Lompat ke isi

Anwas

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 7 Februari 2024 02.05 oleh Sab'atun (bicara | kontrib)

Anwas
أنوس
Nama lainEnos
AnakQinan
Orang tua
KerabatAnwar (sepupu)

Anwas merupakan putra dari Syits dan Azura, dia merupakan leluhur nabi Nuh AS.

Nama

Anwas (bahasa Arab: أنوس, translit. Anwas) memiliki arti manusia yang berasal dari kata ناس, beberapa orang menyebutnya dengan nama Anusy , Anus , Anwasy dan Enwash.

Kisah

Islam

Dikisahkan bahwa nabi Syits AS merupakan putra dari nabi Adam AS yang terlahir secara tunggal (tidak kembar) untuk menggantikan Habil, Syits memiliki pasangan yakni Azura serta Syits juga merupakan seorang nabi. Sebagai seorang nabi, Syits menerima perintah-perintah dari Allah yang ditulis dalam 50 suhuf/sahifah.[1]

Dari hasil pernikahan antara Syits dengan Azura, dilahirkan lah anak kembar yakni Anwas dan saudarinya Anwam atau Anum, karena masa itu belum ada larangan menikah dengan saudara sedarah, maka Anwas dan Anwam pun menikah hingga dikaruniai anak bernama Qinan, hingga nanti Qinan akan memiliki putra bernama Mihlail dan Mihlail memiliki putra bernama Yarid serta cucuk bernama nabi Idris AS hingga keturunannya kemudian sampai kepada nabi Nuh AS dan darinya akan terlahir Sam kemudian keturunan Sam akan terlahir Ibrahim dan Ibrahim memiliki putra bernama Ismail, Ismail merupakan leluhur dari nabi Muhammad Saw.

Cerita Jawa

Keturunan Nabi Adam yang diangkat menjadi nabi hanya satu; Nabi Syits (Set, dalam bahasa Ibrani; Sang Hyang Esis, dalam bahasa Jawa). Syits merupakan keturunan Adam yang lahir tunggal (semua anak Adam dilahirkan kembar) diturunkan Yang Maha Esa sebagai pengganti anak Adam yang terbunuh. Rupa Syits sangat mirip dengan rupa Adam dan menjadi satu-satunya manusia yang memiliki kebijaksanaan terhebat sepanjang masa.

Begitu mengasihinya Adam meminta pada Yang Maha Esa supaya kelak keturunan Syits diizinkan menjadi penguasa atas keturunan saudara-saudaranya. Saat berdoa, Jin Ngajajil (Iblis) ternyata mencuri dengar. Ngajajil paham, bila doa Adam akan selalu didengar dan dikabulkan Yang Maha Esa. Seketika itu pula, tumbuh keinginan Ngajajil untuk mencampurkan darah keturunannya dengan darah keturunan Syits.

Ngajajil terus mengintai Syits dan menunggu kesempatan mencampurkan darah keturunannya. Maka ketika Syits menikah dengan Dewi Mulat, pada suatu malam, Dewi Mulat diculik, diambil Ngajajil, lalu keberadaannya digantikan putrinya, Dewi Dlajah, yang telah beralih rupa menjadi Dewi Mulat. Setelah dibuahi, Ngajajil langsung mengangkat Dewi Dlajah dan mengembalikan Dewi Mulat.

Pada suatu pagi, Dewi Mulat melahirkan dua orang anak; satu berwujud laki-laki normal dan satunya berupa cahaya berkilauan (kasatmata). Sore harinya Dewi Dlajah juga melahirkan, wujudnya berupa gumpalan darah yang berkilauan. Oleh Ngajajil, gumpalan darah berkilauan itu disatukan dengan cahaya berkilauan anak Dewi Mulat. Dari hasil penggabungan itu, muncullah seorang anak laki-laki yang cakap. Anak Dewi Mulat diberi nama Sayid Anwas, sedang anak campuran Dewi Mulat dan Dewi Dlajah diberi nama Sayid Anwar.

Sayid Anwas maupun Sayid Anwar memiliki rupa yang sangat tampan. Sayid Anwas besar dalam perlindungan Adam, sedang Sayid Anwar besar dalam asuhan Ngajajil. Sebagai keturunan yang terberkati, keduanya memiliki kemampuan yang sama-sama hebat. Bedanya, Sayid Anwas gemar mempelajari ilmu agama, sedang Sayid Anwar gemar tirakat dan bertapa.

Ketika Sayid Anwar dewasa, dia bertanya pada Dewi Dlajah tentang siapa ayah sejatinya. Maka diberitahukan lah Sayid Anwar bila dia merupakan keturunan Syits. Pada Dewi Dlajah dan Ngajajil, Sayid Anwar berpamitan untuk menjumpai sang ayah. Ketika berjumpa dengan Syits, terkejut lah sang ayah. Semula Syits tidak mau mengakui keberadaannya, tetapi setelah Yang Maha Esa membisikan mengenai asal-usul Sayid Anwar, barulah Nabi Syits menerima kenyataan itu.

Sayid Anwas dan Sayid Anwar kemudian besar dalam asuhan Adam. Ketika melihat Sayid Anwas dan Sayid Anwar, Adam mulai paham bila Sayid Anwas kelak akan melahirkan keturunan yang mempertahankan ajaran agama, sedang Sayid Anwar kelak akan melahirkan keturunan yang menghancurkan ajaran agama. Dalam asuhan Adam, Sayid Anwar melanggar pantangan dengan meminum air kehidupan yang membuat hidupnya abadi. Mengetahui itu, Nabi Adam marah lalu mengusir Sayid Anwar.

Sayid Anwar sangat kecewa dengan sang kakek lalu pergi berkelana. Di tengah perjalanan dia bertemu Malaikat Harut dan Marut yang menyesatkannya menuju ke arah Sungai Nil dan bertemu dengan beberapa anak Adam lainnya. Dengan sang paman, Sayid Anwar belajar ilmu melihat masa depan (semacam ilmu laduni) dan berbagai ilmu hebat lain. Usainya, Sayid Anwar melanjutkan perjalanan ke arah timur menuju pulau kecil di antara Pulau Maladewa dan Laksadewa, yang bernama Lemah Dewani.

Di situlah Sayid Anwar melakukan tapa brata dengan cara melihat matahari mulai terbit sampai tenggelam. Setelah tujuh tahun bertapa, daya linuwih pada Sayid Anwar terolah hebat sehingga bisa menghilang (kasatmata). Dalam pengembaraannya di Lemah Dewani, Sayid Anwar banyak bertarung dengan para jin dan membuat mereka tunduk di bawah kekuasaannya. Mendengar kehebatan Sayid Anwar, lama-lama banyak kaum jin yang memilih mengabdi padanya.

Kejadian tersebut sangat mengganggu Prabu Nuradi, raja para jin yang menguasai Lemah Dewani. Prabu Nuradi melabrak Sayid Anwar dan mengajaknya bertarung. Dalam pertarungan itu Prabu Nuradi kalah dan tunduk pada kekuasaan Sayid Anwar. Prabu Nurani memilih turun tahta lalu mengangkat Sayid Anwar menjadi raja para jin dan menyerahkan putrinya menjadi isteri. Ketika menjadi raja jin, Sayid Anwar mendapatkan gelar Prabu Nurasa.

Prabu Nurasa yang telah memiliki kehidupan abadi, kemudian tinggal di tempat tinggi dan meminta izin pada Yang Maha Esa untuk mengangkat diri sebagai Tuhan Semesta Alam. Yang Maha esa mengabulkan dan membiarkan Prabu Nurasa murtad dari ajaran keturunan Nabi Adam. Ketika menjadi raja, Lemah Dewani diubah nama menjadi Tanah Jawa. Dari Prabu Nurasa melahirkan keturunan-keturunannya yang kemudian menjadi para dewa mulai dari Batara Guru sampai raja-raja di Tanah Jawi.

Di lain pihak, Sayid Anwas yang besar dalam asuhan Nabi Adam, keturunannya kemudian menjadi manusia-manusia terpilih mulai Nabi Idris, Ibrahim, Musa, Isa sampai Muhammad. Keturunan Sayid Anwas juga menumbuhkan suku-suku bangsa superior seperti bangsa Israil, bangsa Arab, bangsa Arya dan bangsa-bangsa besar lainnya. Di lain pihak keturunan Sayid Anwar, karena juga mendapatkan berkah dari doa Adam, juga banyak melahirkan bangsa-bangsa besar pada masa-masa kerajaan Jawa. Tidak sedikit raja-raja keturunan Sayid Anwar yang menguasai bangsa-bangsa lain di permukaan bumi.

Dalam perputaran peradaban, keturunan Sayid Anwar dan Sayid Anwas telah banyak yang bersilangan. Persilangan-persilangan inilah yang membuat kehidupan mereka tumpang tindih. Ada keturunan Sayid Anwas yang kemudian mengikuti jejak pemikiran Sayid Anwar yang sesat. Sebaliknya, tidak sedikit pula keturunan Sayid Anwar yang kembali pada ajaran nenek moyang mereka dan menganut agama yang diajarkan Adam serta leluhur mereka Nabi Syits. Terlepas dari semua itu, keturunan-keturunan Sayid Anwas maupun Sayid Anwar sama-sama memiliki darah superioritas yang membuat mereka banyak menjadi pemimpin-pemimpin bangsa lainnya.[butuh rujukan]

Referensi

  1. ^ Hadits Nabi Muhammad ﷺ diriwayatkan oleh Abu Dzar al-Ghifari dikutip dalam Tarikh Thabari, Jilid 1, hal. 152).

Pranala luar

Kisah nabi Adam versi Jawa