Lompat ke isi

Distrik Satui

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 18 Desember 2019 05.24 oleh Alamnirvana (bicara | kontrib)

Tanah Laut |Tanah Bumbu

---


Distrik Satui adalah bekas distrik (kedemangan) yang merupakan bagian dari wilayah administratif Onderafdeeling Tanah Laoet pada zaman kolonial Hindia Belanda dahulu.[1]

Distrik Satui tercatat mulai muncul tahun 1863.

Tahun Districtshoofd Panghoeloe
1863 Achmad[2] -
1865 Pembakal Idis[3] -
1868 ????[4] -
1870 ????[5] -
1871 Pembakal Idis[6] -


Sekarang ini wilayah distrik ini termasuk dalam wilayah Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan.

Suku bangsa

Suku Banjar yang mendiami wilayah bekas distrik ini disebut Orang Satui (Puak Satui) yang merupakan cikal bakal masyarakat Banjar yang ada di Kabupaten Tanah Bumbu, sedangkan suku Dayaknya biasa disebut Dayak Sebamban, bagian dari Suku Dayak Meratus.

Satui dalam Hikayat Banjar dan Kotawaringin

Satui turut serta mengirim prajurit membantu Pangeran Samudera berperang melawan pamannya Pangeran Tumenggung (Raja Negara Daha terakhir).
Hikayat Banjar dan Kotawaringin menyebutkan:

Maka Patih Masih menyuruh orang memberitahu ke Kintap, ke Satui, ke Sawarangan, ke Hasam-Hasam, ke Laut Pulau, ke Pamukan, ke Paser, ke Kutai, ke Berau, ke Karasikan, dan memberitahu ke Biaju, ke Sebangau, ke Mendawai, ke Sampit, ke Pembuang, ke Kotawaringin, ke Sukadana, ke Lawai, ke Sambas: Pangeran Samudera menjadi raja di Banjarmasih. Banyak tiada tersebut.[7]

Hikayat Banjar dan Kotawaringin menyebutkan:

Maka Patih Balit itu kembali maka datang serta orang bantu itu. Maka orang yang takluk tatkala zaman Maharaja Suryanata sampai ke zaman Maharaja Sukarama itu, seperti negeri Sambas dan negeri Batang Lawai dan negeri Sukadana dan Kotawaringin dan Pembuang dan Sampit, Mendawai dan Sebangau dan Biaju Besar dan orang Biaju Kecil dan orang negeri Karasikan dan Kutai dan Berau dan Paser dan Pamukan dan orang Laut-Pulau dan Satui dan Hasam-Hasam dan Kintap dan Sawarangan dan Tambangan Laut dan orang Takisung dan Tabuniau, sekaliannya itu sudah sama datang serta senjata serta persembahnya. Sama suka hatinya merajakan Pangeran Samudera itu. Sekaliannya orang itu berhimpun di Banjar dengan orang Banjarmasih itu, kira-kira orang empat laksa. Serta orang dagang itu, seperti orang Melayu, orang Cina, orang Bugis, orang Mangkasar, orang Jawa yang berdagang itu, sama lumpat menyerang itu. Banyak tiada tersebut.[7]

Daerah-daerah yang takluk pada masa Sultan Suryanullah - Sultan Banjarmasin ke-1 disebutkan dalam Hikayat Banjar.[8]

Hikayat Banjar dan Kotawaringin menyebutkan:

Sudah itu maka orang Sebangau, orang Mendawai, orang Sampit, orang Pembuang, orang Kota Waringin, orang Sukadana, orang Lawai, orang Sambas sekaliannya itu dipersalin sama disuruh kembali. Tiap-tiap musim barat sekaliannya negeri itu datang mahanjurkan upetinya, musim timur kembali itu. Dan orang Takisung, orang Tambangan Laut, orang Kintap, orang Hasam-Hasam, orang Laut-Pulau, orang Pamukan, orang Paser, orang Kutai, orang Berau, orang Karasikan, sekaliannya itu dipersalin, sama disuruh kembali. Tiap-tiap musim timur datang sekaliannya negeri itu mahanjurkan upetinya, musim barat kembali.[7]

Referensi

  1. ^ Saleh, Idwar; SEJARAH DAERAH TEMATIS Zaman Kebangkitan Nasional (1900-1942) di Kalimantan Selatan, Depdikbud, Jakarta, 1986.
  2. ^ Landsdrukkerij (Batavia), Landsdrukkerij (Batavia) (1863). Almanak van Nederlandsch-Indië voor het jaar (dalam bahasa Belanda). 37. Lands Drukkery. hlm. 146. 
  3. ^ Landsdrukkerij (Batavia), Landsdrukkerij (Batavia) (1865). Almanak van Nederlandsch-Indië voor het jaar (dalam bahasa Belanda). 39. Lands Drukkery. hlm. 259. 
  4. ^ (Belanda) Landsdrukkerij (Batavia), Landsdrukkerij (Batavia) (1868). Almanak van Nederlandsch-Indië voor het jaar. 41. Lands Drukkery. hlm. 139. 
  5. ^ (Belanda) Landsdrukkerij (Batavia), Landsdrukkerij (Batavia) (1870). Almanak van Nederlandsch-Indië voor het jaar. 43. Lands Drukkery. hlm. 179. 
  6. ^ Almanak van Nederlandsch-Indië voor het jaar (dalam bahasa Belanda). 44. Lands Drukkery. 1871. hlm. 195. 
  7. ^ a b c (Melayu)Ras, Johannes Jacobus (1990). Hikayat Banjar diterjemahkan oleh Siti Hawa Salleh. Malaysia: Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka. ISBN 9789836212405. ISBN 983-62-1240-X
  8. ^ (Indonesia) Poesponegoro, Marwati Djoened (1992). Sejarah nasional Indonesia: Jaman pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. PT Balai Pustaka. hlm. 86. ISBN 9794074098.  ISBN 978-979-407-409-1