Jalan Transyogi
Jalan Transyogi yang memiliki nama awal Jalan Raya Cibubur–Jonggol atau yang sering disebut Jalan Alternatif Cibubur adalah sebuah nama jalan nasional[1] yang dibangun oleh Mantan Gubernur Jawa Barat Yogie Suardi Memet pada 1987 menjadi penghubung antara DKI Jakarta, Kota Depok, Kota Bekasi dengan Jonggol bahkan dapat menjadi alternatif menuju Cianjur, Kawasan Puncak dan Kota Bandung. Jalan ini melintasi Jakarta Timur, Kota Depok, Kota Bekasi, Kawasan Jonggol di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur.
Geografi
Jalan yang melintasi 5 (lima) kabupaten/kota ini terbagi menjadi 3 segmen yaitu
- Segmen 1 Cibubur (Ciracas-Cikeas-Cileungsi) sepanjang 10 km berstatus sebagai Jalan Nasional;
- Segmen 2 Jonggol Barat (Cileungsi-Mekarsari-Jonggol) sepanjang 14 km berstatus sebagai Jalan Provinsi;
- Segmen 3 Jonggol Timur (Jonggol-Cariu-Cikalongkulon) sepanjang 32,5 km berstatus sebagai Jalan Provinsi.[2]
Jalan ini melintasi dua provinsi dan lima kota/kabupaten:
- Daerah Khusus Ibukota Jakarta
- Jawa Barat
Sejarah
Jalan Transyogi mulai dibangun sejak tahun 1987, nama jalan ini berasal dari nama penggagasnya yaitu Gubernur Jawa Barat, Yogie Suardi Memet. Kehadiran jalan yang awalnya bernama Jalan Raya Cibubur-Jonggol mempersingkat jarak antara DKI Jakarta dengan Jonggol di Kabupaten Bogor yang sebelumnya harus melalui Cimanggis (via Pekapuran - Gunung Putri), Bekasi (via Rawalumbu - Bantargebang) atau jalan sempit yang melewati Jembatan Ciangsana.
Pada tahun 1997 bergulir wacana pemindahan Ibu kota Indonesia ke Jonggol. Pemerintah Pusat berencana menaikan status jalan menjadi Jalan Nasional serta memperlebar jalan ini menjadi 10-12 lajur. Jika terealisasi, maka Jalan Transyogi diklaim akan menjadi jalan paling lebar di Asia Tenggara, namun wacana tersebut tidak terlaksana akibat lengsernya Presiden Soeharto. Hingga saat ini lebar ruas Jalan Transyogi masih 6 lajur untuk Segmen 1, serta 4 lajur untuk segmen 2 dan segmen 3. Sejak tahun 2010 jalan ini telah dikenal sebagai jalur neraka karena kemacetan yang hampir setiap hari terjadi, hal tersebut diakibatkan oleh kapasitas jalan yang tidak lagi layak menampung kendaraan yang melintasi jalan tersebut.[3]
Permasalahan
Sejak tahun 2010 kemacetan menjadi identik dengan Jalan Transyogi, karena hampir setiap hari kerja jalan ini selalu mengalami kemacetan. Kemacetan di jalan ini beriringan dengan pesatnya pembangunan perumahan di Koridor Cibubur-Jonggol yang tidak disertai dengan peningkatan daya dukung jaringan transportasi, seperti tidak tersedianya transportasi massal berbasis rel yaitu Kereta Api, KRL, maupun LRT di Koridor Cibubur-Jonggol yang terhubung langsung dengan Jakarta. Akibatnya, penduduk di koridor tersebut tidak ada pilihan selain menggunakan kendaraan pribadi dan Jalan Transyogi menjadi satu-satunya akses terbaik menuju Jakarta.[4]
Selain permasalahan kemacetan yang akut dan rendahnya daya dukung transportasi, Jalan Transyogi memiliki masalah lain yang tidak kalah pentingnya yaitu buruknya penataan kota/penggunaan lahan kawasan sekitar jalan hingga minimnya infrastruktur keamanan dan keselamatan bagi pengendara maupun pejalan kaki di jalan tersebut, seperti minimnya rambu lalu lintas, tidak adanya Jembatan Penyebrangan Orang (JPO), kurangnya penerangan, tidak tersedia trotoar yang layak, hingga kurangnya pengawasan terhadap jam operasional bagi kendaraan besar seperti truk.[5]
Kementerian Perhubungan melalui Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek, maupun Pemerintah Provinsi Jawa Barat, beserta beberapa Pemerintah Kabupaten/Kota setempat yang bertanggungjawab terhadap pengelolaan Jalan Transyogi dianggap kurang memberikan perhatian terhadap Jalan Transyogi dan kawasan sekitarnya.[6]
Transportasi
- LRT Jabodebek
- Mikrotrans[7]
- JAK-28: Pasar Rebo-Taman Wiladatika[7]
- JAK-73: Jambore-Pasar Rebo[7]
- Layanan Bus Bandara Soekarno-Hatta[8]
- DAMRI: Cileungsi-Bandara Soekarno-Hatta
- Layanan Bus Lainnya
Angkutan Kota
- D17: Terminal Jatijajar-Stasiun Harjamukti PP
- D79: Cisalak-Radar Auri-Leuwinanggung PP
- D121: Cileungsi-Jambore-Terminal Kampung Rambutan PP
- D121A: Ciangsana-Jambore-Terminal Kampung Rambutan PP
- K44: Komsen-Jambore-Terminal Kampung Rambutan PP
- K56: Cawang UKI-Jambore-Cileungsi PP
- P01: Cisalak-Cibubur-Cileungsi PP
- T02: Cileungsi-Jambore-Terminal Ciawi PP
- T05: Cileungsi-Jambore-Terminal Laladon PP
- T13: Taman Bunga Wiladatika-Cililitan PP
- T91: Wanaherang-Jambore-Terminal Kampung Rambutan PP
Keterangan:
- Trayek Angkutan Kota bernomor D, armadanya milik Kota Depok.
- Trayek Angkutan Kota bernomor K, armadanya milik Kota Bekasi.
- Trayek Angkutan Kota bernomor P, armadanya milik Kabupaten Bogor.
- Trayek Angkutan Kota bernomor T, armadanya milik Kota Jakarta Timur.
Insiden
Pada tanggal 18 Juli 2022 pukul 16.00 di Lampu Merah Cibubur CBD yang terletak tepat di perbatasan antara Kota Bekasi dan Kabupaten Bogor. Terjadi insiden yang melibatkan truk tangki milik Pertamina, mobil, dan sejumlah sepeda motor. Akibat dari insiden tersebut belasan pengendara tewas dan belasan lainnya luka-luka.
Insiden tersebut disebabkan oleh truk tangki milik Pertamina yang mengalami rem blong. Selain itu, keberadaan Lampu Merah CBD Cibubur juga dianggap sebagai penyebab utama, karena posisinya yang berada di turunan dan tikungan yang cukup tajam. Keberadaan lampu merah tersebut merupakan usulan dari pihak pengembang Cibubur CBD yang dimaksudkan untuk memberikan kemudahan bagi penghuni, pengguna, maupun pengunjung yang akan keluar masuk Cibubur CBD.[14]
Lihat pula
Referensi
- ^ Rivalino, Boy (2022-10-19). "Revitalisasi Jalan, Pemkot Depok Bangun Komunikasi dengan Pusat dan Provinsi". MONITOR. Diakses tanggal 2022-11-05.
- ^ merdeka.com. "Kisah Jalan 10 km Milik 4 Kabupaten yang Dinamai Gubernur Jabar". kompas.com. Diakses tanggal 2022-05-01.[pranala nonaktif permanen]
- ^ infobogortimur.com. "Jalan Transyogi Dari 4 Kabupaten Kota Hingga Kisah Misteri". infobogortimur.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-12-15. Diakses tanggal 2022-05-01.
- ^ jakarta.bisnis.com. "Pemkab Bogor Diminta Urai Kemacetan di Kawasan Transyogi". jakarta.bisnis.com. Diakses tanggal 2022-05-01.
- ^ kompas.com. "Kecelakaan Fatal Truk di Cibubur Lokasi Dianggap Rawan". kompas.com. Diakses tanggal 2022-07-19.
- ^ suara.com. "Lokasi Tabrakan Maut Truk Pertamina di Cibubur Anggota Komisi V DPR Bakal Evaluasi BPTJ dan Kemenhub". suara.com. Diakses tanggal 2022-07-19.
- ^ a b c "Rute Transjakarta & Mikro Trans". transjakarta.co.id. Diakses tanggal 2022-05-29.
- ^ "Panduan Penumpang - Rute Transportasi Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta". soekarnohatta-airport.co.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-01-25. Diakses tanggal 2022-07-30.
- ^ "Rute Bus Blok M - Cileungsi". web.trafi.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-06-30. Diakses tanggal 2022-06-30.
- ^ "Rute Bus Tanjung Priok - Cileungsi". web.trafi.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-06-30. Diakses tanggal 2022-06-30.
- ^ "Rute Bus Kalideres - Cileungsi". web.trafi.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-06-30. Diakses tanggal 2022-06-30.
- ^ "Rute Bus Tanah Abang - Cileungsi". web.trafi.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-06-30. Diakses tanggal 2022-06-30.
- ^ "Rute Bus Senen - Cileungsi". web.trafi.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-06-30. Diakses tanggal 2022-06-30.
- ^ news.detik.com. "Siapa Usul Pasang Lampu Merah di Turunan Lokasi Kecelakaan Maut Cibubur". news.detik.com. Diakses tanggal 2022-07-19.