Lompat ke isi

Wikipedia:Bak pasir

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

J. Mario Belougi

Jouhard Mario Belougi (lahir 5 Mei 1975) adalah seorang pegiat lingkungan dan politik berkebangsaan Indonesia.


J. Mario Belougi
Berkas:Zinedine Zidane & J. Mario Belougi.jpg
Lahir5 Mei 1975 (umur 49)
Manado, Sulawesi Utara
PendidikanGrassroots Political Studies (GPS),
B.A, Ilmu Sosial Politik (UNTL)
PekerjaanAktivis, pegiat lingkungan
PasanganElizabeth Coloay (Wafat)
Anak3
PenghormatanWarga negara kehormatan dari pemerintah Timor Leste

Latar belakang

J. Mario Belougi lahir dari keluarga pra-sejahtera, yang berlatar belakang nelayan tradisional. Leluhurnya merupakan penganut Katolik dan agama kepercayaan yang bermukim di gugusan pulau-pulau kecil di perbatasan Indonesia-Filipina. Belougi menghabiskan masa kecilnya dengan segala keterbatasan, ia nyaris tidak mengenyam pendidikan formal karena faktor ekonomi.

Belougi menjalani kehidupan awal di pinggiran Kota Manado, Sulawesi Utara, dan diasuh oleh seorang ibu yang diklaim sebagai ibu biologisnya. Pada tahun 1980, Belougi ikut kerabatnya merantau ke Ujung Pandang, Sulawesi Selatan, di sini Belougi berafiliasi dengan komunitas arus bawah dan melakoni aktivitasnya sebagai pengamen jalanan, kehidupan jalan yang keras kemudian mengilhami kariernya dalam dunia aktivisme.

Catatan perjalanan

J. Mario Belougi mengawali kariernya dalam dunia aktivisme pada awal 1990-an, dengan menjadi aktivis jalanan di Kota Ujung Pandang, sejak awal Belougi menunjukkan sikap kontra terhadap oligarki, ia berkali-kali ditahan oleh pihak berwajib atas penolakannya terhadap diskriminasi dan intimidasi yang membatasi kebebasan berekspresi dan berpendapat. Ia ikut dalam gerakan penyelamatan rakyat miskin kota dan perlindungan cagar budaya tahun 1990, yang kemudian dikenal dengan gerakan Save Our Makassar.

Pada tahun 1994 Belougi direkrut oleh sebuah lembaga swadaya masyarakat menjadi fasilitator anti-deforestasi di pedalaman hutan Kalimantan, di sini awal mula Belougi berafiliasi dengan masyarakat adat melawan pelaku kejahatan lingkungan dan kemanusiaan. Pada Juli 1994, Belougi menjadi buronan pihak berwajib atas perannya memimpin aksi teror dan pembakaran kamp beserta peralatan sejumlah perusahaan pelaku pembalakan liar di sepanjang kawasan hutan bagian utara Pulau Kalimantan, serta menyandera dua orang polisi yang melindungi pelaku kejahatan kemanusiaan lintas negara yang beroperasi di perbatasan Indonesia-Malaysia.

Pada tahun 1994, Belougi bergabung dengan sebuah lembaga swadaya masyarakat melakukan advokasi atas eksploitasi lingkungan di areal PT. Aneka Tambang yang beroperasi di Pomalaa, Sulawesi Tenggara, di sini Belougi banyak terlibat diskusi bersama pegiat sosial dari kaum terpelajar terkait masalah lingkungan, demokrasi dan politik di daerah tertinggal. melalui kegiatan tersebut Belougi mengawali gerakan arus bawah untuk menolak dogmatisme pemerintah yang mengurung kebebasan dan merampas hak-hak dasar rakyat dalam demokrasi dan politik.

Setelah situasi politik Indonesia mulai bergejolak pertengahan 1996, Belougi mengorganisir elemen-elemen pegerakan arus bawah sebagai kelompok oposisi dan menyuarakan dukungan politiknya kepada Partai Uni Demokrasi Indonesia yang diketuai oleh tokoh pergerakan Dr. Sri Bintang Pamungkas. Pada Mei 1997, Belougi ditangkap di Dili, Timor Timur dan dijebloskan ke penjara tanpa melalui proses pengadilan.

Pada masa pemerintahan Presiden B.J. Habibie tahun 1999, Belougi menggalang aksi Solidaritas untuk Timor Timur dengan menggelar mimbar bebas di sejumlah daerah untuk mendesak semua pihak mengakhiri konflik politik di Timor Timur, mengecam pihak asing yang ikut campur urusan politik dalam negeri Indonesia, serta menolak Resolusi Dewan Keamanan PBB-1426 yang membentuk Misi khusus untuk melaksanan jajak pendapat di Timor Timur (UNAMET), aksi penolakan ini diikuti unjuk rasa di hampir seluruh penjuru negeri dan berakhir dengan pendudukan Kantor Kedutaan Amerika dan Australia di Jakarta pada Agustus 1999.

Kehidupan pribadi

J. Mario Belougi menikah menikah dengan Elizabeth Coloay, seorang relawan internasional UNHCR, keduanya bertemu di Timor Timur saat daerah tersebut dilanda krisis politik tahun 1999. Ia memiliki dua putri; Wanda Belougi (2002) dan Melani Belougi (2004) serta seorang putra; Ayyas Belougi (2012).

Sejumlah pegiat sosial asal Timor Leste dan Indonesia mengabadikan nama Belougi menjadi nama lembaga pendidikan, Belougi International College di Dili, Timor Leste, dan Universitas Mario Belougi di Manado, Sulawesi Utara, yang juga merupakan perguruan tinggi swasta terbesar di Indonesia Timur.

Kontroversi

  • Pada akhir 1998, kantor berita Australian Associated Press (AAP) mengutip pernyataan tokoh oposisi Australia, Laurie Brereton yang menyebut Belougi membocorkan rekaman kejahatan politik dan kemanusiaan di Timor Timur yang bakal dipertaruhkan pegiat hak asasi manusia di Mahkamah Pidana Internasional (ICC). Sosok Belougi kemudian menjadi menjadi kontroversi setelah dikabarkan menjadi korban dalam serangan Pembantaian Gereja Katolik Liquica, April 1999 yang menewaskan 200 orang lebih Umat Katolik.
  • Di tengah konflik antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) melawan pemerintah Indonesia, tahun 2001, dunia aktivisme Indonesia dihebohkan dengan beredarnya rekaman Belougi terlibat pembicaraan serius bersama pemimpin GAM, Hasan Tiro di suatu tempat yang tidak diketahui. GAM diduga berlindung dibalik kegiatan sosial yang di motori Belougi di pedalaman Aceh untuk memasok logistik ke daerah pelosok, dan kebenaran hubungan Belougi dengan GAM menjadi hal yang misteri.
  • Sosok Belougi kembali menjadi sorotan publik setelah namanya dikaitkan sebagai otak pelaku Insiden Pengibaran Bendera Filipina di Pulau Miangas tahun 2005, sebagai bentuk protes terhadap pemerintah Indonesia yang mengabaikan kedaulatan lingkungan, demokrasi dan hak asasi manusia yang berdampak pada kesenjangan sosial dan ekonomi rakyat di pulau-pulau terluar.

Catatan kaki