terlalu miskin untuk menikah maka pria suku Han yang menikahi wanita Manchu, orang-orang Manchu mulai berhenti mengenakan pakaian Manchu dan berhenti pula mempraktikkan tradisi-tradisi Manchu.

Perbedaan mencolok yang bersejarah

Revolusi Xinhai menggulingkan pemerintahan Qing dan sistem monarki yang sudah ada sejak dua ribu tahun lalu. Sepanjang sejarah Tiongkok, dinasti lama selalu digantikan oleh dinasti yang baru. Akan tetapi, Revolusi Xinhai adalah yang pertama untuk menggulingkan dinasti sepenuhnya dan berupaya mendirikan negara republik untuk menyebarkan gagasan-gagasan demokratis ke seluruh Tiongkok. Meskipun pada tahun 1911 pada upacara penyambutan pemerintahan sementara, Sun Yat-sen mengatakan, "Revolusi belum berhasil kamerad, masih perlu berjuang untuk masa depan." (革命尚未成功, 同志仍需努力).

Sejak 1920-an, dua partai dominan - ROC dan RRC - melihat Revolusi Xinhai dengan sangat berbeda. Kedua belah pihak mengakui Sun Yat-sen sebagai Bapak Bangsa, tetapi di Taiwan, mereka berarti "Bapak Republik Tiongkok". Di Tiongkok daratan, Sun Yat-sen dipandang sebagai orang yang membantu menjatuhkan dinasti Qing, sebuah prasyarat bagi terbentuknya negara komunis yang didirikan pada tahun 1949. RRT memandang usaha Sun adalah sebagai langkah awal menuju revolusi yang sesungguhnya pada tahun 1949, di mana komunis berhasil membentuk negara yang benar-benar independen dengan mengusir orang-orang asing dan membangun kekuatan militer dan industri. Mao Zedong yang dipandang sebagai Bapak Tiongkok Baru. Pada tahun 1954, Liu Shaoqi pernah mengatakan bahwa "Revolusi Xinhai memasukkan konsep sebuah negara republik menjadi masyarakat umum". Zhou Enlai menyebutkan bahwa "Revolusi Xinhai menggulingkan pemerintahan Qing , mengakhiri 2.000 tahun monarki, dan membebaskan pikiran orang banyak, serta membuka jalan bagi pengembangan revolusi masa depan. Ini adalah kemenangan yang sangat besar."

Evaluasi modern

Berkas:Taiw 100ann 10yuan.jpg

Koin peringatan, dicetak di Taiwan pada tahun 2011

Perubahan pendapat yang mengatakan bahwa revolusi pada umumnya membawa perubahan yang positif dimulai tahun 1980-an dan 1990-an, tetapi Zhang Shizhao berargumen bahwa "Ketika berbicara tentang Revolusi Xinhai, para ahli teori akhir-akhir ini cenderung terlalu melebih-lebihkan. Kata 'sukses' terlalu berlebihan untuk digunakan."

Keberhasilan demokrasi yang diperoleh dari hasil revolusi dapat bervariasi tergantung dari sudut pandang seseorang. Bahkan setelah kematian Sun Yat-sen pada tahun 1925, selama enam puluh tahun, Kuomintang menguasai semua lima cabang pemerintahan; tidak ada yang independen. Yan Jiaqi, pendiri Federasi untuk Tiongkok yang Demokratis, mengatakan bahwa Sun Yat-sen dihargai sebagai pendiri republik Tiongkok pertama pada tahun 1912, dan republik yang kedua adalah rakyat Taiwan serta partai-partai politik yang sekarang sedang mempraktekan sistem demokrasi di sana.

Sementara cita-cita demokrasi masih jauh dari terwujud di Tiongkok daratan. Sebagai contoh, mantan perdana menteri Tiongkok Wen Jiabao pernah berkata dalam pidatonya bahwa tanpa demokrasi yang sesungguhnya, tidak ada jaminan hak ekonomi dan politik; tapi dia sendiri yang memimpin 2011 terhadap demonstrasi damai protes melati Cina. Liu Xiaobo, seorang aktivis pro-demokrasi yang menerima Hadiah Nobel Perdamaian 2010 global, meninggal di penjara. Lainnya, seperti Qin Yongmin (秦永敏) dari Partai Demokrasi Tiongkok, yang baru dibebaskan dari penjara setelah mendekam dua belas tahun, tidak memuji Revolusi Xinhai. Qin Yongmin mengatakan revolusi hanya mengganti satu diktator dengan yang lain, Mao Zedong bukan seorang kaisar, tetapi dia lebih buruk daripada kaisar.

Film adaptasi

• 1911 - film sejarah Hong Kong dan Republik Rakyat Tiongkok dibintangi Jackie Chan, Jaycee Chan, Li Bingbing, Winston Chao dan Joan Chen, dirilis pada tahun 2011 sebagai kontribusi ulang tahun ke-100 di Revolusi Xinhai.