Banjarsari, Ciamis
7°28′54″S 108°35′54″E / 7.4816°S 108.5984°E
Banjarsari
ᮘᮔ᮪ᮏᮁᮞᮛᮤ | |||||
---|---|---|---|---|---|
Koordinat: 7°28′54″S 108°35′54″E / 7.4816°S 108.5984°E | |||||
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Barat | ||||
Kabupaten | Ciamis | ||||
Pemerintahan | |||||
• Camat | Drs. Dedy Mudyana, M.Si[1] | ||||
Populasi (Desember 2015)[2] | |||||
• Total | 125,950 jiwa | ||||
• Kepadatan | 774,5/km2 (20,060/sq mi) | ||||
Kode Kemendagri | 32.07.18 | ||||
Kode BPS | 3207100 | ||||
Luas | 162,62 km²[2] | ||||
Kepadatan | 774.5 | ||||
Desa/kelurahan | 12 | ||||
Situs web | https://kecamatan-banjarsari.ciamiskab.go.id/ | ||||
|
Banjarsari (bahasa Sunda: ᮊᮎᮙᮒᮔ᮪ ᮘᮔ᮪ᮏᮁᮞᮛᮤ, translit. Kacamatan Banjarsari) adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Indonesia. Sebutan yang pernah populer untuk kecamatan ini adalah "Kota Nyari" yang merupakan akronim dari; "nyaman", "asri", "rindang", dan "indah". Kini istilah tersebut tidak lagi terlalu menggema.[3] Sebagai bukti keberadaannya, didirikanlah Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kotanyari yang merupakan nama lain dari Sekolah Dasar Negeri 2 Banjarsari, sebuah sekolah dasar yang cukup baik, menyusul SD Negeri 9 Banjarsari (sekarang dikenal sebagai SD Negeri 1 Banjarsari).[4]
Batas wilayah
Secara geografis, kecamatan Banjarsari dikelilingi oleh beberapa kecamatan lainnya, baik itu yang masih berada dalam lingkup kabupaten Ciamis, maupun kabupaten Pangandaran, kecamatan-kecamatan tersebut di antaranya adalah:[5]
Utara | Kecamatan Purwadadi |
Timur | Kecamatan Padaherang |
Selatan | Kecamatan Banjaranyar |
Barat | Kecamatan Pamarican |
Etimologi
Nama banjarsari merupakan gabungan dua kata yakni "banjar" dan "sari". Kata "banjar" berasal dari bahasa Kawi yang mempunyai arti sebagai lingkungan, baris berbanjar atau berbaris rapi ke arah belakang. Arti lainnya menurut istilah dalam karawitan Sunda, "banjar" bermakna sebagai berurutan dengan teratur (berasal dari istilah banjar-nada yakni intonasi susunan nada yang berurutan). Sedangkan menurut kamus bahasa Sunda, "banjar" artinya barang, pekarangan, bunga atau taman.[4]
Sedangkan "sari" di dalam kamus bahasa Indonesia memiliki arti "isi utama" (dari sebuah benda), butir-butir pada bunga yang mengandung sel jantan (sebagai alat perkembangbiakan bagi tumbuhan). Sehingga "banjarsari" bisa diartikan sebagai lingkungan atau pusat sebuah tempat yang asri, indah, nyaman secara menyeluruh. Tampaknya dari sinilah istilah "Kota Nyari" sebagai sebutan kecamatan ini berasal.[4]
Sejarah
Sekitar tahun 1630-an Sultan Agung yang pada saat itu merupakan penguasa Mataram dan wilayah kekuasaannya mencakup hingga ke wilayah Parahyangan, mulai memecah wilayah keresidenan Priangan di luar Sumedang menjadi beberapa kabupaten termasuk Galuh. Wilayah Galuh sendiri dipecah menjadi beberapa pusat kekuasaan kecil yang disebut sebagai Kadaleman dan dipimpin oleh seorang dalem. Pemecahan wilayah ini disebabkan oleh beberapa faktor, faktor utamanya adalah Pemberontakan Dipati Ukur yang berlangsung dari tahun 1628 hingga 1632 atau kurang lebih empat tahun.
Kepala-kepala daerah yang ikut andil dalam penumpasan pemberontakan Dipati Ukur kemudian secara khusus oleh Sultan Agung diangkat menjadi pemimpin di wilayah masing-masing, di antaranya adalah Sutamanggala yang memerintah daerah Utama, Adipati Jayanagara memerintah Imbanagara, Dipati Kertabumi memerintah Bojonglopang, dan terakhir adalah Bagus Sutapura yang memerintah Kadaleman Kawasen sebagai cikal bakal kecamatan Banjarsari, yang mana Bagus Sutapura adalah orang yang paling banyak ikut andil dalam menumpas Pemberontakan Dipati Ukur.
Bagus Sutapura ditetapkan sebagai Dalem Kawasen (yang wilayahnya pada saat itu membentang antara Pamotan, Kalipucang, kabupaten Pangandaran hingga daerah Bojongmalang, Cimaragas) dengan gelar Tumenggung Sutanangga pada tahun 1634 dan pusat pemerintahannya berada di wilayah yang sekarang merupakan bagian dari desa Kawasen.
Kadaleman Kawasen sendiri akhirnya resmi dibubarkan pada tahun 1810 dengan berdasar kepada Besluit yang ditetapkan oleh Gubernur Jendral Herman Daendels. Pada saat ini, peninggalan-peninggalan yang tersisa dari keberadaan Kadaleman Kawasen hanya berupa makam-makam dari para dalem beserta para pejabat yang pernah berkuasa. Nama "kawasen" sendiri lebih dikenali sebagai salah satu nama desa yang ada di kecamatan Banjarsari.
Sarana dan prasarana
Setelah pernah menempati desa Sukasari, pusat kecamatan dipindahkan ke desa Banjarsari pada tahun 1990-an, dengan alasan pengintegrasian wilayah. Di kompleks itu terdapat kantor kecamatan, pusat kesehatan masyarakat, kantor pos Indonesia, taman atau alun-alun kecamatan, dan lapangan upacara yang biasa dipakai untuk tempat peringatan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Di sekitar kompleks ini pula terdapat pusat perbelanjaan yang cukup modern. Namun setelah pemekaran kecamatan Banjaranyar, kantor kecamatan dikembalikan lagi ke desa Sukasari.[6]
Pasar umum terdapat di desa Cibadak yang berbatasan langsung dengan pusat kecamatan. Di sana terdapat pula terminal bus dan perwakilan penyedia layanan angkutan bus untuk tujuan kota Banjar, Ciamis, Tasikmalaya, Bandung, Depok, Jakarta, Tangerang, dan ke berbagai kota lainnya.[7] Masjid Agung sebagai ciri penting kecamatan terletak di depan balai desa Cibadak. Di desa yang sama terdapat pula kantor Kepolisian Sektor Banjarsari yang berseberangan langsung dengan BRI unit Cicapar.[8] Sarana perekonomian yang ada selain BRI Unit Cicapar juga terdapat BRI Unit Sukasari, Banjarsari, dan Sindanghayu. BRI Unit Banjarsari merupakan BRI Unit yang dilengkapi dengan layanan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) on line 24 jam.
Selain BRI, terdapat juga Bank BJB KCP Banjarsari serta Bank BNI Banjarsari yang terletak di sebelah Koramil Banjarsari.
Transportasi
Kecamatan Banjarsari dilewati oleh jalan kabupaten yang strategis, yaitu tepat berada di bagian selatan kabupaten Ciamis dan relatif dekat dengan objek wisata pantai Pangandaran yang terletak di kabupaten Pangandaran. Adapun jarak antar pusat Kabupaten Ciamis dengan Pangandaran lebih kurang 80km, yang memerlukan waktu perjalanan bus umum lebih kurang 2 jam, sedangkan dari Banjarsari dibutuhkan perjalanan kurang lebih 1 jam untuk mencapai kabupaten Pangandaran.
Untuk menuju ke kecamatan Banjarsari dari ibu kota provinsi Jawa Barat, biasanya dapat dilakukan dengan menggunakan layanan mode transportasi darat antarkota dalam provinsi (AKDP) berupa bus umum yang berada di Jawa Barat dan bus antarkota antarprovinsi (AKAP) dari sejumlah terminal bus di Jakarta dan Banten. Untuk perjalanan langsung tersedia kelas ekonomi hingga kelas Patas AC. Jaringan Angkot (Angkutan Kota) sudah cukup lengkap ke berbagai kecamatan di sekitarnya.
Lain halnya bila ingin menggunakan kereta api (KA), dari Kota Bandung atau Yogyakarta, persinggahan terakhir kereta adalah di stasiun KA Kota Banjar. Hal ini berlaku karena tidak ada akses langsung KA ke kecamatan ini. Pada dekade hingga akhir tahun 80-an, mode transportasi kereta api ini ada hingga ke Kecamatan Pangandaran melalui kecamatan Padaherang dan Kalipucang dan relatif banyak digunakan oleh masyarakat sekitar pada waktu itu untuk digunakan sebagai fasilitas transportasi umum. Tetapi kemudian ditutup karena pertimbangan alasan ekonomi pada akhir tahun 1980-an.[9] Belakangan ada rencana revitalisasi, namun terbengkalai seiring terjadinya krisis moneter yang melanda Asia Timur, Indonesia tanpa terkecuali.
Selain dari arah barat wilayah Kecamatan Banjarsari memiliki akses yang relatif dekat dengan Provinsi Jawa Tengah, akses ini bisa dicapai melalui arah dari Kecamatan Kalipucang dan dari Kecamatan Lakbok melewati bendungan Manganti melalui jalur jalan Banjarsari-Lakbok. Akses ini bisa dicapai dengan menggunakan kendaraan umum dari Banjarsari, Kota Banjar, dan Kalipucang atau di wilayah terdekat dengan Provinsi Jawa Tengah seperti Kabupaten Banyumas dan sekitarnya.
Pendidikan
Taman kanak-kanak (TK) yang cukup baik di sini adalah TK Kartika yang dulunya bernama TK Merpati yang bertempat di dekat SDN Kotanyari, sekaligus di belakang kantor Komando Rayon Militer.[10] Sekolah dasar (SD) yang relatif populer di antaranya SDN Kotanyari dan SDN 9 Banjarsari. Rata-rata, gedung SD dibangun pada era 1970-an, tidak sedikit di antara gedung-gedung itu begitu memilukan, peremajaan bangunan berjalan lamban, kontras dengan gencarnya kampanye wajib belajar sembilan tahun dan adanya program bantuan operasional sekolah (BOS).
Sekolah menengah atas (SMA) atau yang sederajat di kecamatan ini di antaranya adalah Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Banjarsari, SMAN 2 Banjarsari, SMA Plus Al-Hasan, SMA Muhammadiyah Banjarsari, dan MA PUI Banjarsari. Kemudian sekolah menengah kejuruan (SMK) di antaranya SMK Siliwangi AMS, SMK Muhammadiyah 1 Banjarsari, SMK Muhammadiyah 2 Banjarsari, SMK Informatika Al-Ihya Banjarsari, dan SMK Maarif NU, sedangkan untuk sekolah menengah pertama (SMP) atau yang sederajat di kecamatan ini di antaranya adalah Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Banjarsari (di Desa Cibadak), SMPN 2 Banjarsari (di desa Cicapar), SMPN 4 Banjarsari, MTs Al-Hasan, MTs PUI Banjarsari (di Desa Cibadak), dan SMP Plus (di Desa Pasawahan).[11]
Perguruan tinggi (PT), di kecamatan ini baru dibuka setelah tahun 2000-an, yakni kelas jauh Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, pada kelas Diploma-2, untuk program penyediaan guru SD yang lebih baik.
Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam ada juga beberapa di sini. Salah satu di antaranya ialah Pondok Pesantren Miftahul `Ulum Pimpinan KH. Hasan Bisri yang terletak di Desa Kawasen. Di dalam pondok ini juga dikelola pendidikan formal seperti TK Plus Al-Hasan, MTs Al-Hasan, dan SMA Plus Al-Hasan. Para siswa yang datang dari berbagai daerah selain belajar secara formal mereka juga belajar mengaji di pondok ini. Dan yang terakhir adalah Pesantren Persatuan Islam (PPI) No. 100 Banjarsari yang didirikan oleh KH. Ade Abdurrahman, Lc. bersama rekan-rekannya sejak tahun 1992, hingga kini PPI mengelola pendidikan formal mulai dari tingkat Raudhatul Athfal (TPA), MTs hingga jenjang Mu'allimien. No. urut 100 di Pesantren ini mengacu pada No. urut jumlah pesantren yang didirikan dibawah Ormas Persatuan Islam yang berpusat di Viaduct, Bandung.[11][12]
Informasi dan telekomunikasi
Kode telepon tetap kecamatan ini adalah 0265,[13] berinduk kepada Tasikmalaya. Sambungan telepon cukup baik, menjangkau hampir setiap desa. Adapun pelayanan telekomunikasi seluler telah dijangkaui oleh semua operator GSM, menyusul beberapa operator CDMA dengan porsi yang lebih terbatas.
Internet sebagai media informasi yang penting mulai berkembang di sini, ini disebabkan karena biaya akses yang relatif terjangkau untuk sebagian penduduk. Penyedia jasa warnet pun banyak terdapat.
Siaran radio FM dapat diterima di sini, dipancarkan dari Tasikmalaya, Ciamis, Banjar, Purwokerto, Cilacap, dan kota-kota lain di Jawa Tengah.
Televisi TVRI Jawa Barat dapat diterima cukup baik di sini melalui gelombang VHF, selain itu juga dapat diterima TVRI Jawa Tengah (sebagai ganti untuk TVRI Yogyakarta). Siaran televisi pendidikan lokal adalah TV Edukasi yang dipancarkan dari sebuah SMK Negeri 1 Ciamis di pusat kabupaten. Siaran televisi swasta nasional yang dapat dinikmati di sini adalah RCTI, SCTV, ANTV, Indosiar, Trans TV, Trans 7, MNC TV, Metro TV, GTV, INEWS, dan NET.
Perekonomian
Mata pencaharian masyarakat kecamatan Banjarsari secara mayoritas adalah petani baik dengan mengelola sawah maupun kebun.[14] Sehingga wilayah kecamatan Banjarsari ini merupakan salah satu wilayah lumbung padi kabupaten Ciamis selain wilayah sekitarnya seperti kecamatan Padaherang. Komoditas beras yang dijual dari Banjarsari ini kemudian dijual ke pusat-pusat grosir beras di wilayah Jawa Barat maupun Jawa Tengah seperti kota Bandung, Jakarta, maupun ke Jawa Tengah seperti Surakarta dan sekitarnya.
Selain dari komoditas padi, kecamatan Banjarsari dulu terkenal dengan makanan khas yang terkenal yaitu "galendo". Galendo ini adalah makanan khas berupa hasil residu air santan dalam pembuatan proses minyak kelapa dan biasanya bisa dijadikan pakan khas wilayah Ciamis selatan yang disebut dengan "dage". Makanan khas ini dapat ditemukan di wilayah Ciamis selatan dan biasanya disajikan pada saat-saat tertentu.
Selain sektor pertanian, sektor perdagangan juga relatif berkembang karena secara tidak langsung wilayah kecamatan Banjarsari adalah sebagai hinterland dari Kota Banjar dan merupakan transit barang dan jasa dari dan menuju ke wilayah selatan yaitu Pangandaran dan sekitarnya. Hal ini terbukti dengan eksistensi pasar Banjarsari yang mampu mewadahi barang dan jasa dari dan ke wilayah perbatasan seperti kecamatan Lakbok, Padaherang, dan Kalipucang, Pangandaran serta wilayah sekitarnya bahkan Provinsi Jawa Tengah seperti Kabupaten Banyumas dan sekitarnya. Akhir dekade 90-an, di Banjarsari telah berdiri pusat-pusat perbelanjaan untuk mewarnai perekonomian dengan lingkup pasar dari wilayah sekitarnya hingga ke wilayah seperti kecamatan Pangandaran.[15]
Pada saat ini, home industry yang sedang berkembang di sini berupa penganan kecil, atau kudapan menjadi salah satu industri yang memiliki daya tarik baru. Pusat Home industries ini terletak di desa Cibadak, berupa pengembangan komoditas pisang pisang yang didehidrogenasi (sale goreng), kekewukan, cingir putri, kalatakan, kicimpring, keripik pisang, keripik singkong, dan lain-lain. Selain yang disebutkan eksplisit, bahan pokok mereka adalah terigu dan beras ketan.[16]
Selain industri tersebut, di wilayah ini telah dikembangkan juga industri rumah tangga berupa nata de coco yang merupakan industri kecil pengolahan air kelapa yang merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan di wilayah Ciamis selatan. Lingkup pasar industri ini termasuk wilayah sekitarnya seperti Kota Banjar, Ciamis, Tasikmalaya, hingga Bandung.[17][18]
Dulu pernah ada sejenis buah unggulan dari sini, yakni rambutan Si Oray, bentuknya kecil, bergerombol banyak, buahnya mudah mengelupas, bulunya cenderung jarang, rasanya manis. Kini sangat sulit dan kurang populer, mungkin karena banyaknya komoditas buah lain yang lebih mengemuka. Potensi tanaman ekonomis adalah pohon Albasia, sementara bahan tambang adalah batu gambit yang selama ini dikenal untuk bahan semen, campuran pasta gigi hingga bahan berbagai industri, baik kertas, gelas hingga cat.
Agama
Mayoritas penduduk memilih Islam sebagai agama mereka, masjid-masjid ada di setiap kampung. Namun ada beberapa penduduk yang memeluk Kristen Protestan, biasanya mereka beretnis Tionghoa dan terpusat di pusat kecamatan. Dahulu terdapat gereja di sini, tetapi karena sempat terjadi pengrusakan gereja pada tahun 1990-an,[19] tempat peribadatan dipindahkan ke kota Banjar, sejauh 20 kilometer ke arah barat laut.
Olahraga
Masyarakat Banjarsari Biasanya memilih olahraga Sepak Bola tetapi ada beberapa penduduk menyukai Basket, Badminton dan Sebagainya. Saat ini di Liga Ciamis Tim Sepak bola Banjarsari ialah Banjarsari FC yang berkandang di Lapangan Desa Banjarsari.[20]
Referensi
- ^ Struktur Organisasi Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis
- ^ a b "Ciamiskab - Website Pemerintah Kabupaten Ciamis". ciamiskab.go.id. Diakses tanggal 4 Desember 2021.
- ^ "Pedagang Banjarsari: "Pak Bupati Tolong Kami Jangan Dijadikan Anak Tiri"". kabarsbi.com. 20 Juli 2020. Diakses tanggal 8 Januari 2022.
- ^ a b c Sawunggalih, Mustafid (23 Agustus 2010). Slay, Widiyabuana, ed. "Banjarsari Kota Nyari, Kenapa Kini Memudar?". Tribunnews.com. Diakses tanggal 8 Januari 2022.
- ^ Batas wilayah Kecamatan Banjarsari
- ^ "Kantor Kecamatan Banjarsari". vymaps.com. Diakses tanggal 9 Januari 2022.
- ^ Suherman (7 September 2019). "Pasar Baru Banjarsari Ciamis Masih Semrawut". harapanrakyat.com. Diakses tanggal 9 Januari 2022.
- ^ "Polsek Banjarsari". vymaps.com. Diakses tanggal 9 Januari 2022.
- ^ Yasmin, Puti Aini (3 Januari 2019). "Ada KA Pangandaran, Kok Cuma Sampai Stasiun Banjar?". detikcom. Diakses tanggal 9 Januari 2022.
- ^ "(20262909) TK MERPATI". kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 9 Januari 2022.
- ^ a b "DAFTAR SATUAN PENDIDIKAN (SEKOLAH) PER Kec. Banjarsari". kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 9 Januari 2022.
- ^ "Daftar Lengkap Sekolah Persatuan Islam (PERSIS) Se-Indonesia". kangibay.net. Diakses tanggal 9 Januari 2022.
- ^ "Kecamatan Banjarsari 0265 6500001". semuabis.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-01-11. Diakses tanggal 9 Januari 2022.
- ^ Pahlevi, Andika; Ivan, Chovyan (2018). "Studi Identifikasi Kecamatan Lakbok, Banjarsari, Purwadadi dan Pamarican Sebagai Lumbung Padi di Kabupaten Ciamis". Karya Ilmiah Univesitas Islam Bandung. Fakultas Teknik.
- ^ Tato, Kusmanto (2006). "Penentuan Sektor Basis dan Sub Sektor Basis Serta Strategi Pengembangan Sub Sektor Basis di Wilayah Kota Otonom Banjar". Masters Thesis. Institut Pertanian Bogor: 2.
- ^ Pariwisata, Kementerian (14 Mei 2019). "10 Rekomendasi Kuliner Khas Ciamis untuk Menemani Libur Lebaran". Kumparan. Diakses tanggal 9 Januari 2022.
- ^ "Naza De Coco dari Banjarsari Ciamis Merambah Pasar Nasional". radartasikmalaya.com. 10 November 2020. Diakses tanggal 9 Januari 2022.
- ^ Kristiadi, Adi (10 November 2020). "Disabilitas Sukses Merintis Usaha Nata De Coco di Ciamis". Media Indonesia. Diakses tanggal 9 Januari 2022.
- ^ Sawunggalih, Mustafid (19 Agustus 2010). Iswidodo, ed. "Purnama Theatre Banjarsari, Nasibmu Kini?". Tribunnews.com. Diakses tanggal 9 Januari 2022.
- ^ Hendra (27 Januari 2016). "Kompetisi Askab Mencari Bibit Sepak bola". fokusjabar.id. Diakses tanggal 9 Januari 2022.
Pranala luar
- Mengenai Kabupaten Ciamis[pranala nonaktif permanen]
- Basis Data BKKBN[pranala nonaktif permanen]. Tentang daftar desa/kelurahan di Kecamatan Banjarsari. Diakses pada 20 Desember 2009.
- http://rc.tppn.info/kodelokasi/?lev=5&kd=320725[pranala nonaktif permanen]