Biaju Besar

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Pulang Pisau |Kota Palangka Raya |Gunung Mas

--- ---

"Maka orang piadak ampat puluh hari ampat puluh malam, makan dan minum. Sagala Sakai sama datang : orang batang Tabalong, orang batang Barito, orang Batang Alai, orang batang Hamandit, orang batang Balangan dan batang Pitap, orang batang Biaju Kecil, orang batang Biaju Besar dan orang Sabangau, orang Mendawai sarta orang Katingan, orang Sampit sarta orang takluknya, orang Pambuang sarta orang takluknya, sakaliannya itu datang dangan parsambahannya. Sukaramailah piadak itu, ada barwayang di Dalam, di Pagongan orang barwayang wong, di Paseban orang manopeng, di Sitilohor orang marakit.".

— Hikayat Banjar.[1]

Biaju Besar adalah sebuah nama wilayah historis di Daerah Aliran Sungai Kahayan, Kalimantan Tengah menurut sejarah Kesultanan Banjar yang disebutkan dalam naskah kuno Hikayat Banjar dan kontrak-kontrak perjanjian dengan pihak Belanda sebelum tahun 1800. Menurut Hikayat Banjar wilayah distrik Biaju Besar disebutkan secara terpisah dengan wilayah distrik Daeran Aliran Sungai Sebangau (sekarang disebut kawasan Taman Nasional Sebangau).[1][2][3]

Keberadaan wilayah Biaju Besar, diceritakan dalam Hikayat Banjar-Kotawaringin merupakan salah satu daerah yang mengirim utusan untuk menghadiri undangan penguasa Kerajaan Negara Dipa Lambung Mangkurat untuk menghadiri upacara pernikahan Putri Junjung Buih dengan Pangeran Suryanata (Rass : 314).

Keberadaan wilayah Biaju Besar, diceritakan dalam Hikayat Banjar-Kotawaringin merupakan salah satu daerah yang mengirim pasukan perang untuk membantu Raja Banjar Pangeran Samudera (Sultan Suryanullah) melawan pamannya Pangeran Tumenggung (Raja Negara Daha):

Perkembangan selanjutnya nama wilayah Biaju Besar tersebut diganti namanya menjadi Dayak Besar pada zaman masa kolonial Hindia Belanda seperti yang tertulis di dalam kontrak pernjanjian antara Kesultanan Banjar dengan pihak kolonial Hindia Belanda.[2]


Sep. Articul het Tractaat van 13 Agustus 1787, 22 April 1789[sunting | sunting sumber]

Sep. Articul het Tractaat van 13 Agustus 1787, 22 April 1789.[2]

Tahun 1826[sunting | sunting sumber]

Berdasarkan CONTRACT MET DEN SULTAN VAN BANDJERMASIN 4 Mei 1826. / B 29 September 1826 No. 10, yang dibuat Sultan Adam dari Banjar dengan pihak kolonial Belanda, pertama kali nomenklatur Biaju Besar berubah menjadi Dayak Besar.[2]

Perkara 4:

Nama Dayak Besar selanjutnya tidak berubah lagi tetap digunakan untuk menyebut wilayah Biaju Besar tersebut dalam Staatsblad van Nederlandisch Indië tahun 1849, wilayah de groot en kleine Daijak-rivier (sungai Dayak Besar dan sungai Dayak Kecil) ini termasuk dalam zuid-ooster-afdeeling berdasarkan Bêsluit van den Minister van Staat, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie, pada 27 Agustus 1849, No. 8. [4]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c (Melayu)[[Johannes Jacobus Ras|Ras, Johannes Jacobus]] (1990). Hikayat Banjar diterjemahkan oleh Siti Hawa Salleh. Lot 1037, Mukim Perindustrian PKNS - Ampang/Hulu Kelang - Selangor Darul Ehsan, Malaysia: Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka. ISBN 9789836212405. ISBN 983-62-1240-X
  2. ^ a b c d Hindia-Belanda (1965). Bandjermasin (Sultanate), Surat-surat perdjandjian antara Kesultanan Bandjarmasin dengan pemerintahan2 V.O.C.: Bataafse Republik, Inggeris dan Hindia-Belanda 1635-1860 (PDF). Arsip Nasional Republik Indonesia, Kompartimen Perhubungan dengan Rakjat. hlm. 12. [pranala nonaktif permanen]
  3. ^ (Indonesia)Rosyadi, Sri Mintosih, Soeloso, Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara (Indonesia) (1993). Hikayat Banjar dan Kotaringin. Indonesia: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara. 
  4. ^ (Belanda) Staatsblad van Nederlandisch Indië. Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie. 27 Agustus 1849. hlm. 2.