Lompat ke isi

Laksa

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 4 November 2022 08.34 oleh Laqsa (bicara | kontrib)
Laksa
Sajian semangkuk Laksa Betawi di Australia
Nama lain
SajianMakanan utama
Tempat asalPersia[1]
DaerahAsia
Dibuat olehOrang Persia (asal-usul); kini juga dibuat oleh orang di seluruh dunia termasuk Orang Indonesia
Suhu penyajianHangat; panas
Bahan utamami khas laksa, kuah (bervariasi)
VariasiLaksa khas Indonesia (Laksa Banjar, Laksa Betawi, Laksa Bogor, Laksa Cibinong, Laksa Jepara, Laksa Medan, Laksa Tangerang)
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Laksa adalah suatu hidangan mi berasal dari Persia yang biasanya mengandung kuah dan biasanya berisi lauk (di Indonesia umumnya berlauk daging ayam, udang, telur ayam, dan lain sebagainya). Dari Persia, hidangan ini dibawa dan diperkenalkan oleh orang Persia ke seluruh dunia (utamanya berkaitan dengan aktivitas perdagangan), dan kemudian berkembang dalam berbagai varian (namun memiliki esensial yang sama); di Afghanistan hidangan ini disebut sebagai Lakhchak, di Armenia disebut Լապշա (Lapsha), di Belarus disebut локшына (Lokšyna), di Lithuania disebut Lakštiniai, di Palestina disebut Lokshen (biasanya dikaitkan dengan budaya Jewish), di Myanmar disebut ခေါက်ဆွဲ (Lakhaoswè/Khaoswè), di Russia disebut лапша (Lapsha), di Tiongkok disebut Laghman (biasanya dikaitkan dengan budaya Uyghur), sedangkan di Ukraina disebut локшина (Lokshyna).

Sejarah

Peta wilayah kekuasaan Kekaisaran Persia; wilayah di mana Laksa pertama kali berkembang

Sejarah mengenai kemunculan dan perkembangan hidangan Laksa tak dapat dipisahkan dari sejarah kejayaan Kekaisaran Persia yang pernah menguasai sebagian besar wilayah Asia Barat dan Asia Tengah.

Terminologi

Istilah Laksa secara etimologinya berasal dari bahasa Persia Kuno, yang artinya "licin";[1] merujuk kepada tekstur laksa yang kenyal dan licin saat disantap dikarenakan biasanya hidangan ini dihidangkan secara berkuah. Namun demikian, kata Laksa dalam bahasa Indonesia diambil dari bahasa Jawa Kuno[2] (yang kemungkinan diserap dari bahasa Sanskrit).

Mengikuti pola pengistilahannya, istilah Laksa ini tak dapat diragukan muncul pertama kali di wilayah Persia dan sekitarnya (yang mana juga mencakup wilayah penutur Sanskrit), hal ini dibuktikan dengan ditemukannya istilah Laksa dalam berbagai bahasa-bahasa pribumi di sekitar wilayah tersebut. Sebagai contohnya, di Afghanistan hidangan ini disebut sebagai Lakhchak, di Armenia disebut Լապշա (Lapsha), di Belarus disebut локшына (Lokšyna), di Lithuania disebut Lakštiniai, di Palestina disebut Lokshen (biasanya dikaitkan dengan budaya Jewish), di Myanmar disebut ခေါက်ဆွဲ (Lakhaoswè/Khaoswè), di Russia disebut лапша (Lapsha), di Tiongkok disebut Laghman (biasanya dikaitkan dengan budaya Uyghur), sedangkan di Ukraina disebut локшина (Lokshyna). Istilah Lasagna di Italia pun diduga berasal dari akar etimologi yang sama; yakni dari Persia Kuno.

Pada era modern, Laksa di Iran kini cenderung lebih dikenali sebagai aush, āshasheāsheaash, osh; kata "aush" ini secara spesifik berarti "sup/kuah kental" dalam bahasa-bahasa Iran. Namun, penggunaan istilah "Laksa" juga masih kerap ditemui.

Diperkenalkan ke Indonesia

Tidak diketahui secara pasti kapan diperkenalkannya Laksa ke Indonesia, namun berkemungkinan besar bahwa hidangan Laksa dibawa dan diperkenalkan oleh para pedagang Persia (ataupun India maupun Arab) yang datang ke Indonesia sejak ratusan ribu tahun yang lalu, dan pada tahun 1300-an hidangan ini sudah dikenal luas oleh masyarakat Jawa.

Berdasarkan penuturan Denys Lombard (pakar ilmu adat ketimuran berkebangsaan Perancis) dalam bukunya yang berjudul Le carrefour Javanais: Essai d'histoire globale II (bahasa Perancis yang berarti berarti "Persimpangan Jawa: Esai dalam Sejarah Global II"), salah satu catatan kuno yang menyinggung mengenai Laksa (sebagai hidangan mi) hanya dapat ditemukan dalam prasasti Biluluk berbahasa Jawa Kuno yang berasal dari tahun 1391 era Kemaharajaan Majapahit yang menyebutkan kata Haṅlaksa (ejaan modern: Hanglaksa),[3][2] yang mana kata bahasa Jawa Kuno tersebut memiliki arti "pembuat mi".[4] Kata dalam bahasa Jawa Kuno tersebut ditengarai diserap dari istilah dalam bahasa Sanskrit, yakni lakhshah yang berarti "seratus ribu", walaupun kata dalam bahasa Sanskrit ini tidak memiliki indikasi kaitan apapun dengan hidangan mi ini secara general; namun kata "-shah" di akhir kata menandakan bahwa kata ini berkemungkinan besar dipengaruhi oleh terminologi Persia Kuno.

Varian

Salah satu varian Laksa asli Persia

Ada berbagai jenis Laksa yang dikembangkan di seluruh dunia. Namun demikian, semua varian tersebut hakikatnya memiliki esensi yang sama; yakni berupa hidangan mi (ataupun pasta) berkuah yang divariasi dengan berbagai ragam isian.

Di Indonesia

Di Indonesia sendiri, ada berbagai macam Laksa yang dikembangkan mengikuti cita rasa selera lokal dan tradisi kuliner masyarakat setempat. Di antara varian Laksa khas Indonesia yang populer ialah:

Laksa Banjar

Sepiring hidangan Laksa Banjar

Laksa Bogor

Semangkuk hidangan Laksa Bogor

Laksa Betawi

Semangkuk hidangan Laksa Betawi

Laksa Cibinong

Laksa Jepara

Laksa Medan

Laksa Tangerang

Referensi

  1. ^ a b Vaughan, Julian; Metcalfe (2016). Itsu 20-minute Suppers: Quick, Simple & Delicious Noodles, Grains, Rice, & Soups [Itsu Makan Malam 20 Menit: Hidangan Mie, Biji-bijian, Nasi, & Sup yang Cepat, Sederhana & Lezat] (dalam bahasa Inggris). Octopus. ISBN 9781784721800. In fact, the word "laksa" derived from an ancient Persian word for noodles, "lakhsha", meaning slippery. [Secara faktanya, kata "laksa" berasal dari kata Persia Kuno untuk mi, "lakhsha", yang berarti licin.] 
  2. ^ a b Oudheidkundige Dienst in Nederlandsch-Indië (1912). Oudheidkundig Verslag [Laporan Arkeologi] (dalam bahasa Belanda). 
  3. ^ Yamin, Muhammad (1962). Tatanegara Madjapahit (dalam bahasa Bahasa Indonesia and Kawi). 2. Prapantja. 
  4. ^ Lombard, Denys (1996). Nusa Java : Réseau Asiatique [Nusa Jawa: Jaringan Asia] (dalam bahasa Prancis and Inggris). University of Michigan. 

Pranala luar