Tapal Kuda (kawasan)
Tapal Kuda
Ujung Timur Pulau Jawa | |
---|---|
Negara | Indonesia |
Provinsi | Jawa Timur |
Kota besar | Probolinggo, Jember, Banyuwangi |
Kota | Probolinggo |
Kabupaten | Pasuruan, Probolinggo, Lumajang, Jember, Situbondo, Bondowoso, Banyuwangi |
Ketinggian | 3.676 m (12,060 ft) |
Populasi (2017) | |
• Total | 9.796.280 |
Demografi | |
• Suku bangsa |
|
• Agama | Islam, Kristen, Hindu, Buddha, Konghucu, dll. |
Zona waktu | UTC+07:00 (WIB) |
Kode area telepon | +62 331 (Jember) +62 332 (Bondowoso) +62 333 (Banyuwangi) +62 334 (Lumajang) +62 335 (Probolinggo) +62 336 (Jember Selatan) +62 338 (Situbondo) +62 343 (Pasuruan) |
Pelat kendaraan | N P |
ISO 3166-2 | ID-JI[1] |
Tapal Kuda (Madura: Pendâlungan; bahasa Jawa: Bang Wetan) atau Ujung Timur Pulau Jawa (bahasa Inggris: The Eastern Salient of Java; bahasa Belanda: De Oosthoek) adalah salah satu daerah yang terletak di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Wilayahnya meliputi sebagian timur Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Probolinggo, Kota Probolinggo, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Jember, Kabupaten Situbondo, Kabupaten Bondowoso, dan Kabupaten Banyuwangi. Kawasan ini merupakan kawasan yang kental dengan budaya Madura di Pulau Jawa sehingga orang Jawa menyebut sebagai "Budaya Madura Pendalungan". Daerah ini merupakan ujung paling timur dari Pulau Jawa dan langsung berbatasan dengan Selat Bali di sebelah timur.
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Etimologi
[sunting | sunting sumber]Asal penamaan Tapal Kuda karena bentuk kawasan ini dalam peta mirip dengan bentuk tapal kuda. Dalam bahasa Inggris daerah ini disebut sebagai The Eastern Salient dan dalam bahasa Belanda sebagai De Oosthoek yang keduanya berarti Pojok Timur.
Asal usul
[sunting | sunting sumber]Kawasan ini adalah daerah berpenghuni (bukan tanah kosong) sejak zaman batu. Banyak peninggalan Manusia Purba ditemukan di seluruh kabupaten di daerah ini.
Peradaban lebih maju tumbuh dan berkembang mula-mula di daerah Lumajang Selatan (era Singhasari) dan Lumajang Tengah /Situs Biting (era Majapahit), Sadeng di Puger, Jember dan Keta di Besuki, Situbondo, Panarukan, Situbondo, Pakembangan di Kabupaten Bondowoso, dan terakhir Blambangan, Muncar, Banyuwangi.
Daerah ini selalu menjadi titik temu berbagai budaya seperti Budaya Jawa, Budaya Madura, dan Budaya Bali. Perpaduan di antaranya menjadi suatu hal yang unik, seperti halnya Budaya Pandhalungan yang merupakan perpaduan budaya Jawa dan Madura di Jember dan sekitarnya.
Awal mula terbentuknya etnik Pandalungan karena Pada tahun 1806, Dari generasi ke genarasi Dinasti Cakraningrat Madura selalu gagal menyerang Jawa. karena di tiap agresi selalu berhadapan dengan pasukan dari Ponorogo, Sehingga membuat keputusan Pangeran Cakraningrat Sampang untuk memindahkan sebanyak 250.000 orang madura ke pulau Jawa bagian timur yang kini disebut tapal kuda untuk menguasai sebagian pulau Jawa terutama bagian ujung timur. Namun ternyata di wilayah pemindahan tersebut banyak juga ditemui orang-orang trah Jawa Ponorogo, Jawa Arekan, Tengger dan Osing yg masih termasuk sub suku jawa yang sudah tinggal di Tapal kuda ini, sehingga Jawa bagian timur ini tidak sepenuhnya dikuasai oleh Madura.[2]
Geografi
[sunting | sunting sumber]Di kawasan Tapal Kuda terdapat tiga pegunungan besar, yaitu Pegunungan Bromo-Tengger-Semeru (dengan puncak tertingginya Gunung Semeru / 3.676 mdpl), Pegunungan Iyang (dengan puncak tertingginya Gunung Argopuro / 3.088 mdpl), dan Pegunungan Ijen (dengan puncak tertingginya Gunung Raung / 3.344 mdpl).
Demografi
[sunting | sunting sumber]Budaya dan suku bangsa
[sunting | sunting sumber]Dari segi sosial, ciri khas kawasan ini adalah dihuni Suku Madura Pendalungan, Suku Madura dan suku Jawa di mana kedua suku hidup dan tinggal berdampingan satu sama lain, dengan bahasa percakapan sehari-hari adalah bahasa Madura Pendalungan yang menjadi bahasa mayoritas di Situbondo dan Bondowoso dengan penutur lebih dari 90 persen, selain itu terdapat Jawa dialek Surabaya di sebagian wilayah Pasuruan, Lumajang, Probolinggo dan Jember (umumnya etnis Jawa arekan di daerah daerah tersebut berdampingan dengan etnis madura karena setengah populasinya merupakan etnis madura yang menggunakan bahasa madura), dan Bahasa Jawa Mataraman di wilayah Banyuwangi bagian selatan. Di wilayah Bromo-Tengger-Semeru, terdapat suku dan dialek tersendiri yaitu suku Tengger dengan Bahasa Tengger yang masih termasuk dialek Bahasa Jawa, dan di Banyuwangi bagian tengah juga terdapat suku dan bahasa sendiri pula, yaitu suku Osing dengan bahasa Osing yang merupakan Dialek bahasa Jawa yang terpengaruh Bahasa Bali. Etnis Madura bahkan merupakan mayoritas di sebagian wilayah, terutama di kawasan pesisir. Bahkan, sebagian dari mereka tidak bisa berbahasa Jawa, meskipun tinggal dan berdampingan dengan etnis Jawa.
Orang Madura Pendalungan adalah orang Madura yang tinggal di kawasan ini yang sebagian hibrida dengan orang Jawa. Budaya yang berkembang di wilayah ini juga merupakan budaya Madura dengan pengaruh budaya Jawa. Khususnya di Kabupaten Banyuwangi bagian tengah, sosial dan kebudayaannya mayoritas didominasi oleh kebudayaan suku Osing yang terpengaruh dengan suku Bali. Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Osing. Bahkan di beberapa wilayah paling timur Banyuwangi, juga dijumpai penduduk suku Bali dengan bahasa Bali, selain itu juga terdapat masyarakat Jawa Mataraman di Banyuwangi bagian selatan dan Suku Madura di Banyuwangi bagian barat dan utara.
Pemerintahan
[sunting | sunting sumber]Kawasan Tapal Kuda adalah bagian dari wilayah Provinsi Jawa Timur.[3] Berikut ini adalah daftar kabupaten dan kota yang ada di Kawasan Tapal Kuda:[butuh rujukan]
No. | Kabupaten/Kota | Ibu kota | Keterangan |
---|---|---|---|
1. | Kabupaten Banyuwangi | Banyuwangi | Seluruh Wilayah |
2. | Kabupaten Bondowoso | Bondowoso | |
3. | Kabupaten Jember | Jember | |
4. | Kabupaten Lumajang | Lumajang | |
5. | Kabupaten Pasuruan | Bangil | Bagian timur |
6. | Kabupaten Probolinggo | Kraksaan | Seluruh Wilayah |
7. | Kabupaten Situbondo | Situbondo | |
8. | Kota Probolinggo | - |
Perekonomian
[sunting | sunting sumber]Kawasan Tapal Kuda sering kali dianggap sebagai daerah yang cukup tertinggal di Jawa Timur karena berdasarkan peta Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Jawa Timur beberapa daerah di kawasan ini berada pada jajaran yang rendah. Kota-kota besar di kawasan Tapal Kuda adalah Kota Probolinggo, Jember, dan Banyuwangi. Kawasan pantai utara Tapal Kuda juga merupakan salah satu lokasi paling strategis secara ekonomi di Indonesia karena dilewati jalur penghubung utama antara Pulau Jawa dan Pulau Bali. Secara geografis, daerah Panarukan yang merupakan ujung timur dari Jalan Raya Pos yang dibangun oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda Daendels, terletak di kawasan ini. Di kawasan ini juga terdapat PLTU Paiton di Kabupaten Probolinggo yang merupakan salah satu PLTU terbesar di Indonesia yang mengalirkan listrik untuk Pulau Jawa dan Bali. Sebagai salah satu pembangkit listrik terbesar di Indonesia, aspek sosial masyarakat sekitar PLTU Paiton juga dapat menjadi hal yang menarik bagi para peneliti.
Pariwisata
[sunting | sunting sumber]Tapal Kuda memiliki berbagai destinasi wisata yang sangat menarik dan selalu ramai dikunjungi, di antaranya:
- Air terjun Madakaripura
- Gunung Ijen
- Pasir Putih Situbondo
- Pantai Plengkung
- Pantai Pulau Merah
- Pantai Watu Ulo
- Taman Nasional Alas Purwo
- Taman Nasional Baluran
- Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
- Taman Nasional Meru Betiri
- Teluk Hijau
- Danau Taman Hidup
- Gunung Lemongan
- Gunung Argopuro
- Air Terjun Madakaripura
- Candi Jabung
- dan lain-lain.
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ "Indonesia Provinces". www.statoids.com.
- ^ BPS (1996). Stastistik Indonesia Bagian Jawa Timur. Jakarta.
- ^ Sukandar, dkk. (Desember 2016). Profil Desa Pesisir Provinsi Jawa Timur Volume 1 (Utara Jawa Timur) (PDF). Surabaya: Bidang Kelautan, Pesisir, dan Pengawasan, Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur. hlm. 3.
Daftar pustaka
[sunting | sunting sumber]- Sholeh, Anwar (1 September 2014). "Sejarah Tapal Kuda di Kawasan Jawa Timur". Pesantren Zainul Hasan Genggong.