Aji Muhammad Idris
Artikel ini sudah memiliki daftar referensi, bacaan terkait, atau pranala luar, tetapi sumbernya belum jelas karena belum menyertakan kutipan pada kalimat. |
Sultan Aji Muhammad Idris adalah Sultan ke-14 dari Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura yang memerintah mulai tahun 1735 hingga tahun 1778. Sultan Aji Muhammad Idris adalah sultan pertama yang menggunakan nama Islam semenjak masuknya agama Islam di Kesultanan Kutai Kartanegara pada abad ke-17.
Biografi
YM Seri Paduka Baginda Sultan Aji Muhammad Idris Gelar La Darise Denna Parowesi Parewosi Petta Arung Kute Petta Matinroe Ri Kawanne merupakan Putra Pertama dari Pasangan YM Raja Aji Pangeran Anum Panji Mendapa Ing Martapura Gelar Meruhum Aji Dipamerangan dan YM Ratu Mahadewi I Doya Putri Latagung (Putri Agung) Anak Raja Paniki. Sultan Aji Muhammad Idris lahir di Istana Kerajaan Kutai Kartanegara Di Pamerangan Jembayan Pada Tahun 1667.
Pemerintahan
Pada masa pemerintahan Sultan Aji Muhammad Idris dilakukan perubahan besar-besaran yakni :
- Merubah gelar dari Raja menjadi Sultan
- Merubah nama Kerajaan menjadi Kesultanan
- Memantapkan aturan dan pengaplikasian Hukum Islam didalam UU Panji Slaten dan UU Beraja Niti.
- Pada masanya Angkatan Laut Kesultanan diperkuat untuk membendung pengaruh VOC dan mengamankan jalur perdagangan didalam wilayah hukum Kesultanan serta menghalau para perompak atau bajak laut yang sering menjarah atau menyerang Ibukota Kerajaan.
Keturunan
Sultan Adji Muhammad Idris menikah dua kali dan mempunyai 5 orang putra putri :
KDYMM Ratu Permaisuri
KDYMM Seri Paduka Baginda Ratu Permaisuri Andi Rianjang atau Andin Duyah gelar I Doya Aji Putri Agung Putri dari Andi Petta To Sibengareng Bin Andi La Maddukelleng Dan Adji Doyah Binti Sultan Sepuh Alamsyah I dari Paser melahirkan :
- Aji Putri Intan alias Aji Kengsan gelar Adji Putri Intan gelar Petta Laburanti digilirang Paniki Wajo.
- Aji Imbut gelar Sultan Aji Muhammad Muslihudin alias Meruhum Aji Kembang Mawar menjadi Sultan ke 15 di Kesultanan Kutai Kartanegara memindahkan pusat pemerintahan dari Pamerangan Jembayan ke Tepian Pandan Tenggarong.
- Aji Pangeran Berajanata
KDYMM Ratu Mahadewi
KDYMM Seri Paduka Baginda Ratu Mahadewi Dayang Sungka Binti Tan Panjang Bin Adipati Maharaja Marga Nata Kusuma adalah Adipati Kerajaan Kutai Mulawarman di wilayah Muara Gelumbang Ma-Bengkal, melahirkan:
1. Aji Pangeran Megan gelar Aji Pangeran Maharaja Nata Kusuma menjadi Adipati di Muara Gelumbang dan Muara Bengkal.
2. Aji Pangeran Amjah Mas Aria Gelar Aji Pangeran Sri Bangun I Menjadi Adipati Kota Bangun inilah disebut dengan Raja Seri Bangun.
Cucu
- Aji Putri Intan : Belum diketahui Keturunannya
- Sultan Aji Muhammad Muslihuddin berputra-putri dari 2 isteri :
- KDYMM Seri Paduka Baginda Ratu Permaisuri Aji Ratu Tatin berputra :
- Aji Kuncar gelar Sultan Aji Muhammad Salehuddin I
- Aji Pangeran Praboe Kusuma Ningrat
- KDYMM Seri Paduka Baginda Ratu Mahadewi Ratu Pua Areng Putri Raja Bugis berputra-putri :
- Aji Kondang
- Aji Kupang
- Aji Unuk
- Aji Seman
- KDYMM Seri Paduka Baginda Ratu Permaisuri Aji Ratu Tatin berputra :
- Aji Pangeran Beranata, nama isteri belum diketahui dan berputri :
- KDYMM Seri Paduka Baginda Ratu Leko Aji Ratu Zuziah. Isteri Ketiga dari Sultan Aji Muhammad Salehuddin I .
- Aji Pangeran Megan Gelar Aji Pangeran Marga Nata Kesuma menjadi Adipati Di Muara Gelumbang dan Muara Bengkal : Belum diketahui keturunannya
- Aji Pangeran Amjas Mas Aria gelar Aji Pangeran Seri Bangun I menjadi Adipati Kota Bangun inilah disebut sebagai Raja Seri Bangun berputra dari 1 orang isteri :
- Nama Isteri belum diketahui asalnya dari Orang Keluaran berputra :
- Aji Pangeran Raga gelar Aji Pangeran Seri Bangun II menjadi Adipati Kota Bangun beristeri Sim Luan Nio dan berputri : YM Selir Sang Nata Aji Soja Ibunda Aji Pangeran Mangkunegara (Selir Sultan Sultan Aji Muhammad Sulaiman)
- Nama Isteri belum diketahui asalnya dari Orang Keluaran berputra :
Pertempuran
Sultan Aji Muhammad Idris yang merupakan cucu menantu dari Sultan Wajo La Madukelleng berangkat ke tanah Wajo, Sulawesi Selatan untuk turut bertempur melawan VOC bersama rakyat Bugis. Dengan gagah berani Sultan Aji Muhammad Idris menggepur VOC. Pada Tahun 1736 Masehi Sultan Aji Muhammad Idris berhasil mengamankan wilayah Wajo yakni mempertahankan Ibukota Kerajaan Wajo Tosora dari serbuan pasukan VOC kemudian secara bertahap Sultan Aji Muhammad Idris berhasil menduduki wilayah Bone Utara, Sidenreng, Soppeng, Maros, Gowa yang sebelumnya dibawah kendali VOC. Pada Tahun 1737 Masehi Sultan Aji Muhammad Idris berhasil merebut Palakka dari tangan VOC, yang dimana dahulu Palakka merupakan Pusat Perdagangan dikawasan tersebut.
Wafat
Pada tahun 1739, Sultan A.M. Idris bersama La Madukkelleng melakukan serangan dahsyat dari Laut Ke Fort Rotterdam. Serangan pertama hampir menjebol benteng rotterdam kemudian pasukan gabungan tersebut dipukul mundur oleh VOC setelah itu kedua Raja pun tidak patah arang kemudian melancarkan serangan kedua tetapi karena ketidakseimbangan senjata dan situasi yang tidak mendukung dari pihak kedua raja tersebut maka serangan kedua dapat digagalkan oleh VOC, maka kedua Raja tersebut mundur untuk mempertahankan tanah Wajo. Ketika Sultan Aji Muhammad Idris memimpin pasukan besar menuju Sidenreng, kuda yang ia tumpangi terperosok dalam lubang jebakan yang telah dibuat oleh musuh-musuhnya di daerah Belawa kemudian Sultan Aji Muhammad Idris segera dibawa menuju ke Wajo kemudian Sultan Aji Muhammad Idris menghembuskan nafasnya yang terakhir, Seluruh Rakyat Wajo berkabung atas kemangkatan Sultan Aji Muhammad Idris kemudian rakyat Wajo memberikan gelar kehormatan kepada Sultan atas jasa-jasanya melakukan perlawanan terhadap VOC dengan gagah berani serta mempertahankan Ibukota Kerajaan Wajo dari gempuran VOC gelar tersebut yakni La Darise Denna Parowesi Parewosi Petta Arung Kute Petta Matinroe Ri Kawanne. Sebelum Sultan wafat beliau memanggil orang kepercayaannya untuk mengantarkan Keris Burit Kang Ke Negeri Kutai setelah ia wafat kemudian sisa pasukan Sultan Aji Muhammad Idris tetap bertahan dan membantu peperangan hingga usai. Kemudian berangkatlah beberapa pasukan dan orang kepercayaan Sultan menuju ke Negeri Kutai untuk menyerahkan amanat Sultan yang terakhir. YM Permaisuri Andi Riajang melihat dari Paseban Agung dari Istana Kerajaan ia merasa gembira ketika melihat kapal berbendara Kesultanan merapat ke pelabuhan. Kemudian YM Permaisuri keluar dari Istana diiringi dayang dan prajurit istana menuju gerbang istana takkala ia kebingungan dimana suami yang ia cintai kemudian datanglah utusan Sultan dari Wajo membawa Keris Burit Kang bersama pasukan kerajaan serta baju sang Sultan yang berlumuran darah dan menyampaikan berita Kemangkatan Sultan kepada YM Permaisuri. Setelah mendengar apa yang diceritakan oleh utusan Sultan tiba-tiba YM Permaisuri pingsan tak sadarkan diri kemudian seluruh lapisan masyarakat yang hadir berkabung serta merasa sedih dan Pengumuman Kematian Sultan Aji Muhammad Idris diumumkan diseluruh Negeri. Sepeninggal Sultan Idris, terjadilah perebutan tahta kerajaan oleh Aji Kado. Putera mahkota kerajaan Aji Imbut yang saat itu masih kecil kemudian dilarikan ke Wajo. Aji Kado kemudian meresmikan namanya sebagai Sultan Kutai Kartanegara dengan menggunakan gelar Sultan Aji Muhammad Aliyeddin. Sultan Aji Muhammad Idris dimakamkan bersama Kakek Mertua beliau Raja La Madukelleng dari Wajo dan Sultan Aji Muhammad Idris salah satu Pahlawan yang dikenang oleh masyarakat wajo atas perjuangan beliau mengusir penjajah dari tanah wajo. Semoga saja jasa-jasa beliau dihargai dan diingat oleh Republik ini Bahwa Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura berperan besar dalam Kemerdekaan Republik Indonesia.
Penghormatan
Untuk mengenang dan menghormati jasa perjuangan Sultan Aji Muhammad Idris yang luar biasa dalam perlawanan menghadapi kolonialisme maka nama nya disematkan menjadi nama sebuah kampus di Kalimantan Timur yakni letaknya di Kota Samarinda dengan sebelumnya bernama IAIN Samarinda atau Institut Agama Islam Negeri Samarinda bertepatan dengan Tanggal 12 Dzulqaidah 1417 H. IAIN Samarinda resmi berganti status dan nama menjadi UIN Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2021 tanggal 11 Mei 2021. Kemudian pemberian Gelar La Darise Denna Parowesi Parewosi Petta Arung Kute Petta Matinroe Ri Kawanne yang diberikan oleh Rakyat Wajo Kepada Sultan Aji Muhammad Idris atas dedikasi serta jasa perjuangannya yang luar biasa dalam melakukan perlawanan terhadap VOC.
Penghargaan
- Penganugerahaan Gelar Pahlawan Nasional Oleh Pemerintah Republik Indonesia Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 109/TK/TH 2021 tanggal 25 Oktober 2021.
Didahului oleh: Aji Pangeran Anum Panji Mendapa ing Martapura |
Sultan Kutai Kartanegara 1735—1778 |
Diteruskan oleh: Sultan Aji Muhammad Aliyeddin |
Pranala luar
- Kesultanan Kutai Kartanegara Diarsipkan 2010-01-03 di Wayback Machine.