Lompat ke isi

Muhammad Arsyad al-Banjari

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sayyid Ja'far Al-Aydarus - Muhammad Arsyad Al-Banjari
Berkas:Sayyid Ja'far Al-Aydarus
NamaSayyid Ja'far Al-Aydarus - Muhammad Arsyad Al-Banjari

Al Alimul Al Allamah Al Arif Billah Al Bahrul Ulum Al Waliyullah Quthb Akwan Asy Syekh Asy Sayyidi Al Mukarram Maulana Sayyidi Ja'far Bin Abdullah Al Aydarus, atau Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari}}(17 Maret 1710 – 3 Oktober 1812)[1] adalah ulama fiqih mazhab Syafi'i yang berasal dari kota Martapura di Tanah Banjar (Kesultanan Banjar), Kalimantan Selatan. Beliau hidup pada masa tahun 1122-1227 hijriyah. Beliau disebut juga Tuan Haji Besar dan mendapat julukan anumerta Datu Kalampaian.

Beliau adalah pengarang Kitab Sabilal Muhtadin yang banyak menjadi rujukan bagi banyak pemeluk agama Islam di Asia Tenggara Mesir dan seluruh dunia.[2][3][4]

Silsilah keturunan

Didalam kitab Syajaratul Arsyadiyah disebutkan bahwa Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari, antara lain Mufti Kerajaan Indragiri Syekh Abdurrahman Siddiq Al Banjari,[5] mengatakan bahwa beliau datu kelampayan adalah keturunan Alawiyin melalui jalur Al Habib Abu Bakar Al Hindi

<ref>|title=Syeikh Muhammad Arsyad Al Bangjari : pengarang Sabilal Muhtadin
|url=https://books.google.co.id/books?id=RSUcAAAAIAAJ&q=Syajaratul+Arsyadiyah&dq=Syajaratul+Arsyadiyah&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwj1hNfVh-LdAhVJq48KHf-CBnAQ6AEIPzAF
|author=W. Mohd. Shaghir Abdullah
|page=
|publisher=
|year=1990}}</ref>[6]Kesalahan pengutipan: Tag <ref> harus ditutup oleh </ref>[7]

Jalur nasabnya ialah sebagai berikut:

  1. Maulana Muhammad Arsyad Al Banjari -Sayyid Ja'far Al Aydarus bin
  2. Abdullah bin
  3. Abu Bakar Al Hindi bin
  4. Ahmad Ash Sholabiyah bin
  5. Husein bin
  6. Abdullah bin
  7. Syaikh bin
  8. Abdullah Al Idrus Al Akbar (Datuk Seluruh Keluarga Al Aydarus) bin
  9. Abu Bakar As Sakran bin
  10. Abdurrahman As Segaf bin
  11. Muhammad Maula Dawilah bin
  12. Ali Maula Ad Dark bin
  13. Alwi Al Ghoyyur bin
  14. Muhammad Al Faqih Muqaddam bin
  15. Ali Faqih Nuruddin bin
  16. Muhammad Shahib Mirbath bin
  17. Ali Khaliqul Qassam bin
  18. Alawi bin
  19. Muhammad Maula Shama’ah bin
  20. Alawi Abi Sa'adah bin
  21. 'Ubaidillah
  22. Imam Ahmad al-Muhajir bin
  23. Imam Isa ar-Rumi bin
  24. Al Imam Muhammad an-Naqib bin
  25. Al Imam Ali Uraidhi bin
  26. Al Imam Ja’far As Shadiq bin
  27. Al Imam Muhammad Al Baqir bin
  28. Al Imam Ali Zainal Abidin bin
  29. Al Imam Sayyidina Husein bin
  30. Al Imam Amirul Mu’minin Ali Karamallah wajhah wa Sayyidah Fatimah Az Zahra binti
  31. Rasulullah SAW.[5][8]Kesalahan pengutipan: Tag <ref> harus ditutup oleh </ref>

Ketika istrinya mengandung anak yang pertama, terlintaslah di hati Muhammad Arsyad suatu keinginan yang kuat untuk menuntut ilmu di tanah suci Mekkah. Maka disampaikannyalah hasrat hatinya kepada sang istri tercinta.

Meskipun dengan berat hati mengingat usia pernikahan mereka yang masih muda, akhirnya isterinya mengamini niat suci sang suami dan mendukungnya dalam meraih cita-cita. Maka, setelah mendapat restu dari sultan berangkatlah Muhammad Arsyad ke Tanah Suci mewujudkan cita-citanya. Deraian air mata dan untaian doa mengiringi kepergiannya.

Di Tanah Suci, Muhammad Arsyad mengaji kepada masyaikh terkemuka pada masa itu. Di antara guru dia adalah Syekh ‘Athaillah bin Ahmad al-Mishry, al-Faqih Syekh Muhammad bin Sulaiman al-Kurdi dan al-‘Arif Billah Syekh Muhammad bin Abdul Karim al-Samman al-Hasani al-Madani.

Syekh yang disebutkan terakhir adalah guru Muhammad Arsyad di bidang tasawuf, dimana di bawah bimbingannyalah Muhammad Arsyad melakukan suluk dan khalwat, sehingga mendapat ijazah darinya dengan kedudukan sebagai khalifah.

Selain itu guru-guru Muhammad Arsyad yang lain seperti Syekh Ahmad bin Abdul Mun'im ad Damanhuri, Syekh Muhammad Murtadha bin Muhammad az Zabidi, Syekh Hasan bin Ahmad al Yamani, Syekh Salm bin Abdullah al Basri, Syekh Shiddiq bin Umar Khan, Syekh Abdullah bin Hijazi asy Syarqawy, Syekh Abdurrahman bin Abdul Aziz al Maghrabi, Syekh Abdurrahamn bin Sulaiman al Ahdal, Syekh Abdurrahman bin Abdul Mubin al Fathani, Syekh Abdul Gani bin Muhammad Hilal, Syekh Abis as Sandi, Syekh Abdul Wahab at Thantawy, Syekh Abdullah Mirghani, Syekh Muhammad bin Ahmad al Jauhari, dan Syekh Muhammad Zain bin Faqih Jalaludin Aceh.

Selama menuntut ilmu di sana, Syekh Muhammad Arsyad menjalin persahabatan dengan sesama penuntut ilmu seperti Syekh Abdussamad al-Falimbani, Syekh Abdurrahman Misri al-Jawi, dan Syekh Abdul Wahab Bugis sehingga mereka dikenal sebagai Empat Serangkai dari Tanah Jawi (Melayu).[9]

Setelah lebih kurang 35 tahun menuntut ilmu di Maekkah dan Madinah, timbulah niat untuk menuntut ilmu ke Mesir. Ketika niat ini disampaikan dengan guru mereka, Syekh menyarankan agar keempat muridnya ini untuk pulang ke Jawi (Indonesia) untuk berdakwah di negerinya masing-masing.

Menikahkan anak

Sebelum pulang, keempat sahabat sepakat untuk berhaji kembali di Tanah Suci Mekkah. Pada saat itu tanpa disangka-sangka Syekh Muhammad Arsyad bertemu dengan adik kandung dia yaitu Zainal Abidin bin Abdullah yang sedang menunaikan ibadah haji. Sang adik membawa kabar berita bahwa anak dia yaitu Fatimah sudah beranjak dewasa dan sang anak menitipkan cincin kepada dia. Melihat hal demikian, tiga sahabat Syekh Muhammad Arsyad masing-masing mengajukan lamaran untuk memperisteri anak dia. Setelah berpikir lama, Syekh Muhammad Arsyad memeutuskan untuk mengundi, lamaran yang akan diterima. Hasil pengundian ternyata lamaran Syekh Abdul Wahab Bugis yang diterima.

Untuk itu diadakahnlah ijab kabul pernikahan antara Syekh Abdul Wahab Bugis dengan Fatimah binti Syekh Muhammad Arsyad, yang dinikahkan langsung oleh Syekh Muhammad Arsyad sambil disaksikan dua sahabat lainnya.

Membetulkan arah kiblat masjid

Maka bertolaklah keempat putra Nusantara ini menuju kampung halaman. Memasuki wilayah Nusantara, mula-mula mereka singgah di Sumatra yaitu di Palembang, kampung halaman Syekh Abdussamad Al Falimbani. Kemudian perjalanan dilanjutkan menuju Betawi, yaitu kampung halaman Syekh Abdurrahman Misri. Selama di Betawi, Syekh Muhammad Arsyad diminta menetap sebentar untuk mengajarkan ilmu agama dengan masyarakat Betawi. Salah satu peristiwa penting selama di Betawi adalah ketika Syekh Muhammad Arsyad membetulkan arah kiblat Masjid Jembatan Lima, Masjid Luar Batang dan Masjid Pekojan. Untuk mengenang peristiwa tersebut, masyarakat sekitar Masjid Jembatan Lima menuliskan di atas batu dalam aksara arab melayu (tulisan jawi) yang bertuliskan bahwa kiblat masjid ini telah diputar ke kanan sekitar 25 derajat oleh Muhammad Arsyad Al-Banjari pada tanggal 4 Safar 1186 H.

Seelah dirasa cukup, maka Syekh Muhammad Arsyad dan Syekh Abdul Wahab Bugis berlayar menuju kampung halaman ke Martapura, Banjar.

Tiba di kampung halaman

Pada bulan Ramadan 1186 Hijriyah bertepatan 1772 M, sampailah Muhammad Arsyad di kampung halamannya, Martapura, pusat Kesultanan Banjar pada masa itu.

Akan tetapi, Sultan Tahlilullah, seorang yang telah banyak membantunya telah wafat dan digantikan kemudian oleh Sultan Tahmidullah II bin Sultan Tamjidullah I, yaitu cucu Sultan Tahlilullah. Sultan Tahmidullah yang pada ketika itu memerintah Kesultanan Banjar, sangat menaruh perhatian terhadap perkembangan serta kemajuan agama Islam di kerajaannya.

Sultan Tahmidullah II menyambut kedatangan dia dengan upacara adat kebesaran. Segenap rakyatpun mengelu-elukannya sebagai seorang ulama "Matahari Agama" yang cahayanya diharapkan menyinari seluruh Kesultanan Banjar. Aktivitas dia sepulangnya dari Tanah Suci dicurahkan untuk menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang diperolehnya. Baik kepada keluarga, kerabat ataupun masyarakat pada umumnya. Bahkan, sultan pun termasuk salah seorang muridnya sehingga jadilah dia raja yang ‘alim lagi wara’.[10] Selama hidupnya ia memiliki 29 anak dari tujuh isterinya.[11]

Hubungan dengan Kesultanan Banjar

Pada waktu ia berumur sekitar 30 tahun, Sultan mengabulkan keinginannya untuk belajar ke Mekkah demi memperdalam ilmunya. Segala perbelanjaanya ditanggung oleh Sultan. Lebih dari 30 tahun kemudian, yaitu setelah gurunya menyatakan telah cukup bekal ilmunya, barulah Syekh Muhammad Arsyad kembali pulang ke Banjarmasin. Akan tetapi, Sultan Tahlilullah seorang yang telah banyak membantunya telah wafat dan digantikan kemudian oleh Sultan Tahmidullah II bin Sultan Tamjidullah I, yaitu cucu Sultan Tahlilullah.

Sultan Tahmidullah II yang pada ketika itu memerintah Kesultanan Banjar, sangat menaruh perhatian terhadap perkembangan serta kemajuan agama Islam di kerajaannya. Sultan inilah yang meminta kepada Syekh Muhammad Arsyad agar menulis sebuah Kitab Hukum Ibadat (Hukum Fiqh), yang kelak kemudian dikenal dengan nama Kitab Sabilal Muhtadin.

Pengajaran dan bermasyarakat

Makam Datu Kalampayan yang sering dikunjungi oleh peziarah dari berbagai daerah.

Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari adalah pelopor pengajaran Hukum Islam di Kalimantan Selatan. Sekembalinya ke kampung halaman dari Mekkah, hal pertama yang dikerjakannya ialah membuka tempat pengajian (semacam pesantren) bernama Dalam Pagar, yang kemudian lama-kelamaan menjadi sebuah kampung yang ramai tempat menuntut ilmu agama Islam. Ulama-ulama yang dikemudian hari menduduki tempat-tempat penting di seluruh Kerajaan Banjar, banyak yang merupakan didikan dari suraunya di Desa Dalam Pagar.

Di samping mendidik, ia juga menulis beberapa kitab dan risalah untuk keperluan murid-muridnya serta keperluan kerajaan. Salah satu kitabnya yang terkenal adalah Kitab Sabilal Muhtadin yang merupakan kitab Hukum-Fiqh dan menjadi kitab-pegangan pada waktu itu, tidak saja di seluruh Kerajaan Banjar tetapi sampai ke-seluruh Nusantara dan bahkan dipakai pada perguruan-perguruan di luar Nusantara Dan juga dijadikan dasar Negara Brunai Darussalam.

Karya-karyanya

Kitab karya Syekh Muhammad Arsyad yang paling terkenal ialah Kitab Sabilal Muhtadin, atau selengkapnya adalah Kitab Sabilal Muhtadin lit-tafaqquh fi amriddin, yang artinya dalam terjemahan bebas adalah "Jalan bagi orang-orang yang mendapat petunjuk untuk mendalami urusan-urusan agama". Syekh Muhammad Arsyad telah menulis untuk keperluan pengajaran serta pendidikan, beberapa kitab serta risalah lainnya, di antaranya ialah:[12]

  • Kitab Ushuluddin yang biasa disebut Kitab Sifat Duapuluh,
  • Kitab Tuhfatur Raghibin, yaitu kitab yang membahas soal-soal itikad serta perbuatan yang sesat,
  • Kitab Nuqtatul Ajlan, yaitu kitab tentang wanita serta tertib suami-isteri,
  • Kitabul Fara-idl, hukum pembagian warisan.

Dari beberapa risalahnya dan beberapa pelajaran penting yang langsung diajarkannya, oleh murid-muridnya kemudian dihimpun dan menjadi semacam Kitab Hukum Syarat, yaitu tentang syarat syahadat, sembahyang, bersuci, puasa dan yang berhubungan dengan itu, dan untuk mana biasa disebut Kitab Parukunan. Sedangkan mengenai bidang Tasawuf, ia juga menuliskan pikiran-pikirannya dalam Kitab Kanzul-Makrifah.

Zuriyat dan Keturunan

Muhammad Arsyad Al Banjary menikah dengan 11 perempuan, yaitu :

  • Dari istri Tuan Bajut, mempunyai anak :
    • ♀ Syarifah Aisyah
      • ♂ Muhammad As'ad
        • ♂ Abu Thalhah
        • ♂ Abu Hamid
        • ♂ Ahmad
        • ♂ Muhammad Arsyad
        • ♂ Sa'duddin (Datu Taniran)
          • ♂ H. Abdul Qadir
            • ♂ H. Athailah
              • ♀ Hj. Jauhar
                • ♂ KH M. Ridwan - Tuan Guru Kapuh (Ketua MUI HSS 2017-2022)
    • ♀ Aisyah
  • Dari istri Tuang Bidur, mempunyai anak :
    • Abu Su'ud Al Banjari
      • H.M. Said Jazuli Nambau
        • Diang Kacil
          • H. Abdul Wahab
          • H. Abdussamad, Qadhi Kandangan
          • H. Abdul Karim Mekkah
        • H. Mas'ud
          • H.M. Thoyib Sairah
          • H.M. Zein Halim Kedah
          • H. Bahauddin
    • Sayyidah Saudah
    • ♂ Syekh Qadhi H. Abu Na'im
      • Hajar
        • ♂ H. Abbas
      • ♂ H.M. Zein
      • ♀ Fatimah
        • ♂ H. Abdul Hamid Bantuil
          • ♀ Dariah
            • ♂ H. Kholil
              • ♀ Marwiah
                • ♂ Syekh Syarwani Zuhri - alm. (mantan Ketua MUI Balikpapan 2016-2019)
    • ♂ Syahabuddin
      • ♂ H. Abdul Jalil
        • ♂ H. Abbas Kandangan
      • ♂ H. Muhammad Thahir
  • Dari istri Tuan Lipur, mempunyai anak :
    • ♂ Abul Hasan
    • ♂ Abu Najib
    • ♂ H. Abdullah
    • ♂ Abdurrahman
    • ♂ H. Abdurrahim
      • Ratih
        • Nurdin
          • Diang Indah
  • Dari istri Tuan Guwat, mempunyai anak :
    • Asiah
      • H. Mahmud
        • Aisyah
          • H. Muhammad Balimau
        • H. M Nur
          • H. M As'ad, hafidz Al Quran dan Qadhi Riau
        • H. Abdullah
          • H. Ali Mekkah
            • H. Atha
            • H. Husein
        • H. M Amin
        • H. Salman Al Farisi
    • Hasanuddin
    • Zainuddin
    • Raihanah
    • Hafsah
    • Jamaluddin
  • Dari istri Tuan Turiah, mempunyai anak :
    • Nur'ain
    • Rahmah
    • Hawa
  • Dari istri Ratu Aminah, mempunyai anak :
    • ♂ Mufti Pangeran H. Ahmad
      • ♂ H. M. Sa'id Khatib
        • ♀ Ummu Khulsum + Pangeran Ahmad bin Sultan Sulaiman Raja Banjar
          • ♂ Pangeran H. Abdul Majid (Gusti Kacil Pangeran Mas Muda) di desa Kotawaringin, Puding Besar, Bangka
            • ♂ Gusti Abdul Hamid
              • ♂ Gusti Abdul Manaf
                • ♂ Gusti Manaf
    • Shofiah
    • Zhofura
    • Maimunah
    • Sholehah
    • Muhammad
    • Mariam
  • Dari istri Tuan Palung, mempunyai anak :
    • Salman Al Farizi
    • Salmah
    • Salimah
      • Siti Khadijah
        • H. M Sa'ad
          • H. M Said
      • H. M Thoyib
      • H. Muhammad
  • Dari istri Tuan Kadarmanik, Tuan Markidah, Tuan Liuh dan Tuan Dai tidak mempunyai anak.


  1. Haji Mohamed Sanusi Bin Mahmood, mantan mufti pertama Singapura tahun 1969-1972, mantan Presiden Mahkamah Syariah Singapura, mantan ketua penasihat ehwal agama Persekutuan Seruan Islam Singapura.[13][14]
  2. Husein Kedah al-Banjari, mufti kerajaan negeri Kedah, Malaysia.
  3. Djazouly Seman, ulama Banjar, Kalimantan Selatan

Kekerabatan dengan Sultan Banjar

Kekerabatan Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari dengan Sultan Banjar.[15] Sultan yang memerintah saat itu, Sultan Tamjidillah I (1745-78), sangat menghormatinya, dan mengawinkannya dengan salah seorang kerabat dekatnya, Ratu Aminah, anak dari Pangeran Thaha, saudara sepupu Sultan Tamjidillah I, yang menjadikannya sebagai kerabat Kesultanan Banjar.[16]

KESULTANAN BANJAR
* ♂ Sultan Tahlil-lillah
↓ (berputra)
SULTAN BANJAR
  • Sultan Tahmidillah I[17]
↓ (berputra)
  • Sultan Tamjidillah I
↓ (berputra)
  • Sultan Tahmidillah II/Sulaiman Saidullah I + ♀ Putri Lawiyah binti Tahmidu-Billah
↓ (berputra)
  • Sultan Sulaiman Saidullah II
↓ (berputra)
  • Pangeran Singasari
↓ (berputra)
  • Pangeran Haji Abu Bakar
↓ (berputra)
  • Pangeran Umar
↓ (berputra)
  • Pangeran Jumberi
↓ (berputra)
↓ (berputra)
  1. ♀ Hj. Gusti Dhia Karima
  2. ♂ H. Gusti Dhia Hidayat
↓ (berputra)
  • ♂.....
PANGERAN BANJAR
  • Pangeran......
↓ (berputra)
  • Pangeran Thaha + ♀ Ratu Salimah
↓ (berputra)
  • Ratu Aminah + ♂ Syekh Muhammad Arsyad
↓ (berputra)
  • Pangeran Ahmad
↓ (berputra)
  • Pangeran Muhammad
↓ (berputra)
  • Antung Aminah
↓ (berputra)
  • Arabiah
↓ (berputra)
↓ (berputra)
  • ♂.....
↓ (berputra)
  • ♂.....

Nasab

Jalur silsilah Muhammad Arsyad al-Banjari
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
ISMAIL[18][19][20]
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Kedar
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Adnan
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Ma'ad bin Adnan
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Nizar bin Ma'ad
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Mudhar
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Ilyas bin Mudhar
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Mudrikah bin Ilyas
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Khuzaimah bin Mudrikah
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Kinanah
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
An-Nadhar (Qais)
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Malik bin An-Nadhr
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Fihr
(QURAISY)
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Ghalib bin Fihr
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Lu'ay bin Ghalib
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Ka'ab bin Lu'ay
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Murrah
 
 
 
 
 
Hindun binti Surair bin Tsa'labah bin Harits bin Fihr bin Malik
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Kilab
 
 
 
 
 
Fatimah binti Sad
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Qushay
 
 
 
 
 
Hubba binti Hulail
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Waqidah binti Amr
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Abdu Manaf
 
 
 
 
 
Ātikah binti Murrah
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Naufal
 
 
Abdu Syams
 
Barrah
 
Hallah
 
Muthalib
 
Hasyim
 
Salma binti Amr[21][22]
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Umayyah
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Wahab bin Abdu Manaf bin Zuhrah bin Kilab
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Abdul Muthalib
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Harb
 
 
 
Abūl-Āsh
 
 
 
 
 
Aminah
 
Abdullāh
 
Hamzah
 
Abū Thālib
 
Zubair
 
Abbās
 
Abū Lahab
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Abū Sufyān
 
al-Ḥakam
 
ʿUtsmān I
 
ʿAffān
 
1. MUHAMMAD[23]
(Silsilah)
 
Khadijah
 
 
 
 
Ali bin Abū Thālib
 
Khawlah binti Ja'far
 
Abdullāh bin Abbās
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Muʿāwiyah I
 
Marwān I
 
 
 
 
 
Utsmān bin ʿAffān
 
Ruqayah
 
2. Fatimah az-Zahra[24]
 
 
 
 
 
 
Muhammad bin al-Hanafiyah
 
 
 
Ali bin Abdullāh
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Bani Umayyah
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
3. Ḥusain[25]
 
Ḥasan
 
Abū Hasyim
 
 
 
Imam Muhammad al-Kamil
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
4. Ali Zainal Abidin[26]
 
 
 
Ibrāhim
 
Mansur
 
Saffāḥ
 
Musa
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
5. Muhammad al-Baqir[27]
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Bani Abbāsiyah
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
6. Ja'far ash-Shadiq[28]
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
7. Ali al-Uraidhi[29]
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
8. Muhammad an-Naqib[30]
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
9. Isa ar-Rumi[31]
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
10. Ahmad al-Muhajir[32]
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
11. Ubaidillah bin Ahmad[33]
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
12. ♂ Alwi al-Awwal (Alawiyyin) Abi Sa'adah[34]
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
13. Muhammad Maula Shama’ah[35]
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
14. Alwi ats-Tsani[36]
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
15. Ali Khali' Qasam[37]
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
16. Muhammad Shahib Mirbath[38]
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
17. Ali Walidil Faqihi / Ali Faqih Nuruddin
al-A'dham al-Faqih al-Muqaddam[39]
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
18. Muhammad al-Faqih Muqaddam
(+ 1232 M)[40]
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
19. Alwi al-Ghayyur[41]
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
20. Ali Maula Ad-Dark [42]
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
21. Muhammad al-Mauladawilah[43]
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
22. Abdurrahman Assegaf[44]
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
23. Syaikh Abubakar as-Sakran[45]
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
24. Abdullah al-Idrus al-Akbar[46]
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
25. Syaikh
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
26. Abdullah
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
27. Husain
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
28. Ahmad Ash Shalaibiyyah
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
29. Abubakar al-Hindi
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
30. Abdullah
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
31. Sultan Abdurrasyid Mindanao
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
32. Tuan Penghulu Abubakar
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
33. Abdullah Lokgabang
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
34. Maulana Muhammad Arsyad al-Banjari[47][48]
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
35. khalifah Hasanuddin[49]
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
36. mufti H. M. Khalid [50][51]
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
37. H. Ahmad
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
38. H. Zainal Abidin
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
39. H. M. Rasyidi
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
40. H. M. Saleh
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
41. Drs. H. Ahmad Fauzan Saleh
(Wakil Bupati Banjar)
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Radar Banjarmasin - Peninggalan Datu Kalampayan
  2. ^ Mahsun Fuad, Hukum Islam Indonesia: dari nalar partisipatoris hingga emansipatoris, PT LKiS Pelangi Aksara, 2005 ISBN 9798451139, 9789798451133
  3. ^ (Melayu) Abdul Rahman Hj. Abdullah (2016). "Sejarah, Tamadun, Islam, Masihi, Nusantara". Biografi Agung Syeikh Arsyad Al-Banjari. Malaysia: Karya Bestari. hlm. 95. ISBN 9678605945.  ISBN 9789678605946
  4. ^ (Indonesia) A. Suryana Sudrajat (2006). Ulama pejuang dan ulama petualang: belajar kearifan dari Negeri Atas Angin : Seri khazanah kearifan. Indonesia: Erlangga. hlm. 72. ISBN 9797816079.  ISBN 9789797816070
  5. ^ a b Syajaratul Arsyadiyah, Mathba'ah Ahmadiyah Singapura, oleh Abd Rahman Shiddiq (Tuan Guru Sapat, Mufti Kesultanan Indragiri) Cetakan I. Tahun 1356 H.
  6. ^ (Indonesia) Ahmad Mansur Suryanegara (2017). Api Sejarah 1. Surya Dinasti. hlm. 238. 
  7. ^ https://kerajaanbanjar.wordpress.com/silsilah-anak-sultan/
  8. ^ Syeikh Muhammad Arsyad Al Banjari Pengarang Sabilal Muhtadin, oleh Abdullah Hj W. Moh. Shagir, Khazanah Fathaniyah, Kuala Lumpur, Tahun 1990.
  9. ^ Republike (admin) (18 Juli 2013). "Muhammad Arsyad al-Banjari Sang Matahari Agama dari Kalimantan". 
  10. ^ "Mengenal Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-06-20. Diakses tanggal 2010-03-07. 
  11. ^ Muslich Shabir, Pemikiran Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari tentang zakat: suntingan teks dan analisis intertekstual, Penerbit Nuansa Aulia, 2005
  12. ^ Abdul Rashid Melebek, Amat Juhari Moain (2006). Sejarah bahasa Melayu. Utusan Publications. ISBN 9676118095. ISBN 9789676118097
  13. ^ http://mahmudbanjarmasin.blogspot.co.id/
  14. ^ (Inggris) Zainul Abidin bin Rasheed (2016). Majulah!: 50 Years of Malay/Muslim Community in Singapore. Singapore: World Scientific. hlm. 525. ISBN 9789814759885.  ISBN 9814759880
  15. ^ https://sultansinindonesieblog.wordpress.com/kalimantan-4/sultanaat-banjarmasin/banjar/
  16. ^ Daud, Alfani (1997). Islam dan masyarakat Banjar. Indonesia: RajaGrafindo Persada. hlm. 54. ISBN 9794215996.  ISBN 9789794215999
  17. ^ (Belanda) Willem Adriaan Rees, De bandjermasinsche krijg van 1859-1863: met portretten, platen en een terreinkaart, D. A. Thieme, 1865
  18. ^ https://yeshivainstitute.wordpress.com/2018/12/19/gematria-of-ishmael-in-the-torah-quran/
  19. ^ https://yeshivainstitute.wordpress.com/2018/12/29/hagar-the-princess/
  20. ^ https://yeshivainstitute.wordpress.com/2018/12/12/torahs-hidden-message-muhammad-%ef%b7%ba-and-jesus-%d8%b9-in-the-light-of-gematria-part-ii/
  21. ^ https://yeshivainstitute.wordpress.com/2018/12/08/torahs-hidden-message-muhammad-%ef%b7%ba-and-jesus-%d8%b9-in-the-light-of-gematria/
  22. ^ https://yeshivainstitute.wordpress.com/2018/12/19/gematria-of-ishmael-in-the-torah-quran/
  23. ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d1.htm#g1
  24. ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d2.htm#g2
  25. ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d3.htm#g3
  26. ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d4.htm#i22
  27. ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d5.htm#i21
  28. ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d6.htm#i20
  29. ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d7.htm#i19
  30. ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d8.htm#i18
  31. ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d9.htm#i17
  32. ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d10.htm#i16
  33. ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d11.htm#i15
  34. ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d12.htm#i14
  35. ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d13.htm#i13
  36. ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d14.htm#i12
  37. ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d15.htm#i11
  38. ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d16.htm#c81
  39. ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d17.htm#i9
  40. ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d18.htm#i8
  41. ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d19.htm#i7
  42. ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d20.htm#i6
  43. ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d21.htm#i5
  44. ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d22.htm#i4
  45. ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d23.htm#i3
  46. ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d24.htm#i33
  47. ^ https://www.tribunnews.com/regional/2010/09/14/datu-kelampayan-keturunan-nabi-muhammad-saw
  48. ^ https://jejakrekam.com/2019/06/17/gelar-al-banjary-dan-budaya-lokal-dalam-ijtihad-syekh-muhammad-arsyad/
  49. ^ https://id.rodovid.org/wk/Orang:313068
  50. ^ https://id.rodovid.org/wk/Orang:313071
  51. ^ Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (Batavia), Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (Batavia) (1860). Tijdschrift van het Bataviaasch Genootschap (dalam bahasa Belanda). 9. Lange. hlm. 130. 

Bacaan lanjutan

  • Muslich Shabir. Pemikiran Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari tentang zakat: suntingan teks dan analisis intertekstual. Nuansa Aulia, 2005. ISBN 9799966205, ISBN 9789799966209.

Pranala luar