Advanced Mobile Phone System
Bagian dari seri |
Generasi telepon genggam |
---|
Telekomunikasi seluler |
Advanced Mobile Phone System (AMPS, dalam Bahasa Indonesia artinya Sistem Telepon Bergerak Mutakhir) adalah standar sistem telepon seluler analog yang awalnya dikembangkan oleh Bell Labs (selanjutnya dikembangkan bersama dengan Motorola). Jaringan AMPS pertama kali diperkenalkan di publik Amerika Serikat pada 13 Oktober 1983,[1] dan merupakan sistem analog yang umum digunakan di sana sampai awal 2000-an. Selain di AS, pada 1997 terdapat 72 negara yang juga mengoperasikan jaringan AMPS, termasuk Indonesia yang hampir semuanya sudah digantikan dengan sistem lain yang lebih modern.
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Upaya membangun sistem jaringan seluler pertama dimulai oleh Bell Labs, dengan penelitiannya dipusatkan di Motorola. Pada tahun 1960, John F. Mitchell,[2][3][4] seorang insinyur listrik lulusan Institut Teknologi Illinois, menjadi kepala teknisi Motorola untuk produk komunikasi selulernya.
Sebenarnya, Motorola telah lama memproduksi telepon untuk keperluan telepon mobil, tetapi telepon jenis ini terlalu besar dan berat, ditambah menggunakan terlalu banyak tenaga sehingga harus digunakan saat mesin mobil menyala. Mitchell dan timnya, termasuk Martin Cooper, mengembangkan telepon seluler portabel dan mereka mendapat hak paten untuk penemuannya pada 1973. Dalam ujicoba produk telepon seluler pertama ini, prototipe produk mereka dikabarkan berhasil melakukan hubungan namun ke nomor yang salah.[5][6] Dalam perkembangan selanjutnya, pada tahun 1983 Motorola memperkenalkan DynaTAC 8000x yang ukurannya lebih kecil sehingga mampu dibawa dengan mudah.
Di saat yang bersamaan ketika Motorola mengembangkan telepon seluler pertamanya, dari tahun 1968-1983 Bell Labs mengembangkan sistem jaringan AMPS. Sistem ini pertama kali diluncurkan di Chicago, Illinois, pada tahun 1979. Kemudian, Motorola (dan perusahaan telekomunikasi lain), mulai memproduksi perangkat yang dapat menggunakan jaringan baru ini.
Selain telepon seluler buatan Motorola, pada tahun 1992, ponsel cerdas pertama (walaupun pada saat itu belum ada istilah ini) bernama IBM Simon juga menggunakan AMPS. Telepon pintar ini didesain oleh Frank Canova di IBM, dan kemudian mulai dipasarkan ke publik pada 1994 oleh BellSouth, menggunakan merek Simon Personal Communicator.[7][8]
Pada tahun 2002, FCC tidak lagi mewajibkan operator di AS untuk menyediakan layanan AMPS mulai tanggal 18 Februari 2008. Seluruh jaringan analog ini kemudian diubah menjadi sistem digital CDMA2000 atau GSM. Di Kanada, tidak seperti di AS regulator di sana tidak mewajibkan operator untuk mengoperasikan jaringan ini sehingga operator sendirilah yang memiliki inisiatif untuk menghentikannya. Bell Mobility dan Telus Mobility, yang mengoperasikan jaringan AMPS di Kanada, kemudian lebih memilih mengikuti keputusan FCC untuk menyetop operasi AMPS-nya pada 2008.[9]
Teknologi
[sunting | sunting sumber]AMPS adalah teknologi seluler generasi pertama yang menggunakan frekuensi terpisah, untuk setiap percakapan. Oleh karena itu diperlukan lebar pita yang cukup besar jika sistem ini dipergunakan oleh banyak orang. Secara umum, AMPS sangat mirip dengan sistem 0G bernama Improved Mobile Telephone Service yang digantikannya, tetapi lebih baik dalam pemilihan frekuensi, melakukan komunikasi dengan sistem PSTN, dan lainnya. Namun, yang paling membedakan adalah sistem back end, yang membuat frekuensi yang sama bisa digunakan di berbagai lokasi tanpa saling mengganggu.[10][11]
Walaupun demikian, sebagai sistem pionir, AMPS juga memiliki banyak kelemahan jika dibandingkan teknologi saat ini. Sistem analog yang dipakainya membuatnya mudah terganggu oleh suara-suara lain, dan mudah sekali disadap dengan perangkat khusus. Namun, masalah utama yang dikenal umum adalah kloning pada telepon AMPS yang merugikan operator seluler jutaan dolar.[12] Dengan perangkat khusus (yaitu penerima sinyal radio, komputer dan HP AMPS), seorang penjahat bisa mengkloning jaringan AMPS sehingga ia mampu menelepon dengan jaringan ini secara gratis tanpa diketahui pelanggan sebenarnya. Masalahnya menjadi begitu besar sehingga beberapa operator memerlukan penggunaan PIN sebelum melakukan panggilan. Kemudian, diciptakan teknologi baru yang disebut RF Fingerprinting yang mampu mendeteksi sinyal kloning tersebut. Seiring dengan makin turunnya biaya operator seluler, maka kloning (di Amerika) makin lama semakin turun.
AMPS awalnya distandarisasi oleh American National Standards Institute (ANSI) sebagai EIA/TIA/IS-3. EIA/TIA/ IS-3 telah digantikan oleh standar EIA/TIA-553 dan standar interim TIA yang berteknologi digital. Layanan seluler AMPS beroperasi di frekuensi 850 MHz. Di Amerika Serikat, Federal Communications Commission (FCC) mengizinkan dua pemegang lisensi jaringan yang dikenal sebagai operator "A" dan "B". Setiap operator menggunakan "blok" frekuensi tertentu. Awalnya, operator "B" (kabel) biasanya diberikan untuk perusahaan telepon lokal, dan operator "A" (non-kabel) diberikan kepada penyedia telepon nirkabel. Seiring dengan makin meluasnya penggunaan AMPS di Amerika, kapasitasnya diizinkan oleh FCC untuk diperluas.
Undang-undang AS melarang produksi dan penjualan perangkat penerima yang menggunakan frekuensi yang digunakan AMPS. Meskipun AMPS tidak lagi beroperasi, undang-undang ini tetap berlaku.[13][14]
Pengembangan teknologi AMPS
[sunting | sunting sumber]AMPS Narrowband
[sunting | sunting sumber]Pada tahun 1991, Motorola berusaha meningkatkan kualitas AMPS yang dikenal sebagai AMPS Narrowband (N-AMPS). Namun, sistem ini kurang sukses.[15]
AMPS Digital
[sunting | sunting sumber]Belakangan, banyak jaringan AMPS yang sebagian diubah menjadi D-AMPS, atau nama lainnya adalah TDMA. D-AMPS telah digunakan sejak 1993[16] dan merupakan sistem standar 2G digital yang dioperasikan oleh sejumlah operator di seluruh dunia. Layaknya AMPS, kebanyakan jaringan D-AMPS sudah tidak dioperasikan lagi dan diganti sistem lain yang lebih canggih.
Teknologi penerus
[sunting | sunting sumber]AMPS dan D-AMPS kebanyakan telah digantikan CDMA2000 atau GSM, yang memungkinkan transfer data dengan kapasitas lebih tinggi sehingga mampu mendukung layanan WAP, MMS, dan akses internet nirkabel. Beberapa telepon mampu mendukung AMPS, D-AMPS dan GSM dalam satu perangkat.
Perusahaan yang mengoperasikan AMPS
[sunting | sunting sumber]Indonesia
[sunting | sunting sumber]AMPS merupakan salah satu sistem jaringan seluler awal yang masuk ke Tanah Air, selain Nordic Mobile Telephone (NMT). Sistem AMPS diizinkan pemerintah lewat Kepmenparpostel KM 94/PB103/MPPT-84, dengan awalnya ditujukan untuk telepon mobil. Layanan ini kemudian baru diluncurkan pada 1991, yang merupakan hasil kerjasama PT Telekomunikasi Indonesia dan sejumlah perusahaan swasta dengan sistem bagi hasil. Perusahaan-perusahaan tersebut, yaitu:[17][18]
- PT Elektrindo Nusantara, diberi izin pada 26 November 1988 untuk membangun jaringan AMPS di Jakarta dan Bandung (dengan kapasitas 25.000 pengguna), dilanjutkan di Medan dan Ujungpandang. Operasionalnya menggunakan frekuensi 10 MHz. Layanan Elektrindo kemudian diluncurkan pada November 1991.[19][20]
- PT Centralindo Panca Sakti, mendapat izin pada tahun 1989 untuk membangun jaringan AMPS di Jakarta dan Surabaya (bekerjasama dengan Industri Telekomunikasi Indonesia). Selanjutnya, proyek ini dilanjutkan ke Semarang-Yogyakarta-Solo dan Surabaya-Malang dengan kapasitas total 9.500 pengguna. Layanan AMPS Centralindo merupakan yang pertama di Indonesia, diluncurkan pada 2 Juli 1991.[21] Belakangan, bisnis pengoperasian jaringan AMPS perusahaan ini dialihkan ke perusahaan afiliasinya, PT Centralindo Pancasakti Cellular.[22]
- PT Telekomindo Primabhakti, diberi izin pada tahun 1990 untuk membangun jaringan AMPS di daerah Palembang, Denpasar dan Samarinda-Balikpapan-Banjarmasin dengan target 7.800 pengguna. Operasional AMPS Telekomindo merupakan yang terakhir diluncurkan dan terkecil dalam jumlah pemakai.
Pada tahun 1995, seluruh operasional bagi hasil ini kemudian ditransformasikan menjadi perusahaan patungan PT Telkom dan perusahaan swasta tersebut. Masing-masing mendapatkan jatah untuk beroperasi di wilayahnya masing-masing.
- Layanan PT Elektrindo Nusantara bertransformasi menjadi Komselindo (Komunikasi Selular Indonesia), dimiliki secara patungan oleh Bimantara Citra dan Telkom. Komselindo mulai beroperasi pada 1 Juni 1995[23][24] dengan wilayah layanan di Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Jabodetabek, Sumatera Utara dan Aceh.[25] Komselindo awalnya merupakan operator seluler AMPS terbesar di Indonesia dengan 166.500 pelanggan,[26] namun seiring dengan makin populernya GSM, maka pelanggannya terus merosot menjadi 23.485 pada 2003.[27]
- Layanan PT Centralindo Pancasakti Cellular bertransformasi menjadi Metrosel (Metro Selular Nusantara), dimiliki secara patungan oleh Napan Group dan Telkom.[28] Metrosel beroperasi di Jawa Tengah, Jawa Timur, Irian Jaya dan Maluku.[29] Mulai beroperasi pada akhir 1995, awalnya pada 1997 operator ini berada di nomor 2 setelah Komselindo dengan 41.178 pelanggan namun kemudian terus meningkat menjadi 78.519 pada 2002.[30]
- Layanan PT Telekomindo Primabhakti bertransformasi menjadi Telesera (Telekomindo Selular Raya), dimiliki oleh Rajawali Wira Bhakti Utama (selanjutnya oleh Telkom).[31][32] Telesera merupakan satu-satunya operator yang beroperasi dengan sistem bagi hasil, sejak 1996 dengan wilayah layanan di Bali, Kalimantan dan Sumatera Selatan.[31][33][34] Telesera merupakan operator AMPS terkecil di Indonesia, dengan pelanggannya mencapai 6.705 pada 1997 dan akhir 2001 sebesar 7.556.[31][33]
Operasional AMPS yang awalnya hanya untuk telepon mobil, kemudian juga diperluas ke telepon seluler. Adapun frekuensi yang digunakan ada di 835-845 dan 880-890 MHz dengan bandwith 20 MHz.[35] Walaupun ketiga operator bisa meraih lebih dari 200.000 pengguna pada puncaknya, tetapi seiring waktu sistem ini kalah pamor dari GSM sehingga penggunanya semakin menurun. Berbagai upaya pun dilakukan seperti rencana konversi jaringan ke sistem CDMA, upaya konsolidasi dan kerjasama antar operator, namun banyak yang kurang berhasil. Pada akhirnya, ketiga perusahaan ini diakuisisi dan dijadikan anak usaha dari PT Mobile-8 Telecom pada 2003-2004.[36][37][38] Seluruh jaringan AMPS ketiga operator kemudian dikonversi menjadi CDMA2000 seiring peluncuran layanan Mobile-8 Telecom bernama Fren pada 8 Desember 2003, yang berarti mengakhiri operasional jaringan ini di Indonesia. Ketiga perusahaan akhirnya dileburkan dengan induknya pada 2007, dan sebagai penerus dari tiga operator saat ini adalah Smartfren Telecom yang masih beroperasi dengan sistem 4G LTE.
Negara lainnya
[sunting | sunting sumber]- Verizon Wireless di AS. Sebelumnya mengoperasikan jaringan AMPS yang dihentikan pada tanggal 18 Februari 2008. Layanannya digantikan dengan sistem CDMA2000.
- Bell Mobility dan Telus Mobility mengoperasikan jaringan AMPS di Kanada. Keduanya menonaktifkan jaringan AMPS mereka pada tahun 2008.[9]
- Alltel — Pada tahun 2005, operator di AS ini mengungkapkan bahwa hanya 15% pelanggan mereka yang masih menggunakan jaringan AMPS yang ada. Setelah melalui tiga fase, sistem AMPS dan D-AMPS mereka ditutup pada September 2008.
- Moviline (Telefónica Servicios Uno sejak 1971, Moviline sejak 1994) adalah penyedia layanan analog untuk operator Spanyol. Sejak 31 Desember 2003, sistem ini tidak menerima pelanggan baru lagi, dan perlahan-lahan digantikan oleh GSM.[39]
- AT&T Mobility - Di AS, dimana area di mana AT&T Mobility sebelumnya mengoperasikan D-AMPS berfrekuensi 1900 MHz, layanannya dihentikan pada 2007. Layanan AMPS dan D-AMPS di 850 MHz tersisa dihentikan pada tanggal 18 Februari 2008, kecuali di wilayah yang layanannya disediakan oleh Dobson Communications. Jaringan AMPS dan TDMA Dobson ditutup pada tanggal 1 Maret 2008.
- Telecom New Zealand (sekarang Spark New Zealand) - mengoperasikan jaringan AMPS/TDMA di Selandia Baru dari tahun 1987 hingga 2007, yang jangkauannya sangat luas disana. Pada tahun 2000 Telecom mengumumkan bahwa mereka akan menghentikan jaringan AMPS pada 2005, dengan masa transisi selama 5 tahun agar pelanggannya beralih ke CDMA2000. Setelah diperpanjang selama 2 tahun, 31 Maret 2007 jaringan AMPS/TDMA Telecom New Zealand berhenti berfungsi.
- Telstra (sebelumnya Telecom Australia) - mengoperasikan jaringan AMPS di Australia dari Februari 1987 hingga akhir 2000. Sebagai bagian dari rencana membangun persaingan operator seluler di Australia, pemerintah Australia menetapkan GSM sebagai standar baru untuk jaringan seluler, dan mengharuskan Telstra menutup jaringan AMPS pada tahun 2000. Pada akhir 1999 layanannya mulai ditutup, diperpanjang hingga akhir 2000 untuk wilayah tertentu dengan target beralih ke CDMA.
- SaskTel - mengoperasikan jaringan AMPS di Saskatchewan, Kanada, dan merupakan operator AMPS terbesar ketiga di dunia pada saat penghentiannya.[40] Layanan ini akhirnya dihentikan pada 2 Januari 2010 setelah 21 tahun beroperasi.
- Etisalat (dahulu bernama Celltel/TIGO) pernah mengoperasikan jaringan AMPS terbesar di Sri Lanka. Jaringan ini secara resmi ditutup pada 31 Oktober 2006 setelah 17 tahun beroperasi.
- Pelephone - mulai mengoperasikan jaringan AMPS di Israel pada tahun 1986. Pada pertengahan 1990-an diubah menjadi CDMA (awalnya CDMAOne, lalu menjadi CDMA2000).
- Singtel (sebelumnya dikenal sebagai Telecommunications Equipment) - mengoperasikan jaringan AMPS dengan nama Cellular Mobile Radio System (CMRS), di Singapura dari tahun 1988 hingga 1994. Pada tahun 1989, Mass Rapid Transit (MRT) Singapura menjadi sistem angkutan cepat pertama di dunia yang memiliki jaringan seluler di dalam stasiun dan terowongan bawah tanah berteknologi AMPS.[41] Singtel menonaktifkan jaringan AMPS pada tahun 1994 setelah GSM diimplementasikan.[42]
- Paktel diberi lisensi AMPS pada awal 1990 untuk mengoperasikan jaringan telepon seluler di seluruh Pakistan, sebagai operator pertama. Jaringan ini akhirnya digantikan GSM pada 2004.
Lihat juga
[sunting | sunting sumber]- NMT, jaringan analog lain yang pernah dioperasikan di Indonesia.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ AT&T Tech Channel (June 13, 2011). "AT&T Archives : Testing the First Public Cell Phone Network". Techchannel.att.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal October 29, 2013. Diakses tanggal September 28, 2013.
- ^ "John F. Mitchell Biography". Brophy.net. August 7, 2012. Diakses tanggal September 28, 2013.
- ^ "The Top Giants in Telephony". Historyofthecellphone.com. June 11, 2009. Diarsipkan dari versi asli tanggal January 17, 2013. Diakses tanggal September 28, 2013.
- ^ "Who invented the cell phone?". Brophy.net. August 7, 2012. Diakses tanggal September 28, 2013.
- ^ Motorola Executive Helped Spur Cellular Revolution, Oversaw Ill-fated Iridium Project, The Wall Street Journal, Remembrances, June 20–21, 2009, p. A10
- ^ Lane, Clare (June 17, 2009). "John F. Mitchell, 1928–2009: Was president of Motorola from 1980 to '95". Chicago Tribune. Diakses tanggal December 5, 2011.
- ^ Sager, Ira (June 29, 2012). "Before IPhone and Android Came Simon, the First Smartphone". Bloomberg Businessweek. Bloomberg L.P. Diakses tanggal June 30, 2012.
Simon was the first smartphone. Twenty years ago, it envisioned our app-happy mobile lives, squeezing the features of a cell phone, pager, fax machine, and computer into an 18-ounce black brick.
- ^ Schneidawind, John (November 23, 1992). "Poindexter putting finger on PC bugs; Big Blue unveiling". USA Today. hlm. 2B.
- ^ a b "SP&T News". Sptnews.ca. September 21, 2013. Diakses tanggal September 28, 2013.
- ^ Z. C. Fluhr and Philip T. Porter, "AMPS: Control Architecture", Bell System Technical Journal, vol. 58, 1, pages 1–14, January 1979. (Note: Porter was the Bell Labs engineer who proposed that the cell towers be at the corners of the hexagons rather than the centers and have directional antennas that would transmit/receive in 3 directions into 3 adjacent hexagon cells.)
- ^ W. Rae Young, "AMPS: Introduction, Background, and Objectives", Bell System Technical Journal, vol. 58, 1, pages 1–14, January 1979. (Note: Young was the Bell Labs engineer who invented the hexagonal cell concept.)
- ^ O'Malley, Kathy (March 19, 1995). "COSTLY CELLULAR PHONE FRAUD RISES WITH NUMBER 'CLONING'". Chicago Tribune. Diakses tanggal June 18, 2019.
- ^ "Why are cellular bands blocked on receivers?". Forum-General discussion about technology and policy. Arrl.org. Diakses tanggal September 28, 2013.
- ^ 47cfr15.121 http://edocket.access.gpo.gov/cfr_2010/octqtr/47cfr15.121.htm and http://wireless.fcc.gov/services/index.htm?job=service_home&id=cellular
- ^ Mobile telephone Encyclopædia Britannica.
- ^ Anton A. Huurdeman, The Worldwide History of Telecommunications, John Wiley & Sons, 31 juli 2003, page 533
- ^ 50 tahun peranan pos & telekomunikasi
- ^ Profile of Indonesian Telecommunications Industry & Development
- ^ The APT Yearbook
- ^ Eksekutif, Masalah 145-150
- ^ Eksekutif, Masalah 159-162
- ^ Annual Report
- ^ Informasi, Volume 16,Masalah 183-186
- ^ Untold Story IPO Telkom di NYSE & BEJ
- ^ Ummat, Volume 2,Masalah 21-26
- ^ Informasi, Masalah 203-208
- ^ Yearbook of asia-pacific telecommunications
- ^ Media caraka
- ^ Annual report First Pacific 1996
- ^ Yearbook of asia-pacific telecommunications
- ^ a b c Yearbook of Asia-Pacific Telecommunications
- ^ Towards a Knowledge-based Economy: East Asia's Changing Industrial Geography
- ^ a b Informasi, Masalah 203-208
- ^ Telecommunications in Asia: Policy, Planning and Development
- ^ Alokasi Frekuensi KEBIJAKAN DAN PERENCAN (1)
- ^ LapTahunan Mobile-8 2006
- ^ Telecommunications Reform in the Asia-Pacific Region
- ^ Gamma, Volume 3,Masalah 6-14
- ^ End of Spanish analogue mobile telephone services (in Spanish), El País (Spain). Article dated 2004-01-22. Retrieved November 28, 2017.
- ^ GSMA Intelligence (May 16, 2013). "GSMA Intelligence". Wirelessintelligence.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal May 30, 2013. Diakses tanggal September 28, 2013.
- ^ "Supercharging Singapore". The Straits Times.
- ^ Janice Lim (June 15, 2015). "How mobile services in Singapore have evolved". Channel NewsAsia. Diarsipkan dari versi asli tanggal March 23, 2017. Diakses tanggal March 22, 2017.