Kista ovarium

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kista ovarium atau tumor ginekologi adalah suatu pertumbuhan abnormal di ovarium atau Indung telur yang bentuknya bulat, berisi cairan atau setengah cair, biasanya bertangkai, dan terus tumbuh menjadi besar.[1][2] Cairan kista ovarium ini dibungkus oleh selaput yang terbentuk dari lapisan terluar ovarium.[3] Kista ovarium tersebut membentuk benjolan yang dapat diumpamakan seperti balon berisi cairan.[4] Kista ovarium dapat terjadi di segala usia pada wanita, namun lebih umum di masa reproduksinya jadi jarang terjadi setelah menopause.[4] Kista ovarium masuk ke dalam kasus ginekologi terbanyak dari seluruhan keganasan ginekologi. Kebanyakan kista tak berbahaya.[1] Terjadinya kista ovarium adalah adanya pertumbuhan sel-sel otot polos pada ovarium yang jinak.[3]

Faktor[sunting | sunting sumber]

Faktor terbentuknya kista ovarium dapat dipengaruhi oleh usia reproduktif, pola makan atau kebiasaan makan yang buruk, riwayat keluarga, nullipara, dan terapi hormon.[2][5]

Jenis Ovarium[sunting | sunting sumber]

Kista ovarium dikelompokkan menjadi dua yaitu kista non neoplastik atau kista ovarium jinak dan kista ovarium ganas.[6] Kista ovarium yang bersifat jinak akan mengecil dan menghilang sendiri setelah 2 sampai 3 bulan tetapi memiliki resiko untuk berkembang menjadi kanker ovarium sebanyak 2%.[6][5] Kista tersebut dikenal juga sebagai kista fungsional karena terbentuk selama siklus menstruasi normal atau setelah telur dilepaskan sewaktu ovulasi.[5] Kista ovarium yang bersifat ganas disebut juga kista neoplastik atau hasil perkembangan dari kista ovarium jinak yang menjadi kanker ovarium dan umumnya harus dioperasi. Usia wanita dicurigari sebagai faktor dari perkembangan kista ovarium ke kanker ovarium.[6] Kanker ovarium merupakan pembunuh diam-diam karena ia merupakan penyebab kematian dari semua kanker ginekologi.[6]

Jenis Kista Ovarium Jinak[sunting | sunting sumber]

  • Kostadenoma serosum[7]
  • Kista dermoid[7]
  • Kista musinosum[7]

Gejala[sunting | sunting sumber]

Gejala kista ovarium yang biasa muncul pada pengidap kista ovarium antara lain, rasa sakit atau nyeri akan muncul pada area perut bagian bawah dan punggung bagian bawah, adapun tingkatannya yang bervariasi, mulai dari ringan, hingga berat. Selain itu rasa nyeri pada perut bagian bawah juga bisa hilang dan dapat muncul kembali, rasa nyeri inipun dapat terjadi baik di sisi kanan maupun di sisi kiri, serta rasa nyeri juga bisa muncul ketika pengidap melakukan hubungan intim. Adapun gejala lainnya seperti, perubahan menstruasi,dan masalah pencernaan.[8] Jika kista menjadi pecah atau menyebabkan ovarium bergeser, kista tersebut dapat menyebabkan nyeri yang besar.[1] Ini dapat mengakibatkan muntah atau ingin pingsan.[1] dan bahkan menyebabkan sakit kepala.

Dampak[sunting | sunting sumber]

Dampak yang dapat terjadi akibat kista ovarium meliputi fungsi organ reproduksi yang terganggu, berkurangnya kesuburan, kesulitan untuk hamil hingga stres. Kista ovarium dapat mempengaruhi kehamilan wanita tergantung ukuran, jenis, dan indung telur yang terkena. Jika hanya satu indung telur yang terkena, maka selalu ada kemungkinan untuk hamil.

Diagnosa[sunting | sunting sumber]

Kista ovarium membutuhkan penegakkan diagnosis secara menyeluruh meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang seperti USG, CT Scan, dan MRI.[7] Setelah diagnosis, selanjutnya dilakukan penatalaksanaan pada kista ovarium yang terbagi atas observasi dan operasi dengan menyesuaikan kondisi pasien.[7]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d Risna Suma, Made; Nopita Sari, Ni Made (2017-12-20). "Penerapan Penerapan Self Hypnosis Pada Ny "SW" Umur 40 Tahun dengan Kista Ovarium (Penatalaksanaan pada Gangguan Reproduksi dengan Kista Ovarium di Ruang Dara RSUD Wangaya)". Journal Center of Research Publication in Midwifery and Nursing. 1 (2). doi:10.36474/caring.v1i2.1. ISSN 2580-507X. 
  2. ^ a b Dewi, Putu Itta Sandi Lesmana (2022-01-11). "KARAKTERISTIK PASIEN KISTA OVARIUM DI RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE JANUARI 2019 - DESEMBER 2019". E-Jurnal Medika Udayana. 11 (1): 72. doi:10.24843/mu.2022.v11.i01.p12. ISSN 2303-1395. 
  3. ^ a b Fatkhiyah, Natiqotul (2019-03-27). "Faktor Risiko Kejadian Kista Ovarium Pada Wanita Usia Reproduksi di RSKIA Kasih Ibu Kota Tegal". Bhamada: Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan (E-Journal). 10 (1): 6. doi:10.36308/jik.v10i1.131. ISSN 2355-3863. 
  4. ^ a b Amita, Nindy; Wahyuningsih, Hepi; Rini, Indahria Sulistya (2021-04-28). "PELATIHAN COPING RELIGIUS DALAM MENURUNKAN KECEMASAN PENDERITA KISTA OVARIUM". Al-Hikmah: Jurnal Agama dan Ilmu Pengetahuan. 18 (1): 54–64. doi:10.25299/al-hikmah:jaip.2021.vol18(1).6610. ISSN 2598-2168. 
  5. ^ a b c Widyarni, Ari (2020-07-30). "Faktor Resiko Kejadian Kista Ovarium Di Poliklinik Kandungan dan Kebidanan Rumah Sakit Islam Banjarmasin". DINAMIKA KESEHATAN: JURNAL KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN. 11 (1): 28–36. doi:10.33859/dksm.v11i1.569. ISSN 2549-4058. 
  6. ^ a b c d SST,MKM, Meni Fuzi Astuti Tanjung (2022-01-24). KAJIAN KISTA OVARIUM. Pascal Books. ISBN 978-623-99232-1-1. 
  7. ^ a b c d e Suryoadji, Kemal Akbar; Fauzi, Ahmad; Ridwan, Alifaturrasyid Syafaatullah; Kusuma, Fitriyadi (2022-08-31). "Diagnosis dan Tatalaksana pada Kista Ovarium: Literature Review". Khazanah: Jurnal Mahasiswa. 14 (1). doi:10.20885/khazanah.vol14.iss1.art5. ISSN 1979-519X. 
  8. ^ Halodoc. "Apa itu Kista Ovarium? Gejala & Penyebab". halodoc. Diakses tanggal 2024-03-17. 
Klasifikasi
Sumber luar