Pindad
Perseroan terbatas | |
Industri | Pertahanan |
Didirikan | 1808 (sebagai Constructie Winkel) 11 Februari 1983 (sebagai PT Pindad) |
Pendiri | Herman Willem Daendels |
Kantor pusat | Bandung, Indonesia |
Wilayah operasi | Indonesia |
Tokoh kunci | Abraham Mose[1] (Direktur Utama)POLRI [2] (Komisaris Utama) |
Produk |
|
Merek |
|
Jasa | |
Pendapatan | Rp 3,503 triliun (2020)[3] |
Rp 6,63 milyar (2020)[3] | |
Total aset | Rp 7,741 triliun (2020)[3] |
Total ekuitas | Rp 1,417 triliun (2020)[3] |
Karyawan | 2.578 (2020)[3] |
Induk | Len Industri |
Anak usaha | PT Pindad Enjiniring Indonesia PT Pindad Internasional Logistik |
Situs web | www |
PT Pindad adalah anak usaha Len Industri yang bergerak di bidang produksi peralatan pertahanan. Perusahaan ini memiliki dua pabrik, yakni di Bandung (tempat produksi senjata, kendaraan khusus, dan mesin industrial) dan di Turen (tempat produksi munisi dan bahan peledak komersial). Untuk mendukung kegiatan bisnisnya, perusahaan ini pun memiliki dua kantor perwakilan di Jakarta.[3][4] Perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan tertua di Indonesia (menurut keberlanjutan usaha) yang masih tetap berdiri sampai sekarang dan merupakan satu-satunya perusahaan manufaktur pertahanan di Indonesia.
Sejarah
Perusahaan ini memulai sejarahnya pada tahun 1808 saat Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Herman Willem Daendels mendirikan bengkel untuk memproduksi, memelihara, dan memperbaiki senjata dengan nama Constructie Winkel (CW) di Surabaya. Bengkel tersebut pun menjadi industri pertahanan pertama di Hindia Belanda. Daendels kemudian juga membangun bengkel munisi berskala besar dengan nama Proyektiel Fabriek (PF) dan laboratorium kimia di Semarang. Pada tahun 1850, pemerintah Hindia Belanda mendirikan bengkel produksi dan perbaikan munisi dan bahan peledak untuk Angkatan Laut dengan nama Pyrotechnische Werkplaats (PW) pada tahun 1850 di Surabaya. Pada tanggal 1 Januari 1851, nama CW diubah menjadi Artilerie Constructie Winkel (ACW). Pada tahun 1861, PW digabung ke dalam ACW, sehingga ACW memiliki tiga unit, yakni unit produksi senjata dan perkakasnya, unit produksi munisi dan bahan peledak, serta unit laboratorium penelitian.
Pecahnya Perang Dunia I pada pertengahan tahun 1914 melibatkan banyak negara Eropa, termasuk Belanda, sehingga pemerintah Hindia Belanda akhirnya memutuskan untuk merelokasi sejumlah perusahaan penting ke daerah lain yang dianggap lebih aman. Daerah yang dipilih sebagai tempat relokasi adalah Bandung, karena selain dikelilingi oleh perbukitan dan pegunungan, Bandung juga cukup strategis, karena dilalui oleh Jalan Raya Pos dan dilalui oleh jalur kereta api milik Staatsspoorwegen. Selain itu, Bandung juga tidak jauh dari ibu kota Hindia Belanda, yakni Batavia. Unit produksi senjata dan unit produksi munisi dari ACW dipindahkan dari Surabaya ke Bandung antara tahun 1918-1920. Sementara unit laboratorium penelitian dari ACW dipindahkan dari Semarang ke Bandung pada tahun 1932. Selain itu, Institut Pendidikan Pemeliharaan dan Perbaikan Senjata juga dipindah dari Jatinegara ke Bandung, dan kemudian namanya diubah menjadi Geweemarkerschool. Setelah selesai direlokasi, keempat unit tersebut digabung untuk membentuk Artilerie Inrichtingen (AI).
Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, AI tidak mengalami perubahan, namun nama unit-unitnya diubah, yakni unit produksi senjata diubah menjadi Dai Ichi Kozo (第一構造), Geweemarkerschool diubah menjadi Dai Ni Kozo (第二構造), unit laboratorium penelitian diubah menjadi Dai San Kozo (第三構造); unit produksi munisi diubah menjadi Dai Shi Kozo (第四構造), dan Monrage Artilerie diubah menjadi Dai Go Kozo (第五構造).
Setelah Jepang menyerah kepada Sekutu dan Indonesia merdeka, pada tanggal 9 Oktober 1945, Laskar Pemuda Pejuang berhasil merebut AI dan namanya pun diubah menjadi "Pabrik Senjata Kiaracondong". Pada masa Agresi Militer Belanda, Pabrik Senjata Kiaracondong dibagi menjadi dua perusahaan, yakni unit produksi senjata, unit produksi munisi, dan unit laboratorium penelitian digabung untuk membentuk Leger Produktie Bedrijven (LPB), sementara Geweemarkerschool diubah menjadi Central Reparatie Werkplaats.
Pasca Konferensi Meja Bundar pada tanggal 27 Desember 1949, LPB diserahkan oleh Belanda kepada pemerintah Indonesia. Nama LPB kemudian diubah menjadi "Pabrik Senjata dan Mesiu" (PSM) dan pengelolaannya diserahkan ke TNI Angkatan Darat. Sejak saat itu, PSM mulai mengadakan serangkaian percobaan untuk memproduksi laras senjata dan akhirnya berhasil memproduksi laras senjata berkaliber 9 mm dan pada bulan November 1950. PSM juga berhasil membuat laras berkaliber 7,7 mm. Namun PSM mengalami kekurangan tenaga ahli karena para pekerja asing dipulangkan ke negara asalnya. Oleh karena itu, PSM merampingkan lini produksinya dari 13 lini menjadi 6 lini, serta membentuk lini Munisi Kaliber Kecil (MKK). PSM juga melakukan modernisasi dengan membeli mesin-mesin baru untuk memproduksi senjata dan munisi, suku cadang, material, dan peralatan militer lainnya. Pada tanggal 1 Desember 1958, nama PSM diubah menjadi "Pabrik Alat Peralatan Angkatan Darat" (Pabal AD). Tidak lama kemudian, Pabal AD mengirim sejumlah pegawai mudanya ke luar negeri untuk belajar mengenai persenjataan dan balistik. Pabal AD lalu menjalin kerja sama dengan produsen senjata asal Eropa untuk membangun satu unit pabrik senjata ringan. Pemerintah Belanda kemudian juga menyerahkan sebuah pabrik tepung ubi kayu yang berada di Turen, Malang, dan kemudian dijadikan pabrik munisi oleh perusahaan ini.
Pada tahun 1962, nama Pabal AD diubah menjadi "Perindustrian Angkatan Darat" (Pindad). Serangkaian percobaan dan evaluasi produksi senjata baru kemudian dilakukan hingga mencapai hasil yang diharapkan, sehingga ABRI memutuskan untuk memakai sejumlah senjata buatan Pindad sebagai senjata standar. Setelah itu, perusahaan ini mulai memproduksi senjata secara massal. Pada awal tahun 1972, pemerintah Indonesia melakukan penataan organisasi, dan pada tanggal 31 Januari 1972, nama Pindad pun diubah menjadi "Komando Perindustrian Angkatan Darat" (Kopindad). Pada saat Operasi Seroja, senjata buatan Kopindad banyak mengalami kendala, sehingga pada tahun 1975, Kopindad menarik kembali 69.000 pucuk senjata yang telah diserahkan ke TNI Angkatan Darat. Kopindad kemudian mentransformasi dan memodifikasi beberapa senjata, antara lain SMN Madsen Setter MK III kaliber 30 mm menjadi SPM.1 kaliber 7,62 mm yang diproduksi sebanyak 4.550 pucuk. Perusahaan ini juga merancang senapan SS77 Kaliber 223. Pada tanggal 28 April 1976, nama Kopindad kembali diubah menjadi Pindad.
Pada dekade 1980-an, muncul ide untuk mengubah status Pindad menjadi sebuah perseroan terbatas, sebab dengan menjadi bagian dari TNI Angkatan Darat, ruang gerak Pindad cukup terbatas, karena sangat bergantung pada anggaran TNI Angkatan Darat. Pada awal tahun 1983, status Pindad resmi diubah menjadi persero.[3][4][5] Pada tanggal 12 Januari 2022, pemerintah resmi menyerahkan mayoritas saham perusahaan ini ke Len Industri, sebagai bagian dari upaya untuk membentuk holding BUMN yang bergerak di bidang industri pertahanan.[6]
Produksi Pindad
Senjata
PT Pindad telah sukses memproduksi berbagai senjata ringan yang sudah digunakan TNI dan Polri,[7] misalnya:
- SS1, kaliber 5,56 x 45 mm
- SS2, kaliber 5,56 x 45 mm
- AM1, kaliber 5,56 x 45 mm
- Pindad SP-1[8]
- Pindad SS3, kaliber 7,62 x 51mm
- SM2, kaliber 7,62 x 51 mm
- SM3, kaliber 5,56 x 45 mm
- SM5, kaliber 12,7 x 99 mm
- SMB-1, kaliber 12,7 x 99 mm
- P1, kaliber 9 x 19 mm Parabellum
- P2, kaliber 9 x 19 mm Parabellum
- G2, kaliber 9 x 19 mm Parabellum
- Pindad Revolver R1, kaliber .38
- Pindad Revolver R2, kaliber .38
- MAG4, kaliber 9 x 19 mm Parabellum
Pistol mitraliur / (Submachine gun)
- PM1, kaliber 9 x 19 mm Parabellum
- PM2, kaliber 9 x 19 mm Parabellum
- PM3, kaliber 9 x 19 mm Parabellum
Senapan runduk / (Sniper Rifle)
- SPR-1, kaliber 7,62 x 51 mm
- SPR-2, kaliber 12,7 x 99 mm[9]
- SPR-3, kaliber 7,62 x 51 mm NATO[10]
Lainnya
- Meriam howitzer Pindad ME-105, kaliber 105mm
- SG-1 12 Gauge
Kendaraan militer
- Pindad APR-1V 4x4
- Pindad APS-1 6x4
- Pindad APS-2 6x6
- Pindad APS-3 Anoa 6x6
- Pindad Badak
- Pindad Komodo 4x4[11][12][13][14]
- Water Cannon M1W-40
- Kendaraan RPP-M
- Tank SBS
- Medium Tank Harimau[15][16]
- Pindad Maung
- Pindad Cobra 8x8
- Pindad Elang
Produksi non-militer
Mesin Industri & Jasa
- Lini produk air brake prods
- Peralatan kelautan
- Naval seat
- Jasa Steering gears
- Towing winch Kelautan
- Tuna long line equipment
- Crane
- Dbl drum mooring winch
- Electric anchor winch
- Lain-lain
- Generator alternator (elektronika)
- Vacuum Circuit Breaker (elektronika)
- Laboratorium (Multi-industri)
- Palm Oil Refinery and Mill Plant (multi industri-EPC)
- Motor traksi (Transportasi)
- Perlengkapan rel kereta
- Produk-produk cor
- Produk-produk stamping
- Produk-produk tempa
Kendaraan sipil
- Pindad PIEV
- Pindad MotoEV
- Pindad MV2
Referensi
- ^ "Dewan Direksi". PT Pindad. Diakses tanggal 24 Desember 2021.
- ^ "Dewan Komisaris". PT Pindad. Diakses tanggal 24 Desember 2021.
- ^ a b c d e f g "Laporan Tahunan 2020" (PDF). PT Pindad. Diakses tanggal 24 Desember 2021.
- ^ a b "Profil Perusahaan". PT Pindad. Diakses tanggal 24 Desember 2021.
- ^ "Peraturan Pemerintah nomor 4 tahun 1983" (PDF). Sekretariat Kabinet Republik Indonesia. Diakses tanggal 24 Desember 2021.
- ^ "Peraturan Pemerintah nomor 5 tahun 2022" (PDF). Sekretariat Kabinet Republik indonesia. Diakses tanggal 19 Januari 2022.
- ^ "Pabrik Senjata di Bandung (2)". April 22, 2013.
- ^ "Pindad SP-1: Beraksi di Babak Awal Operasi Seroja, Ini Dia M14 Versi Indonesia". Indomiliter.com (dalam bahasa Inggris). 2016-09-26. Diakses tanggal 2020-12-07.
- ^ [https://web.archive.org/web/20101126154026/http://pindad.com/prodgul800.php?bahasa=2&varkdnews=MU127 Diarsipkan 2010-11-26 di Wayback Machine. PT Pindad, Amunition cal. 12,7 x 99 mm PT Pindad Amunition Cal. 12,7 x 99 mm]
- ^ https://www.pindad.com/spr-3-cal-762-mm
- ^ [1]
- ^ PT Pindad Produksi Lima Varian Rantis
- ^ "Komodo, Other Milestone for PT Pindad?".
- ^ "Kendaraan Tempur Made in Bandung".
- ^ [2]
- ^ [3]
Pranala luar
- Situs resmi: www.pindad.com Diarsipkan 2014-08-11 di Wayback Machine.