Lompat ke isi

Siklus menstruasi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 29 Juli 2021 11.50 oleh RianHS (bicara | kontrib) (Copyedit)
Siklus menstruasi

Siklus menstruasi adalah rangkaian perubahan alami reguler yang terjadi pada sistem reproduksi perempuan (khususnya rahim dan indung telur) yang memungkinkan terjadinya kehamilan. Siklus menstruasi mencakup siklus ovarium dan siklus uterus. Siklus ovarium mengatur produksi beserta pelepasan sel telur dan pelepasan estrogen dan progesteron secara teratur, sedangkan siklus uterus mengatur persiapan dan pemeliharaan lapisan rahim dalam menerima telur yang telah dibuahi dan untuk kehamilan. Kedua siklus ini terjadi bersamaan dan terkoordinasi, biasanya berlangsung selama 21–35 hari pada perempuan dewasa, dengan nilai tengah 28 hari, dan terjadi selama sekitar 30–45 tahun.

Siklus-siklus tersebut digerakkan oleh hormon-hormon yang dibentuk tubuh secara alami. Hormon perangsang folikel (FSH) memacu produksi dan pertumbuhan oosit (sel telur yang belum matang). Hormon estrogen menstimulasi lapisan rahim agar menebal untuk menampung embrio sebagai hasil pembuahan. Endometrium (lapisan rahim tempat embrio tertanam) akan menebal dan menyediakan lingkungan yang sesuai bagi embrio, termasuk pasokan darah yang membawa nutrisi. Jika implantasi embrio tidak terjadi, lapisan rahim terurai sehingga darah tidak tertampung lagi dan keluar. Menstruasi (haid), yang dipicu oleh penurunan kadar progesteron, merupakan proses peluruhan lapisan rahim dan tanda bahwa kehamilan tidak terjadi.

Setiap siklus terjadi dalam tahapan yang berdasar pada peristiwa di indung telur (siklus ovarium) atau rahim (siklus uterus). Siklus ovarium terdiri atas tahap folikuler, ovulasi, dan luteal; siklus uterus terdiri atas fase menstruasi, proliferasi, dan sekretori. Hari pertama siklus menstruasi adalah hari pertama haid, yang biasanya berlangsung selama lima hari. Pada sekitar hari keempat belas, sel telur biasanya dilepaskan dari indung telur. Menarke (onset haid pertama) biasanya terjadi pada usia 12 tahun.

Siklus menstruasi dapat menyebabkan sebagian perempuan mengalami gangguan dalam kesehariannya. Mereka dapat menderita keram, melunaknya payudara, kelelahan, dan sindrom pramenstruasi (PMS). Masalah lebih parah seperti gangguan disforik prahaid dapat terjadi pada 3–8% perempuan. Siklus menstruasi dapat dipengaruhi oleh zat pengontrol kelahiran (kontrasepsi) hormonal.

Siklus dan fase

Figur yang menunjukkan proses siklus menstruasi dan hormen-hormon berbeda yang berkontribusi terhadapnya.

Siklus menstruasi meliputi siklus ovarium dan siklus uterus. Siklus ovarium menggambarkan perubahan yang terjadi pada folikel indung telur[1] sementara siklus uterus menggambarkan perubahan yang terjadi pada lapisan endometrial rahim. Kedua siklus terbagi menjadi beberapa tahap. Siklus ovarium terdiri atas fase folikuler dan luteal sedangkan siklus uterus terdiri atas fase menstruasi, proliferasi, dan sekretori.[2] Siklus menstruasi diatur oleh hipotalamus dan kelenjar pituitari dalam otak. Hipotalamus melepaskan hormon pelepas gonadotropin (gonadotropin-releasing hormone [GnRH]), yang memicu kelenjar pituitari anterior agar melepaskan FSH dan luteinizing hormone (LH). Sebelum pubertas, GnRH dilepaskan dalam baik jumlah rendah maupun kecepatan yang stabil. Setelah pubertas, GnRH dilepaskan dalam giliran-giliran yang besar; frekuensi dan besarnya pelepasan itu menentukan seberapa banyak FSH dan LH yang dihasilkan oleh pituitari.[3]

Dihitung dari hari pertama satu periode menstruasi ke hari pertama periode menstruasi berikutnya, lama siklus menstruasi beragam dengan nilai tengah 28 hari.[4] Siklus ini sering kali tidak berjalan reguler pada awal dan akhir masa reproduktif perempuan.[4] Pada masa pubertas, tubuh anak mulai berkembang menjadi dewasa, mampu bereproduksi seksual; haid pertama (menarke) terjadi pada sekitar usia 12 tahun dan haid akan terjadi berulang selama 30-45 tahun.[5][6]

Siklus ovarium

Setelah menarke dan sebelum menopaus, indung telur manusia selalu berada dalam fase luteal atau folikuler dalam siklus menstruasi pada setiap bulan.[7] Estrogen, yang jumlahnya meningkat bertahap pada fase folikuler, menstimulasi aliran darah agar berhenti dan lapisan uterus agar menebal. Folikel indung telur mulai berkembang di bawah pengaruh permainan hormon yang rumit; setelah beberapa hari, satu, atau terkadang dua, folikel menjadi dominan sementara folikel yang tidak dominan menyusut dan mati. Pada pertengahan siklus, sekitar 10-12 jam setelah LH memuncak,[8] folikel yang dominan melepaskan oosit; peristiwa ini disebut ovulasi.[9]

Setelah ovulasi, oosit bertahan selama 24 jam atau kurang tanpa pembuahan[10] sementara bekas folikel dominan dalam indung telur menjadi korpus luteum -- struktur yang utamanya memproduksi sejumlah besar hormon progesteron.[11][a] Atas pengaruh progesteron, lapisan rahim mengalami perubahan dalam mempersiapkan diri untuk penanaman embrio, memulai kehamilan. Ketebalan endometrium terus meningkat dengan bertambahnya jumlah estrogen, yang dilepaskan oleh folikel antral (folikel indung telur yang matang) ke peredaran darah. Puncak kadar estrogen terjadi pada sekitar hari ketiga belas siklus dan bersamaan dengan ovulasi. Jika implantasi tidak terjadi dalam dua pekan, korpus luteum rusak menjadi korpus albikans, yang tidak memproduksi hormon, menyebabkan jatuhnya baik kadar progesteron maupun estrogen. Peristiwa ini menyebabkan rahim melepaskan lapisannya saat haid; pada sekitar saat itu juga, kadar estrogen menjadi serendah-rendahnya.[13]

Dalam siklus menstruasi sel telur, siklus ovarium dan uterus terjadi bersamaan dan terkoordinasi, berlangsung selama 21-35 hari pada perempuan dewasa dengan rerata 27-29 hari pada populasi tersebut.[14] Meskipun rerata lama siklus menstruasi manusia mendekati siklus bulan, hubungan sebab-akibat antara keduanya tidak ditemukan.[15]

Fase folikuler

Indung telur menampung sel punca telur, sel granulosa, dan sel teka yang terbatas; mereka bersama-sama membentuk folikel primordial.[11] Pada sekitar pekan kedua puluh kehamilan, janin memiliki sekitar tujuh juta sel telur yang belum matang dalam indung telur. Mereka berkurang menjadi sekitar dua juta ketika bayi perempuan terlahir, dan menjadi 300.000 ketika remaja mengalami haid pertama kali. Biasanya, satu sel telur menjadi matang dan dilepaskan ketika ovulasi pada setiap bulan setelah menarke. [16] Dimulai saat pubertas, bakal sel telur berkembang menjadi folikel primer, terlepas dari siklus menstruasi.[17] Sel telur menjadi matang melalui oogenesis yang mana hanya satu sel bertahan melalui pembelahan dan kemudian terbuahi. Sel lain yang melewati pembelahan rusak menjadi badan polar, tidak bisa terbuahi.[18] Fase folikuler adalah paruh pertama siklus ovarium dan diakhiri dengan penyempurnaan folikel antral.[7] Pembelahan sel (miosis) selesai hanya jika folikel antral terbentuk. Dalam fase ini, biasanya hanya satu folikel ovarium yang matang sepenuhnya dan siap melepaskan satu sel telur.[19] Fase folikuler memendek secara signifikan dengan bertambahnya usia, berlangsung sekitar 14 hari pada perempuan berumur 18-24 tahun dan 10 hari pada perempuan berumur 40-44 tahun.[13]

Kenaikan FSH pada beberapa hari pertama siklus menstimulasi sejumlah folikel ovarium. Folikel-folikel tersebut sebelumnya berkembang melalui folikulogenesis dan, pada fase ini, bersaing agar dapat menjadi dominan. Hanya satu folikel yang tetap berkembang, yaitu folikel dominan yang memiliki reseptor FSH paling banyak. Folikel lainnya mati dengan atresia folikuler.[20] LH menstimulasi pematangan lebih lanjut folikel ovarium menjadi folikel antral, yang mengandung sel telur (ovum).[21]

Sel teka berkembang dengan munculnya reseptor yang mengikat LH dan karenanya menyekresi sejumlah besar androstenedion. Pada saat yang sama, sel granulosa di sekitar folikel yang menjadi matang kemudian memiliki reseptor yang mengikat FSH dan karenanya mulai menyekresi androstenedion, yang mengonversi estrogen dengan enzim aromatase. Estrogen menghalangi produksi lebih lanjut FSH dan LH oleh kelenjar pituitari. Umpan balik negatif ini meregulasi kadar FSH dan LH. Folikel yang dominan tetap menyekresi estrogen dan kenaikan kadar estrogen menyebabkan pituitari lebih responsif terhadap GnRH dari hipotalamus. Kenaikan estrogen menjadi sinyal umpan balik positif sehingga pituitari menyekresi lebih banyak FSH dan LH. Lonjakan kenaikan FSH dan LH biasanya terjadi satu atau dua hari sebelum ovulasi dan menyebabkan pecahnya folikel antral beserta pelepasan oosit.[17][22]

Ovulasi

Ovarium akan melepaskan sel telur

Pada sekitar hari keempat belas, sel telur lepas dari indung telur.[23] "Ovulasi" ini terjadi jika sel telur yang matang lepas dari folikel ovarium ke tuba falopi, pada sekitar 10-12 jam setelah puncak lonjakan LH.[24] Biasanya, hanya satu, dari 15-20 folikel yang terstimulasi, matang secara sempurna dan hanya satu sel telur yang dilepaskan.[25] Ovulasi hanya terjadi pada sebanyak sekitar 10% dari siklus ovarium selama dua tahun pertama setelah menarke dan jumlah folikel ovarium perempuan dengan usia 40-50 tahun menjadi habis.[26] LH memulai ovulasi pada sekitar hari keempat belas dan menstimulasi pembentukan korpus luteum.[2] Dengan stimulasi LH lebih lanjut, korpus luteum menghasilkan dan melepaskan estrogen, progesteron, relaksin (yang merelaksasi rahim dengan menginhibisi kontraksi miometrium), dan inhibin (yang menginhibisi sekresi LH lebih lanjut).[21]

Pelepasan LH mematangkan sel telur dan melemahkan dinding folikel indung telur, menyebabkan folikel yang matang sempurna itu melepaskan oosit.[27] Jika dibuahi oleh sperma, oosit langsung berkembang menjadi ootid, yang mengeblok sel sperma lain lalu menjadi sel telur matang. Jika ia tidak dibuahi oleh sperma, oosit hancur. Sel telur yang matang berdiameter sekitar 0,1 mm[28] dan merupakan sel manusia yang terbesar.[29]

Indung telur mana, kanan atau kiri, yang mengalami ovulasi adalah acak;[30] proses koordinasi indung telur tidak ditemukan.[20] Biasanya, kedua indung telur melepaskan sel telur; jika kedua sel telur terbuahi, kembar fraternal terbentuk.[20] Setelah pelepasan dari indung telur, sel telur tergiring ke tuba falopi dengan fimbria, susuran jaringan pada masing-masing tepian tuba falopi. Sel telur yang tidak terbuahi menjadi meluruh atau hancur dalam tuba falopi setelah sekitar sehari sedangkan sel telur yang terbuahi berpindah ke rahim dalam tiga atau lima hari.[25]

Pembuahan biasa terjadi di ampula, bagian terlebar tuba falopi. Sel telur yang terbuahi langsung mengalami perkembangan embriogenesis. Embrio yang berkembang berpindah ke rahim dalam tiga hari dan tertanam pada endometrium dalam tiga hari selanjutnya. Embrio biasanya sedang mengalami blastosis pada tahap implantasi (penanaman); kehamilan dimulai pada tahap ini.[31] Hilangnya korpus luteum dicegah dengan pembuahan sel telur. Sinsitiotrofoblas (lapisan luar blastosis yang memuat embrio dan kemudian menjadi lapisan luar plasenta) memproduksi human chorionic gonadotropin (hCG), yang sangat mirip dengan LH dan menjaga keutuhan korpus luteum. Selama beberapa bulan pertama kehamilan, korpus luteum tetap menyekresi progesteron dan estrogen pada kadar yang sedikit lebih tinggi daripada saat ovulasi. Setelahnya dan sepanjang kehamilan, plasenta menyekresi hormon-hormon tersebut dalam kadar tinggi, bersama hCG, menstimulasi sekresi korpus luteum dan menghentikan siklus menstruasi.[32] Hormon-hormon tersebut juga menyiapkan kelenjar susu agar menghasilkan susu.[b][32]

Fase luteal

Fase luteal, berlangsung selama 14 hari, adalah fase akhir siklus ovarium dan bersamaan dengan fase sekretori siklus uterus. Selama fase luteal, hormon pituitari LH dan FSH menyebabkan folikel dominan yang masih ada berubah menjadi korpus luteum, yang menghasilkan progesteron.[34][c] Progesteron yang meningkat memicu produksi estrogen. Hormon-hormon ini juga menekan produksi FSH dan LH yang dibutuhkan untuk mempertahankan korpus luteum. Kadar FSH dan LH menurun dengan cepat dan korpus luteum menciut.[36] Kadar progesteron yang menurun memicu haid dan dimulainya siklus yang baru. Jarak antara ovulasi dan dimulainya haid biasanya adalah dua pekan. Fase folikuler tiap perempuan sering kali beragam lamanya pada siklus yang satu dan lainnya sementara lama fase luteal relatif tetap pada siklus yang satu dan lainnya, yaitu 10-16 hari (rerata 14 hari).[13]

Siklus uterus

Anatomi uterus

Siklus uterus terdiri atas tiga fase: menstruasi (haid), proliferasi, dan sekretori.[37]

Menstruasi

Menstruasi (juga disebut perdarahan menstruasi, mens, atau haid) adalah fase pertama dan paling tampak dari siklus uterus dan mulai terjadi pada pubertas. Menarke, haid pertama, terjadi pada perempuan berusia sekitar 12 atau 13 tahun.[38] Umur rerata itu umumnya lebih tua di negara berkembang dan lebih muda di negara maju.[39] Pada perempuan yang mengalami pubertas lebih awal, menarke bisa terjadi pada usia delapan tahun,[40] dan hal ini masih bisa dianggap normal.[41][42]

Menstruasi dimulai setiap bulan dengan penurunan estrogen dan progesteron serta pelepasan prostaglandin,[19] yang membuat arteri spiral berkontriksi. Maka, arteri-arteri itu mengejang, berkontraksi, dan pecah.[43] Suplai darah ke endometrium terhambat dan sel pada lapisan terluar endometrium (stratum fungsionalis) kekurangan oksigen lalu mati. Kemudian, seluruh lapisan rahim meluruh dan hanya lapisan dasar, stratum basalis, yang bertahan.[19] Enzim plasmin memecah gumpalan darah pada cairan haid, memudahkan mengalirnya darah dan meluruhkan lapisan rahim keluar dari uterus.[44] Aliran darah berlanjut selama 2-6 hari dan darah yang lepas berkisar 30-60 ml,[45] menandakan kehamilan tidak terjadi.[46]

Aliran darah biasanya menjadi tanda bahwa seorang perempuan tidak hamil tetapi hal ini tidak pasti karena beberapa hal dapat menyebabkan perdarahan selama kehamilan.[47] Haid biasanya terjadi sekali sebulan sejak menarke hingga menopaus, bersamaan dengan masa kesuburan perempuan. Usia rerata menopaus yaitu 52 tahun dan biasanya antara 45-55 tahun.[48] Sebelum menopaus, perubahan hormonal yang disebut perimenopaus terjadi.[49]

Eumenorea adalah menstruasi normal reguler yang berlangsung selama 5 hari di awal siklus.[23] Perempuan yang mengalami menoragia (perdarahan menstruasi berat) lebih rentan terhadap kekurangan zat besi.[50]

Fase proliferasi

Pada siklus menstruasi, kadar estradiol (sebuah estrogen) mencapai 200 persen. Kadar progesteron mencapai lebih dari 1200 persen.[51]

Fase proliferasi adalah fase kedua siklus uterus saat estrogen memengaruhi lapisan rahim agar tumbuh dan berproliferasi.[52] Tahap akhir fase folikuler terjadi bersamaan fase proliferasi.[53] Folikel ovarium yang mengalami pematangan menyekresi sejumlah estradiol, sejenis estrogen, yang meningkat. Estrogen yang ada memulai terbentuknya lapisan baru endometrium rahim dengan arteriol spiral.[2]

Seiring peningkatan kadar estrogen, sel leher rahim (serviks) menghasilkan sejenis mukus servikal[54] yang memiliki pH yang lebih tinggi dan kekentalan yang kurang daripada biasanya, lebih mudah menerima sperma.[55] Hal ini memperbesar kemungkinan pembuahan, yang terjadi pada sekitar hari ke-11 sampai 14.[10] Mukus servikal dapat dideteksi sebagai cairan vagina yang melimpah dan mirip dengan putih telur mentah.[56] Bagi perempuan yang sedang memerhatikan kesuburan, mukus ini menunjukkan ovulasi mungkin sebentar lagi terjadi[56] tetapi ovulasi belum tentu pasti terjadi.[57]

Fase sekretori

Fase sekretori adalah fase akhir siklus uterus dan terjadi bersamaan fase luteal siklus ovarium. Selama fase ini, korpus luteum memproduksi progesteron, yang sangat penting bagi penerimaan endometrium atas penanaman blastosis (sel telur yang terbuahi dan mulai berkembang).[58] Glikogen, lipid, dan protein disekresikan ke rahim[59] dan mukus servikal mengental.[60] Pada awal kehamilan, progesteron juga meningkatkan aliran darah, mengurangi kontraktilitas otot polos rahim,[21] dan meningkatkan suhu tubuh dasar perempuan.[61]

Jika kehamilan tidak terjadi, siklus ovarium dan uterus kembali dimulai dari awal.[44]

Siklus anovulatori dan fase luteal pendek

Hanya dua per tiga siklus menstruasi yang benar-benar normal bersifat ovulatori, yaitu melewati tahap ovulasi.[3] Sepertiga sisanya tidak melewati fase ovulasi atau memiliki fase luteal yang pendek (kurang dari sepuluh hari)[62] sehingga produksi progesteron tidak cukup menunjang fungsi tubuh dan kesuburan yang normal.[3] Siklus yang tidak melewati fase ovulasi (anovulasi) umum terjadi pada anak perempuan yang baru saja mulai mengalami menstruasi atau perempuan di sekitar masa menopaus. Pada dua tahun pertama setelah menarke, ovulasi tidak terjadi pada sekitar separuh siklus yang terjadi. Lima tahun setelah menarke, ovulasi terjadi pada sekitar 75% siklus dan, pada tahun-tahun berikutnya, 80% siklus.[63] Siklus anovulatori sering kali sangat mirip dengan siklus ovulatori normal.[3] Perubahan keseimbangan hormon dapat menyebabkan anovulasi. Stres, kecemasan, dan gangguan makan dapat menurunkan kadar GnRH dan mengganggu siklus menstruasi. Anovulasi jangka panjang terjadi pada 6-15% perempuan selama masa reproduktifnya. Pada sekitar menopaus, kemunduran umpan balik hormon menyebabkan siklus anovulatori. Walaupun anovulasi bukan penyakit, ia bisa menjadi tanda kondisi yang melatarbelakangi, misalnya sindrom ovarium polikistik (polycyctic ovary syndrome [PCOS]).[64] Siklus anovulatori atau fase luteal pendek normal terjadi pada perempuan yang stres atau atlet yang menjalani latihan lebih intensif. Perubahan ini dapat kembali normal jika yang menyebabkan stres menghilang atau atlet beradaptasi menjadi terbiasa dengan latihan itu.[62]

Kesehatan menstruasi

Sebuah folikel ovarium primer manusia dilihat dari mikroskop. Oosit bundar berwarna merah di bagian tengah dikelilingi oleh lapisan sel granulosa, yang diselimuti oleh membran basal dan sel-sel teka. Pembesaran sekitar 1000 kali. (H&E stain)

Walaupun peristiwa ini adalah proses yang normal dan alami,[3] sebagian perempuan mengalami masalah yang cukup mengganggu keseharian karena siklus menstruasi.[65] Hal ini mencakup jerawat, payudara yang lunak, kelelahan, dan sindrom pramenstruasi (premenstrual syndrome [PMS]).[65][66] Masalah lebih berat seperti gangguan disforik prahaid dialami oleh 3-8% perempuan.[4][67] Dismenorea atau "nyeri haid"[68] dapat menyebabkan keram perut, punggung, atau paha bagian atas selama beberapa hari pertama menstruasi.[69] Nyeri haid yang membuat penderita tidak berdaya termasuk tidak normal dan dapat menjadi tanda kondisi berat seperti endometriosis.[70] Masalah-masalah ini dapat sangat berdampak bagi kesehatan dan kualitas hidup perempuan; intervensi yang tepat waktu dapat memperbaiki kehidupan perempuan yang mengalaminya.[71]

Terdapat kesalahpahaman yang ramai dipercaya di masyarakat, yaitu siklus menstruasi memengaruhi perasaan perempuan, menyebabkan depresi atau ambang marah yang rendah dan haid adalah hal yang kotor, memalukan, dan menyakitkan. Variasi perasaan perempuan yang normal sering kali disangkutkan dengan siklus menstruasi padahal hal ini salah. Kebanyakan penelitian tidak memiliki bukti yang kuat tetapi memang ditemukan bahwa terdapat kenaikan kecil fluktuasi perasaan selama fase luteal dan fase-fase menstruasi tertentu serta penurunan fluktuasi tersebut di fase lainnya.[72] Perubahan kadar estrogen dan progesteron selama siklus menstruasi menyebabkan efek sistemik (seluruh tubuh) pada ragam fungsi tubuh, meliputi otak, metabolisme, dan sistem otot rangka. Pengaruhnya dapat berupa perubahan fungsi tubuh yang hampir tidak kentara dan perubahan yang nampak teramati pada performa atletik perempuan, meliputi performa kekuatan, aerobik, dan anaerobik.[73] Perubahan pada otak juga tampak pada siklus menstruasi[74] tetapi perubahan yang signifikan dalam capaian intelektual tidak ditemukan - termasuk dalam hal performa akademik, pemecahan masalah, daya ingat, dan kreativitas.[75] Peningkatan kemampuan spasial selama fase menstruasi mungkin disebabkan oleh penurunan kadar estrogen dan progesteron.[72]

Pada sejumlah perempuan, ovulasi disertai oleh nyeri yang khas[d], disebut juga mittelschmerz (istilah Jerman yang berarti nyeri tengah). Penyebab nyeri terhubung dengan folikel yang pecah, menyebabkan kehilangan sejumlah kecil darah.[19]

Walau dalam kondisi normal, perubahan hormon selama siklus menstruasi dapat meningkatkan insidensi gangguan seperti penyakit autoimun,[79] yang mungkin disebabkan oleh tingginya kadar estrogen pada sistem imun.[4]

Sekitar 40% perempuan yang menderita ayan terserang kejang lebih sering pada fase tertentu siklus menstruasi. Epilepsi katamenial ini mungkin disebabkan jatuhnya kadar progesteron saat fase luteal atau sekitar haid, atau lonjakan estrogen saat ovulasi. Perempuan dengan haid teratur dapat mengonsumsi obat sebelum dan sesudah haid. Beberapa pilihan tersedia sesuai arahan tenaga kesehatan, misalnya suplemen progesteron, menaikkan dosis obat antikejang rutin, atau penambahan sementara antikejang seperti klobazam atau asetazolamid. Jika penyesuaian terapi tersebut tidak efektif, atau jika siklus menstruasi tidak teratur, pilihan penanganan adalah pemberhentian siklus menstruasi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan pemberian medroksiprogesteron, triptorelin, atau goserelin, atau penggunaan kontrasepsi oral.[80][81]

Kontrasepsi hormonal

Kontrasepsi hormonal mencegah terjadinya kehamilan dengan menginhibisi (menghalangi) sekresi hormon: FSH, LH, dan GnRH. Kontrasepsi hormonal dengan estrogen, seperti pil kontrasepsi oral gabungan (combined oral contraceptive pills [COC]) menghentikan perkembangan folikel dominan beserta lonjakan LH di tengah siklus dan, oleh karenanya, ovulasi.[82] Pemberian terapi COC selanjutnya dan pemberhentiannya dapat berjalan serupa dengan siklus uterus, menghasilkan perdarahan yang mirip dengan haid. Pada beberapa kasus, perdarahan menjadi ringan.[83]

Kontrasepsi hormonal yang memanfaatkan progestin saja tidak selalu mencegah ovulasi melainkan bekerja dengan menghalangi mukus servikal dari menerima sperma. Kontrasepsi hormonal tersedia dalam beragam bentuk, misalnya pil, plester seperti koyo, implan kulit, dan alat hormonal intrauterus (IUD).[84]

Evolusi dan spesies lain

Sebagian besar mamalia betina mengalami siklus estrus tetapi hanya sepuluh spesies primata, empat spesies kelelawar, celurut gajah, dan tikus genus Acomys yang mengalami siklus menstruasi.[85] Siklus mereka bekerja mirip dengan siklus pada manusia dan berbeda pada lama siklus yang mungkin terjadi pada rentang 21-37 hari.[86] Hubungan kekerabatan langsung antara kelompok-kelompok itu tidak ditemukan dan menunjukkan bahwa empat kejadian evolusi yang terpisah menyebabkan menstruasi muncul.[87] Pada spesies yang mengalami siklus menstruasi, ovulasi tidak tampak terlihat oleh calon pasangan dan musim kawin tidak ada.[88][89] Terdapat empat teori atas peran menstruasi dalam evolusi:[87]

  1. Kontrol patogen yang dibawa oleh sperma.[90][91][92] Hipotesis ini mengusung ide bahwa menstruasi melindungi uterus (rahim) dari patogen yang dibawa oleh sperma. Hipotesis ini tidak mempertimbangkan bahwa kopulasi dapat terjadi selama berpekan-pekan sebelum menstruasi dan semen yang mungkin menyebabkan infeksi tidak dikontrol oleh menstruasi pada spesies lain.[87]
  2. Konservasi energi.[91][93] Hipotesis ini mengklaim bahwa membangun kembali lapisan uterus menggunakan lebih sedikit energi daripada memelihara lapisan itu jika kehamilan tidak terjadi. Hipotesis ini tidak menjelaskan spesies lain yang juga tidak mempertahankan lapisan uterus tetapi tidak mengalami menstruasi.[87]
  3. Teori yang berdasar pada desidualisasi spontan (proses yang menyebabkan perubahan signifikan pada sel endometrium yang mempersiapkan, dan memuat, kehamilan, yang mana endometrium berubah menjadi desidua). Desidualisasi berujung pada pembentukan endotelium, yang melibatkan sel sistem imun;[86] pembentukan suplai darah baru, hormon, dan diferensiasi jaringan. Pada mamalia yang tidak mengalami menstruasi, desidualisasi diatur oleh embrio, bukan ibu.[91] Hal ini muncul pada beberapa mamalia dengan plasenta karena manfaat bagi betina sehingga kehamilan dapat dipersiapkan tanpa sinyal dari janin.[87] Hipotesis ini cenderung menjelaskan asal mula evolusi desidualisasi spontan dan tidak menjelaskan evolusi menstruasi sendiri.[87]
  4. Persiapan uterus.[94] Hipotesis ini mengklaim bahwa persiapan uterus setiap bulan dibutuhkan oleh spesies, seperti manusia, yang memiliki plasenta (tertanam dalam) yang sangat invasif. Pada proses pembentukan plasenta, jaringan ibu terinvasi. Hipotesis ini membawa ide bahwa menstruasi bukan hasil evolusi melainkan hasil persiapan uterus yang terjadi kebetulan untuk melindungi jaringan uterus dari plasenta yang tertanam dalam, di mana endometrium tebal berkembang.[94] Hipotesis ini tidak menjelaskan menstruasi pada nonprimata.[87]

Catatan

  1. ^ Kadar progesteron melampaui kadar estrogen (estradiol) seratus kali lipat.[12]
  2. ^ Wanita menyusui dapat mengalami penekanan total perkembangan folikuler, perkembangan folikuler tetapi tanpa ovulasi, atau dimulaikembalinya siklus menstruasi normal.[33]
  3. ^ Pada korpus luteum, enzim pembelah rantai cabang kolesterol mengubah kolesterol menjadi pregnenolon, yang kemudian berubah menjadi progesteron.[35]
  4. ^ Nyeri tengah siklus yang tak lazim dapat disebabkan oleh kondisi-kondisi medis seperti kehamilan ektopik atau pecahnya kista ovarium,[76][77] dapat disalahartikan sebagai radang usus buntu.[78]

Referensi

  1. ^ Richards JS (2018). "The ovarian cycle". Vitamins and Hormones (Review). 107: 1–25. doi:10.1016/bs.vh.2018.01.009. ISBN 978-0-128-14359-9. PMID 29544627. 
  2. ^ a b c Tortora 2017, hlm. 944.
  3. ^ a b c d e Routledge international handbook of women's sexual and reproductive health. Jane M. Ussher, Joan C. Chrisler, Janette Perz. Abingdon, Oxon. 2020. ISBN 978-1-351-03562-0. OCLC 1121130010. 
  4. ^ a b c d Reed, Beverly G.; Carr, Bruce R. (2000). Feingold, Kenneth R.; Anawalt, Bradley; Boyce, Alison; Chrousos, George; de Herder, Wouter W.; Dhatariya, Ketan; Dungan, Kathleen; Grossman, Ashley; Hershman, Jerome M., ed. Endotext. South Dartmouth (MA): MDText.com, Inc. PMID 25905282. 
  5. ^ Routledge international handbook of women's sexual and reproductive health. Jane M. Ussher, Joan C. Chrisler, Janette Perz. Abingdon, Oxon. 2020. ISBN 978-1-351-03562-0. OCLC 1121130010. 
  6. ^ Lacroix, Amy E.; Gondal, Hurria; Langaker, Michelle D. (2021). StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. PMID 29261991. 
  7. ^ a b Sherwood 2016, hlm. 741.
  8. ^ Reed BF, Carr BR, Feingold KR, et al. (2018). The Normal Menstrual Cycle and the Control of Ovulation. Endotext (Review). PMID 25905282. Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 May 2021. Diakses tanggal 8 January 2021. 
  9. ^ Sherwood 2016, hlm. 747.
  10. ^ a b Tortora 2017, hlm. 957.
  11. ^ a b Tortora 2017, hlm. 929.
  12. ^ Prior 2020, hlm. 41.
  13. ^ a b c Tortora 2017, hlm. 942–46.
  14. ^ Routledge international handbook of women's sexual and reproductive health. Jane M. Ussher, Joan C. Chrisler, Janette Perz. Abingdon, Oxon. 2020. ISBN 978-1-351-03562-0. OCLC 1121130010. 
  15. ^ Norris & Carr 2013, hlm. 361.
  16. ^ edited by Austin Ugwumadu (2014). Basic sciences for obstetrics and gynaecology. Part 1 : core material for MRCOG (edisi ke-First edition). Oxford, England. ISBN 978-0-19-163233-4. OCLC 889303297. 
  17. ^ a b Watchman 2020, hlm. 8.
  18. ^ Schmerler, Samuel; Wessel, Gary M. (2011-01). "Polar bodies--more a lack of understanding than a lack of respect". Molecular Reproduction and Development. 78 (1): 3–8. doi:10.1002/mrd.21266. ISSN 1098-2795. PMC 3164815alt=Dapat diakses gratis. PMID 21268179. 
  19. ^ a b c d Tortora 2017, hlm. 945.
  20. ^ a b c Johnson, M. H. (2007). Essential reproduction. Barry J. Everitt (edisi ke-6th ed). Malden, Mass.: Blackwell Pub. ISBN 978-1-4051-1866-8. OCLC 76074156. 
  21. ^ a b c Tortora 2017, hlm. 942.
  22. ^ Sherwood 2016, hlm. 745.
  23. ^ a b Tortora 2017, hlm. 943.
  24. ^ Reed, Beverly G.; Carr, Bruce R. (2000). Feingold, Kenneth R.; Anawalt, Bradley; Boyce, Alison; Chrousos, George; de Herder, Wouter W.; Dhatariya, Ketan; Dungan, Kathleen; Grossman, Ashley; Hershman, Jerome M., ed. Endotext. South Dartmouth (MA): MDText.com, Inc. PMID 25905282. 
  25. ^ a b Sadler, T. W. (2019). Langman's medical embryology (edisi ke-Fourteenth edition). Philadelphia. ISBN 978-1-4963-8390-7. OCLC 1042400100. 
  26. ^ Tortora 2017, hlm. 953.
  27. ^ Sherwood 2016, hlm. 746.
  28. ^ Alberts, Bruce (2002). Molecular biology of the cell. Alexander Johnson, Julian Lewis, Martin Raff, Keith Roberts, Peter Walter (edisi ke-4th ed). New York: Garland Science. ISBN 0-8153-3218-1. OCLC 48122761. 
  29. ^ Iussig, Benedetta; Maggiulli, Roberta; Fabozzi, Gemma; Bertelle, Sara; Vaiarelli, Alberto; Cimadomo, Danilo; Ubaldi, Filippo M.; Rienzi, Laura (2019-05). "A brief history of oocyte cryopreservation: Arguments and facts". Acta Obstetricia Et Gynecologica Scandinavica. 98 (5): 550–558. doi:10.1111/aogs.13569. ISSN 1600-0412. PMID 30739329. 
  30. ^ Parker, Steve (2019). The concise human body book : an illustrated guide to it's structures, function and disorders (edisi ke-New edition). London. ISBN 978-0-241-39552-3. OCLC 1091644711. 
  31. ^ Tortora 2017, hlm. 959.
  32. ^ a b Tortora 2017, hlm. 976.
  33. ^ Carr SL, Gaffield ME, Dragoman MV, Phillips S (September 2016). "Safety of the progesterone-releasing vaginal ring (PVR) among lactating women: A systematic review". Contraception (Review). 94 (3): 253–61. doi:10.1016/j.contraception.2015.04.001alt=Dapat diakses gratis. PMID 25869631. 
  34. ^ Johnson 2007, hlm. 91.
  35. ^ King SR, LaVoie HA (January 2012). "Gonadal transactivation of STARD1, CYP11A1 and HSD3B". Frontiers in Bioscience (Landmark Edition). 17: 824–46. doi:10.2741/3959. PMID 22201776. 
  36. ^ edited by Austin Ugwumadu (2014). Basic sciences for obstetrics and gynaecology. Part 1 : core material for MRCOG (edisi ke-First edition). Oxford, England. ISBN 978-0-19-163233-4. OCLC 889303297. 
  37. ^ Salamonsen, Lois A. (2019-12). "WOMEN IN REPRODUCTIVE SCIENCE: My WOMBan's life: understanding human endometrial function". Reproduction (Cambridge, England). 158 (6): F55–F67. doi:10.1530/REP-18-0518. ISSN 1741-7899. PMID 30521482. 
  38. ^ Papadimitriou, Anastasios (2016-12). "The Evolution of the Age at Menarche from Prehistorical to Modern Times". Journal of Pediatric and Adolescent Gynecology. 29 (6): 527–530. doi:10.1016/j.jpag.2015.12.002. ISSN 1873-4332. PMID 26703478. 
  39. ^ Alvergne, Alexandra; Högqvist Tabor, Vedrana (2018-06). "Is Female Health Cyclical? Evolutionary Perspectives on Menstruation". Trends in Ecology & Evolution. 33 (6): 399–414. doi:10.1016/j.tree.2018.03.006. ISSN 1872-8383. PMID 29778270. 
  40. ^ Ibitoye, Mobolaji; Choi, Cecilia; Tai, Hina; Lee, Grace; Sommer, Marni (2017). "Early menarche: A systematic review of its effect on sexual and reproductive health in low- and middle-income countries". PloS One. 12 (6): e0178884. doi:10.1371/journal.pone.0178884. ISSN 1932-6203. PMC 5462398alt=Dapat diakses gratis. PMID 28591132. 
  41. ^ "Menstruation and the menstrual cycle fact sheet | womenshealth.gov". web.archive.org. 2015-06-26. Diakses tanggal 2021-07-24. 
  42. ^ Sultan, Charles; Gaspari, Laura; Maimoun, Laurent; Kalfa, Nicolas; Paris, Françoise (2018-04). "Disorders of puberty". Best Practice & Research. Clinical Obstetrics & Gynaecology. 48: 62–89. doi:10.1016/j.bpobgyn.2017.11.004. ISSN 1532-1932. PMID 29422239. 
  43. ^ Johnson 2007, hlm. 152.
  44. ^ a b Tortora 2017, hlm. 600.
  45. ^ Routledge international handbook of women's sexual and reproductive health. Jane M. Ussher, Joan C. Chrisler, Janette Perz. Abingdon, Oxon. 2020. ISBN 978-1-351-03562-0. OCLC 1121130010. 
  46. ^ Johnson 2007, hlm. 99.
  47. ^ Breeze, Carol (2016-05). "Early pregnancy bleeding". Australian Family Physician. 45 (5): 283–286. ISSN 0300-8495. PMID 27166462. 
  48. ^ Towner, Mary C.; Nenko, Ilona; Walton, Savannah E. (2016-04-19). "Why do women stop reproducing before menopause? A life-history approach to age at last birth". Philosophical Transactions of the Royal Society of London. Series B, Biological Sciences. 371 (1692): 20150147. doi:10.1098/rstb.2015.0147. ISSN 1471-2970. PMC 4822427alt=Dapat diakses gratis. PMID 27022074. 
  49. ^ Juan Francisco Rodriguez-Landa (2017). A Multidisciplinary Look at Menopause. Jonathan Cueto-Escobedo. [Erscheinungsort nicht ermittelbar]. ISBN 978-953-51-3405-3. OCLC 1193045564. 
  50. ^ Harvey, Linda J.; Armah, Charlotte N.; Dainty, Jack R.; Foxall, Robert J.; John Lewis, D.; Langford, Nicola J.; Fairweather-Tait, Susan J. (2005-10). "Impact of menstrual blood loss and diet on iron deficiency among women in the UK". The British Journal of Nutrition. 94 (4): 557–564. doi:10.1079/bjn20051493. ISSN 0007-1145. PMID 16197581. 
  51. ^ Prior JC (2020). "Women's reproductive system as balanced estradiol and progesterone actions—A revolutionary, paradigm-shifting concept in women's health". Drug Discovery Today: Disease Models. 32, Part B: 31–40. Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 May 2021. Diakses tanggal 22 April 2021. 
  52. ^ Ugwumadu 2014, hlm. 117.
  53. ^ Parker 2019, hlm. 283.
  54. ^ Simmons, Rebecca G.; Jennings, Victoria (2020-07). "Fertility awareness-based methods of family planning". Best Practice & Research. Clinical Obstetrics & Gynaecology. 66: 68–82. doi:10.1016/j.bpobgyn.2019.12.003. ISSN 1532-1932. PMID 32169418. 
  55. ^ Tortora 2017, hlm. 936–37.
  56. ^ a b Su, Hsiu-Wei; Yi, Yu-Chiao; Wei, Ting-Yen; Chang, Ting-Chang; Cheng, Chao-Min (2017-09). "Detection of ovulation, a review of currently available methods". Bioengineering & Translational Medicine. 2 (3): 238–246. doi:10.1002/btm2.10058. ISSN 2380-6761. PMC 5689497alt=Dapat diakses gratis. PMID 29313033. 
  57. ^ Routledge international handbook of women's sexual and reproductive health. Jane M. Ussher, Joan C. Chrisler, Janette Perz. Abingdon, Oxon. 2020. ISBN 978-1-351-03562-0. OCLC 1121130010. 
  58. ^ Lessey, Bruce A.; Young, Steven L. (2019-04). "What exactly is endometrial receptivity?". Fertility and Sterility. 111 (4): 611–617. doi:10.1016/j.fertnstert.2019.02.009. ISSN 1556-5653. PMID 30929718. 
  59. ^ Salamonsen, Lois A.; Evans, Jemma; Nguyen, Hong P. T.; Edgell, Tracey A. (2016-03). "The Microenvironment of Human Implantation: Determinant of Reproductive Success". American Journal of Reproductive Immunology (New York, N.Y.: 1989). 75 (3): 218–225. doi:10.1111/aji.12450. ISSN 1600-0897. PMID 26661899. 
  60. ^ Han, Leo; Taub, Rebecca; Jensen, Jeffrey T. (2017-11). "Cervical mucus and contraception: what we know and what we don't". Contraception. 96 (5): 310–321. doi:10.1016/j.contraception.2017.07.168. ISSN 1879-0518. PMID 28801053. 
  61. ^ Charkoudian, Nisha; Hart, Emma C. J.; Barnes, Jill N.; Joyner, Michael J. (2017-06). "Autonomic control of body temperature and blood pressure: influences of female sex hormones". Clinical Autonomic Research: Official Journal of the Clinical Autonomic Research Society. 27 (3): 149–155. doi:10.1007/s10286-017-0420-z. ISSN 1619-1560. PMID 28488202. 
  62. ^ a b Endocrinology of physical activity and sport. Anthony C. Hackney, Naama W. Constantini (edisi ke-Third edition). Cham, Switzerland. 2020. ISBN 3-030-33376-0. OCLC 1142875818. 
  63. ^ Elmaoğulları, Selin; Aycan, Zeyra (2018-07-31). "Abnormal Uterine Bleeding in Adolescents". Journal of Clinical Research in Pediatric Endocrinology. 10 (3): 191–197. doi:10.4274/jcrpe.0014. ISSN 1308-5735. PMC 6083466alt=Dapat diakses gratis. PMID 29537383. 
  64. ^ "Anovulation: Background, Pathophysiology, Epidemiology". 2021-07-19. 
  65. ^ a b Gudipally, Pratyusha R.; Sharma, Gyanendra K. (2021). Premenstrual Syndrome. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. PMID 32809533. 
  66. ^ Ferries-Rowe, Elizabeth; Corey, Elizabeth; Archer, Johanna S. (2020-11). "Primary Dysmenorrhea: Diagnosis and Therapy". Obstetrics and Gynecology. 136 (5): 1047–1058. doi:10.1097/AOG.0000000000004096. ISSN 1873-233X. 
  67. ^ Appleton, Sarah M. (2018-03). "Premenstrual Syndrome: Evidence-based Evaluation and Treatment". Clinical Obstetrics and Gynecology. 61 (1): 52–61. doi:10.1097/GRF.0000000000000339. ISSN 1532-5520. PMID 29298169. 
  68. ^ Nagy, Hassan; Khan, Moien AB (2021). Dysmenorrhea. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. PMID 32809669. 
  69. ^ Baker, Fiona C.; Lee, Kathryn Aldrich (2018-09). "Menstrual Cycle Effects on Sleep". Sleep Medicine Clinics. 13 (3): 283–294. doi:10.1016/j.jsmc.2018.04.002. ISSN 1556-4088. PMID 30098748. 
  70. ^ Maddern J, Grundy L, Castro J, Brierley SM (2020). "Pain in endometriosis". Frontiers in Cellular Neuroscience. 14: 590823. doi:10.3389/fncel.2020.590823. PMC 7573391alt=Dapat diakses gratis. 
  71. ^ Matteson, Kristen A.; Zaluski, Kate M. (2019-09). "Menstrual Health as a Part of Preventive Health Care". Obstetrics and Gynecology Clinics of North America. 46 (3): 441–453. doi:10.1016/j.ogc.2019.04.004. ISSN 1558-0474. PMID 31378287. 
  72. ^ a b Else-Quest, Nicole (2022). The psychology of women and gender : half the human experience +. Janet Shibley Hyde (edisi ke-Tenth edition). Thousand Oaks, California. ISBN 978-1-5443-9360-5. OCLC 1198088521. 
  73. ^ Carmichael, Mikaeli Anne; Thomson, Rebecca Louise; Moran, Lisa Jane; Wycherley, Thomas Philip (2021-02-09). "The Impact of Menstrual Cycle Phase on Athletes' Performance: A Narrative Review". International Journal of Environmental Research and Public Health. 18 (4). doi:10.3390/ijerph18041667. ISSN 1660-4601. PMC 7916245alt=Dapat diakses gratis. 
  74. ^ Pletzer, Belinda; Harris, Ti-Anni; Scheuringer, Andrea; Hidalgo-Lopez, Esmeralda (2019-10). "The cycling brain: menstrual cycle related fluctuations in hippocampal and fronto-striatal activation and connectivity during cognitive tasks". Neuropsychopharmacology: Official Publication of the American College of Neuropsychopharmacology. 44 (11): 1867–1875. doi:10.1038/s41386-019-0435-3. ISSN 1740-634X. PMC 6785086alt=Dapat diakses gratis. PMID 31195407. 
  75. ^ Le, Jessica; Thomas, Natalie; Gurvich, Caroline (2020-03-27). "Cognition, The Menstrual Cycle, and Premenstrual Disorders: A Review". Brain Sciences. 10 (4). doi:10.3390/brainsci10040198. ISSN 2076-3425. PMC 7226433alt=Dapat diakses gratis. PMID 32230889. 
  76. ^ Kruszka PS, Kruszka SJ (July 2010). "Evaluation of acute pelvic pain in women". Am Fam Physician (Review). 82 (2): 141–47. PMID 20642266. Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 January 2021. Diakses tanggal 4 March 2021. 
  77. ^ Cleary M, Flanagan KW (2019). Acute and Emergency Care in Athletic Training. Human Kinetics. hlm. 340. 
  78. ^ Brott NR, Le JK (2020). "Mittelschmerz". Stat Pearls [Internet] (Review). PMID 31747229. Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 May 2021. Diakses tanggal 4 March 2021. 
  79. ^ Talsania, Mitali; Scofield, Robert Hal (2017-05). "Menopause and Rheumatic Disease". Rheumatic Diseases Clinics of North America. 43 (2): 287–302. doi:10.1016/j.rdc.2016.12.011. ISSN 1558-3163. PMC 5385852alt=Dapat diakses gratis. PMID 28390570. 
  80. ^ Maguire, Melissa J.; Nevitt, Sarah J. (2019-10-14). "Treatments for seizures in catamenial (menstrual-related) epilepsy". The Cochrane Database of Systematic Reviews. 10: CD013225. doi:10.1002/14651858.CD013225.pub2. ISSN 1469-493X. PMC 6953347alt=Dapat diakses gratis. PMID 31608992. 
  81. ^ Sveinsson, Olafur; Tomson, Torbjörn (2014-09). "Epilepsy and menopause: potential implications for pharmacotherapy". Drugs & Aging. 31 (9): 671–675. doi:10.1007/s40266-014-0201-5. ISSN 1179-1969. PMID 25079452. 
  82. ^ Tortora 2017, hlm. 948.
  83. ^ Polis, Chelsea B.; Hussain, Rubina; Berry, Amanda (2018-06-26). "There might be blood: a scoping review on women's responses to contraceptive-induced menstrual bleeding changes". Reproductive Health. 15 (1): 114. doi:10.1186/s12978-018-0561-0. ISSN 1742-4755. PMC 6020216alt=Dapat diakses gratis. PMID 29940996. 
  84. ^ Tortora 2017, hlm. 948–49.
  85. ^ Bellofiore, Nadia; Ellery, Stacey J.; Mamrot, Jared; Walker, David W.; Temple-Smith, Peter; Dickinson, Hayley (2017-01). "First evidence of a menstruating rodent: the spiny mouse (Acomys cahirinus)". American Journal of Obstetrics and Gynecology. 216 (1): 40.e1–40.e11. doi:10.1016/j.ajog.2016.07.041. ISSN 1097-6868. PMID 27503621. 
  86. ^ a b Catalini, Laura; Fedder, Jens (2020-05-26). "Characteristics of the endometrium in menstruating species: lessons learned from the animal kingdom†". Biology of Reproduction. 102 (6): 1160–1169. doi:10.1093/biolre/ioaa029. ISSN 1529-7268. PMC 7253787alt=Dapat diakses gratis. PMID 32129461. 
  87. ^ a b c d e f g Emera, Deena; Romero, Roberto; Wagner, Günter (2012-01). "The evolution of menstruation: a new model for genetic assimilation: explaining molecular origins of maternal responses to fetal invasiveness". BioEssays: News and Reviews in Molecular, Cellular and Developmental Biology. 34 (1): 26–35. doi:10.1002/bies.201100099. ISSN 1521-1878. PMC 3528014alt=Dapat diakses gratis. PMID 22057551. 
  88. ^ Schjenken, John E.; Robertson, Sarah A. (2020-07-01). "The Female Response to Seminal Fluid". Physiological Reviews. 100 (3): 1077–1117. doi:10.1152/physrev.00013.2018. ISSN 1522-1210. PMID 31999507. 
  89. ^ Muller, Martin N. (2017-05). "Testosterone and reproductive effort in male primates". Hormones and Behavior. 91: 36–51. doi:10.1016/j.yhbeh.2016.09.001. ISSN 1095-6867. PMC 5342957alt=Dapat diakses gratis. PMID 27616559. 
  90. ^ Martin, Robert D. (2007). "The evolution of human reproduction: a primatological perspective". American Journal of Physical Anthropology. Suppl 45: 59–84. doi:10.1002/ajpa.20734. ISSN 1096-8644. PMID 18046752. 
  91. ^ a b c Finn, C. A. (1998-06). "Menstruation: a nonadaptive consequence of uterine evolution". The Quarterly Review of Biology. 73 (2): 163–173. doi:10.1086/420183. ISSN 0033-5770. PMID 9618925. 
  92. ^ Profet, M. (1993-09). "Menstruation as a defense against pathogens transported by sperm". The Quarterly Review of Biology. 68 (3): 335–386. doi:10.1086/418170. ISSN 0033-5770. PMID 8210311. 
  93. ^ Strassmann, B. I. (1996-06). "The evolution of endometrial cycles and menstruation". The Quarterly Review of Biology. 71 (2): 181–220. doi:10.1086/419369. ISSN 0033-5770. PMID 8693059. 
  94. ^ a b Brosens, Jan J.; Parker, Malcolm G.; McIndoe, Angus; Pijnenborg, Robert; Brosens, Ivo A. (2009-06). "A role for menstruation in preconditioning the uterus for successful pregnancy". American Journal of Obstetrics and Gynecology. 200 (6): 615.e1–6. doi:10.1016/j.ajog.2008.11.037. ISSN 1097-6868. PMID 19136085. 

Sumber buku

Pranala luar