Bhagawadgita
Bhagawad Gita atau Bhagawad Gītā atau Bhagawad Gîtâ, artinya adalah Nyanyian sang Bagawan (orang suci). Bhagawad Gita adalah sebuah bagian dari Mahabharata yang termasyhur, dalam bentuk dialog yang dituangkan dalam bentuk syair. Dalam dialog ini sang Krisna adalah pembicara utama yang menguraikan ajaran-ajaran falsafinya kepada sang Arjuna yang menjadi pendengarnya.
Syair ini merupakan interpolasi atau sisipan yang dimasukkan kepada Bhismaparwa. Adegan ini terjadi pada permulaan Bharatayuddha. Saat itu Arjuna berdiri di atas bukit dan memandang ke bawah, ke tempat seberang di mana berada para Korawa dan sekutu-sekutu mereka. Arjuna harus memerangi mereka semua, tetapi ia dilanda kesedihan. Karena meskipun mereka pernah berbuat jahat terhadapnya, mereka tetap saudara-saudari dan teman-temannya yang sudah ia kenal sejak kecil. Lalu ia diberi wejangan dan nasehat-nasehat oleh Kresna yang berlaku sebagai sais Arjuna.
Penulis
Penulis Bhagawad Gita tidaklah dikenal, tetapi yang jelas bukanlah Vyasa yang dikatakan menggubah Mahabharata. Yang bisa dikatakan dari penulis Bhagawad Gita, ialah bahwa ia pasti seorang brahmana dan juga seorang waisnawa, atau pemuja Batara Wisnu. Selain itu ia adalah seorang filsuf yang sangat pandai dan besar daya khayalnya.
Masa Penulisan
Bhagawad Gita ini dikatakan mendapat pengaruh dari keenam aliran Hindu atau saddarsana, terutama dari aliran Samkhya, Yoga dan Wedanta. Para pakar berpendapat bahwa syair ini ditulis kurang lebih pada abad ke dua ata ketiga Masehi.
Daftar Isi
Kitab ini terdiri dari 18 bagian:
- Bagian pertama, Arjuna Visada Yoga, menguraikan keragu-raguan dalam diri Arjuna
- Bagian kedua, Samkhya Yoga, menguraikan yoga dan samkhya
- Bagian ketiga, Karma Yoga, menguraikan pencapaian yoga karena karma, usaha, perbuatan
- Bagian keempat, Jnana Yoga, menguraikan pencapaian yoga karena ilmu pengetahuan suci
- Bagian kelima, Karma Samnyasa Yoga, menguraikan pencapaian yoga karena prihatin
- Bagian keenam, Dhyana, menguraikan tentang makna Dhyana sebaga satu sistem dalam yoga
- Bagian ketujuh, Jnana Vijnana, menguraikan pencapaian yoga karena budi
- Bagian kedelapan, Aksara Brahma Yoga, menguraikan hakikat akan Kekekalan Tuhan
- Bagian kesembilan, Raja Vidya Rajaguhya Yoga, Hakikat Ketuhanan sebagai raja dari segala ilmu pengetahuan (vidya)
- Bagian kesepuluh, Vibhuti Yoga, menguraikan akan sifat hakikat Tuhan yang absolut, tanpa awal, pertengahan dan akhir
- Bagian kesebelas, Visvarupa Darsana Yoga, kelanjutan dari Vibhuti Yoga, dijelaskan dengan manifestasi secara nyata
- Bagian keduabelas, Bhakti Yoga, menguraikan mencapai yoga dengan bhakti
- Bagian ketigabelas, Ksetra Ksetrajna Yoga, menguraikan hakikat Ketuhanan Yang Maha Esa dalam hubungan dengan purusa dan prakrti
- Bagian keempatbelas, Guna Traya Vibhaga Yoga, membahas Triguna - Sattvam, Rajas dan Tamas
- Bagian kelimabelas, Purusottama Yoga, menguraikan beryoga pada purusa yang Maha Tinggi, Hakikat Ketuhanan
- Bagian keenambelas, Daivasura Sampad Vibhaga Yoga, membahas akan hakikat tingkah-laku manusia, baik dan buruk
- Bagian ketujuhbelas, Sraddha Traya Vibhaga Yoga, menguraikan kepercayaan dan berkeyakinan pada Triguna
- Bagian kedelapanbelas, Moksa Samnyasa Yoga, merupakan kesimpulan dari semua ajaran yg menjadi inti tujuan agama yang tertinggi.
Bhagawad Gita dalam budaya Jawa Kuna dan Bali
Orang Jawa Kuna dan Bali sudah mengenal Bhagawad Gita karena kontak dengan India dan pengaruh agama Hindu pada masa dahulu.
Bhismaparwa
Dalam buku keenam Mahabharata Jawa Kuna Bhismaparwa, sebuah ringkasan Bhagawad Gita ada pula. Tetapi menurut banyak pakar, penterjemah Jawa Kuna kurang paham akan bahasa Sansekerta, sehingga terjemahannya kurang sempurna. Bhagawad Gita dalam Bhismaparwa ini terdiri dari seloka-seloka dalam bahasa Sansekerta yang diikuti dengan terjemahan dalam bahasa Jawa Kuna setelah setiap seloka atau sloka.
Bharatayuddha
Dalam kakawin Bharatayuddha Jawa Kuna, yang konon digubah dari aslinya dalam bentuk prosa, Bhagawad Gita tidaklah didapati. Hanya dua bait saja ditulis untuk menguraikan wejangan-wejangan Kresna kepada Arjuna. Bait-bait ini berasal dari pupuh 10, bait 12 dan 13:
(12)
- mulat mara sang Arjunâsemu kamânuṣan kasrepan
- ri tingkah i musuhnira n paḍa kadang taya wwang waneh
- hana wwang anaking yayah mwang ibu len uwânggeh paman
- makâdi Krpa Salya Bhiṣma sira sang dwijânggeh guru
(13)
- ya kâraṇaniran pasabda ri narârya Krṣṇâteher
- aminta wurunga ng lagâpan awelas tumon Korawa
- kuneng sira Janârdanâsekung akon sarṣâpranga
- apan hila-hila ng kṣinatriya surud yan ing paprangan
Terjemahan
(12)
- Maka melihat merekalah sang Arjuna dan iapun terliputi rasa kasihan
- sebab musuh-musuhnya bukanlah orang asing
- ada sanak saudara dari pihak ayah maupun ibu, dan juga paman-paman
- seperti Krepa, Salya, Bhisma dan gurunya (bhagawan Drona).
(13)
- Oleh sebab itu, ia lalu berbicara kepada prabu Kresna,
- meminta supaya ia menghentikan peperangan, karena kasihan melihat para Korawa.
- Akan tetapi sang Janardana (Kresna) menyuruhnya tetap berperang
- sebab seseorang yang dianggap sebagai ksatria tidaklah diperbolehkan mengundurkan diri dari peperangan.