Lompat ke isi

Bhagawadgita

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 12 September 2006 18.06 oleh RobotQuistnix (bicara | kontrib) (robot Adding: cs:Bhagavadgíta)
Berkas:Bhagawadgita-Amirhamzah.jpg
Sampul dari buku Bhagawad Gita yang diterjemahkan oleh Amir Hamzah ke dalam bahasa Melayu.

Bhagawad Gita atau Bhagawad Gītā atau Bhagawad Gîtâ, artinya adalah Nyanyian sang Bagawan (orang suci). Bhagawad Gita adalah sebuah bagian dari Mahabharata yang termasyhur, dalam bentuk dialog yang dituangkan dalam bentuk syair. Dalam dialog ini sang Krisna adalah pembicara utama yang menguraikan ajaran-ajaran falsafinya kepada sang Arjuna yang menjadi pendengarnya.

Syair ini merupakan interpolasi atau sisipan yang dimasukkan kepada Bhismaparwa. Adegan ini terjadi pada permulaan Bharatayuddha. Saat itu Arjuna berdiri di atas bukit dan memandang ke bawah, ke tempat seberang di mana berada para Korawa dan sekutu-sekutu mereka. Arjuna harus memerangi mereka semua, tetapi ia dilanda kesedihan. Karena meskipun mereka pernah berbuat jahat terhadapnya, mereka tetap saudara-saudari dan teman-temannya yang sudah ia kenal sejak kecil. Lalu ia diberi wejangan dan nasehat-nasehat oleh Kresna yang berlaku sebagai sais Arjuna.

Penulis

Berkas:Wisnu-Bhagawadgita.jpg
Arjuna yang menghadap Batara Wisnu oleh R.A. Kosasih.

Penulis Bhagawad Gita tidaklah dikenal, tetapi yang jelas bukanlah Vyasa yang dikatakan menggubah Mahabharata. Yang bisa dikatakan dari penulis Bhagawad Gita, ialah bahwa ia pasti seorang brahmana dan juga seorang waisnawa, atau pemuja Batara Wisnu. Selain itu ia adalah seorang filsuf yang sangat pandai dan besar daya khayalnya.

Masa Penulisan

Bhagawad Gita ini dikatakan mendapat pengaruh dari keenam aliran Hindu atau saddarsana, terutama dari aliran Samkhya, Yoga dan Wedanta. Para pakar berpendapat bahwa syair ini ditulis kurang lebih pada abad ke dua ata ketiga Masehi.

Daftar Isi

Kitab ini terdiri dari 18 bagian:

  1. Bagian pertama menguraikan kekhawatiran Arjuna
  2. Bagian kedua menguraikan yoga dan samkhya
  3. Bagian ketiga menguraikan pencapaian yoga karena usaha
  4. Bagian keempat menguraikan pencapaian yoga karena hikmat
  5. Bagian kelima menguraikan pencapaian yoga karena prihatin
  6. Bagian keenam menguraikan pencapaian yoga karena adhyatma
  7. Bagian ketujuh menguraikan pencapaian yoga karena budi
  8. Bagian kedelapan menguraikan beryoga sampai ke Dewa Abadi
  9. Bagian kesembilan menguraikan mencari yoga dengan raja ilmu dan raja rahasia
  10. Bagian kesepuluh menguraikan yoga mahakuasa
  11. Bagian kesebelas menguraikan menuntut yoga dengan memandang bangun alam
  12. Bagian keduabelas menguraikan mencapai yoga dengan bhakti
  13. Bagian ketigabelas menguraikan mencapai yoga dengan memisah padang dan penghuni padang
  14. Bagian keempatbelas menguraikan mencapai yoga dengan memisahkan kepala bagian tiga
  15. Bagian kelimabelas menguraikan beryoga pada Dewa Tinggi
  16. Bagian keenambelas menguraikan beryoga dengan memisahkan bagian sorga dan non-sorga
  17. Bagian ketujuhbelas menguraikan kepercayaan yang ketiga
  18. Bagian kedelapanbelas menguraikan beryoga karena kebebasan berpaling

Bhagawad Gita dalam budaya Jawa Kuna dan Bali

Orang Jawa Kuna dan Bali sudah mengenal Bhagawad Gita karena kontak dengan India dan pengaruh agama Hindu pada masa dahulu.

Bhismaparwa

Dalam buku keenam Mahabharata Jawa Kuna Bhismaparwa, sebuah ringkasan Bhagawad Gita ada pula. Tetapi menurut banyak pakar, penterjemah Jawa Kuna kurang paham akan bahasa Sansekerta, sehingga terjemahannya kurang sempurna. Bhagawad Gita dalam Bhismaparwa ini terdiri dari seloka-seloka dalam bahasa Sansekerta yang diikuti dengan terjemahan dalam bahasa Jawa Kuna setelah setiap seloka atau sloka.

Bharatayuddha

Dalam kakawin Bharatayuddha Jawa Kuna, yang konon digubah dari aslinya dalam bentuk prosa, Bhagawad Gita tidaklah didapati. Hanya dua bait saja ditulis untuk menguraikan wejangan-wejangan Kresna kepada Arjuna. Bait-bait ini berasal dari pupuh 10, bait 12 dan 13:

(12)

mulat mara sang Arjunâsemu kamânuṣan kasrepan
ri tingkah i musuhnira n paḍa kadang taya wwang waneh
hana wwang anaking yayah mwang ibu len uwânggeh paman
makâdi Krpa Salya Bhiṣma sira sang dwijânggeh guru

(13)

ya kâraṇaniran pasabda ri narârya Krṣṇâteher
aminta wurunga ng lagâpan awelas tumon Korawa
kuneng sira Janârdanâsekung akon sarṣâpranga
apan hila-hila ng kṣinatriya surud yan ing paprangan

Terjemahan

(12)

Maka melihat merekalah sang Arjuna dan iapun terliputi rasa kasihan
sebab musuh-musuhnya bukanlah orang asing
ada sanak saudara dari pihak ayah maupun ibu, dan juga paman-paman
seperti Krepa, Salya, Bhisma dan gurunya (bhagawan Drona).

(13)

Oleh sebab itu, ia lalu berbicara kepada prabu Kresna,
meminta supaya ia menghentikan peperangan, karena kasihan melihat para Korawa.
Akan tetapi sang Janardana (Kresna) menyuruhnya tetap berperang
sebab seseorang yang dianggap sebagai ksatria tidaklah diperbolehkan mengundurkan diri dari peperangan.

Lihat pula