Lompat ke isi

Anjing

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 16 November 2006 12.00 oleh Kembangraps (bicara | kontrib) (→‎Daftar pustaka: buang stub)

Templat:Taxobox image Templat:Taxobox begin placement Templat:Taxobox regnum entry Templat:Taxobox phylum entry Templat:Taxobox subphylum entry Templat:Taxobox classis entry Templat:Taxobox ordo entry Templat:Taxobox genus entry Templat:Taxobox species entry Templat:Taxobox subspecies entry
Linnaeus, 1758 Templat:Taxobox end placement Templat:Taxobox end

Anjing adalah mamalia karnivora yang telah mengalami domestikasi dari serigala sejak 15.000 tahun yang lalu[1] atau mungkin sudah sejak 100.000 tahun yang lalu berdasarkan bukti genetik berupa penemuan fosil dan tes DNA.[2][3] Bukti baru menunjukkan anjing pertama kali didomestikasi di Asia Timur, kemungkinan di Tiongkok[4]. Manusia pertama yang menginjakkan kaki di Amerika Utara membawa serta anjing dari Asia. Penelitian genetika telah berhasil mengidentifikasi 14 ras anjing kuno. Di antaranya, Chow Chow, Shar Pei, Akita, Shiba dan Basenji merupakan ras anjing yang tertua. Teori yang mengatakan anjing berasal dari Asia mungkin bisa dipercaya karena sebagian besar dari 14 ras anjing kuno berasal dari China dan Jepang.[4] Anjing telah berkembang menjadi ratusan jenis dengan berbagai macam variasi. Contohnya, tinggi tubuh mulai dari beberapa puluh sentimeter (seperti Chihuahua sampai lebih dari satu meter (seperti Irish Wolfhound). Warna bulu anjing juga beraneka ragam, putih sampai hitam dengan merah, abu-abu (sering disebut "biru"), dan coklat.

Anjing merupakan hewan sosial sama seperti halnya manusia. Kedekatan pola perilaku anjing dengan manusia menjadikan anjing bisa dilatih, diajak bermain, tinggal bersama manusia, dan diajak bersosialiasi dengan manusia dan anjing yang lain. Anjing memiliki posisi unik dalam hubungan antarspesies. Kesetiaan dan pengabdian yang ditunjukkan anjing sangat mirip dengan konsep manusia tentang cinta dan persahabatan. Walaupun sudah merupakan insting alami anjing sebagai hewan kelompok, pemilik anjing sangat menghargai kesetiaan dan pengabdian anjing dan menganggapnya sebagai anggota keluarga sendiri. Anjing kesayangan bahkan sering sampai diberi nama keluarga yang sama seperti nama pemiliknya. Sebaliknya, anjing menganggap manusia sebagai anggota kelompoknya. Anjing hanya sedikit membedakan kedudukan sang pemilik dengan rekan anjing yang masih satu kelompok, dan bahkan sering tidak membedakannya sama sekali.

Anjing memiliki banyak peran dalam masyarakat manusia dan sering dilatih sebagai anjing pekerja. Berbagai anjing pekerja dari segala jenis banyak bekerja sebagai anjing penggembala dan pekerjaan baru seperti anjing pelacak dan anjing penuntun tuna netra atau anjing pelayanan. Untuk anjing yang tidak bekerja, ada banyak olah raga anjing untuk memamerkan kemampuan alami mereka. Di banyak negara, peran anjing yang paling umum dan paling penting adalah sebagai binatang peliharaan. Anjing telah bekerja dan tinggal bersama manusia dengan banyak peran yang membuat mereka digelari "teman terbaik manusia".[5] Sebaliknya, anjing dianggap binatang yang tidak bersih (najis) di beberapa tempat di dunia. Di beberapa negara, anjing diternakkan sebagai hewan ternak untuk menghasilkan daging anjing. Di sebagian besar kebudayaan di dunia, konsumsi daging anjing diangap tabu.

Terminologi

Istilah anjing mengacu pada anjing hasil domestikasi Canis lupus familiaris. Anjing pernah diklasifikasikan sebagai Canis familiaris oleh Linnaeus di tahun 1758. Tapi di tahun 1993, Lembaga Smithsonian dan Asosiasi Ahli Mamalia Amerika anjing ditetapkan sebagai subspesies serigala abu-abu Canis lupus. Di Indonesia, anjing hutan yang asli pulau Sumatra dan Jawa disebut Ajag.

Dalam bahasa Indonesia, kata "anjing" juga sering digunakan sebagai kata makian bernada penghinaan atau pengumpatan terhadap diri sendiri.

Kecerdasan

Standard Poodle

Orang senang memelihara anjing karena anjing binatang yang pintar. Anjing dianggap mempunyai kecerdasan yang cukup tinggi menurut penelitian ilmiah dan bukti-bukti lapangan. Tingkat kecerdasan anjing bergantung pada ras dan masing-masing anjing secara individu. Anjing ras Border Collie terkenal dapat mematuhi dan menjalankan berbagai macam perintah. Anjing ras lain mungkin tidak tertarik untuk menuruti perintah manusia, tapi lebih suka menunjukkan kepintaran dalam soal mencuri makanan atau kabur dari halaman berpagar.

Asal-usul anjing sebagai keturunan serigala yang hidup berkelompok membuat anjing jadi lebih mudah dilatih dibandingkan hewan lain. Sebagai anggota kelompok, anjing mempunyai insting untuk patuh. Sebagian besar anjing memang sering tidak perlu berurusan dengan tugas yang rumit-rumit, sehingga tidak ada kesempatan belajar hal-hal yang sulit seperti membuka pintu tanpa bantuan manusia. Anjing yang sudah dilatih sebagai anjing penuntun bagi tuna netra dapat mengenali berbagai macam keadaan bahaya dan cara menghindar dari keadaan tersebut.

Ciri fisik

Anjing Weimaraner, perlu menahan selera memangsa hewan yang diburu agar dapat diajak berburu oleh manusia

Anjing ras sangat bervariasi dalam ukuran, penampilan dan tingkah laku dibandingkan dengan hewan peliharaan yang lain. Sebagian besar anjing masih mempunyai ciri-ciri fisik yang diturunkan dari serigala. Anjing adalah hewan pemangsa dan hewan pemakan bangkai, memiliki gigi tajam dan rahang yang kuat untuk menyerang, menggigit, dan mencabik-cabik makanan. Ciri-ciri khas dari moyang serigala masih bertahan pada anjing, walaupun penangkaran secara selektif telah berhasil mengubah bentuk fisik berbagai jenis anjing ras.

Anjing memiliki otot yang kuat, tulang pergelangan kaki yang bersatu, sistem kardiovaskuler yang mendukung ketahanan fisik serta kecepatan berlari, dan gigi untuk menangkap dan mencabik mangsa. Bila dibandingkan dengan struktur tulang kaki manusia, secara teknis anjing berjalan berjingkat dengan jari-jari kaki.

Penglihatan

Anjing dulunya disangka dikromatis, sehingga bisa disebut buta warna menurut standar manusia.[6][7] Tapi penelitian yang dilakukan akhir-akhir ini justru menunjukkan anjing bisa melihat beberapa warna, walaupun tidak seperti yang bisa dilihat manusia. Bagi anjing, warna merupakan sinyal subliminal yang ditangkap untuk membedakan bentuk dari objek yang saling tumpang-tindih, dan bukan warna pada benda yang bisa langsung dibedakan anjing. Menurut penelitian, anjing bisa melihat berbagai nuansa warna kuning, ungu atau violet. Lensa mata anjing lebih datar dibandingkan dengan lensa mata manusia, sehingga anjing kurang bisa melihat secara detil dibandingkan manusia. Sebaliknya, mata anjing lebih sensitif terhadap cahaya dan gerakan dibandingkan mata manusia. Beberapa anjing ras, memiliki bidang pandangan sampai 270°. Sebagai perbandingan, manusia hanya mempunyai bidang pandangan 180°. Bidang pandangan anjing ras dengan kepala lebar dan kedua mata di depan sebenarnya hampir sama dengan manusia, hanya sekitar 180°.[6][7]

Indera pendengaran

Anjing bisa mendengar suara frekuensi rendah 16 hingga 20Hz (manusia hanya mendengar frekuensi 20-70 Hz), dan suara frekuensi tinggi dari 70 kHz hingga 100 kHz (manusia hanya mendengar frekuensi 13-20 kHz).[7] Selain itu, anjing bisa menggerak-gerakkan daun telinga agar cepat bisa menentukan lokasi sumber suara yang sebenarnya. Lebih dari 18 otot pada daun telinga memungkinkan anjing memiringkan, memutar, menidurkan, atau menegakkan daun telinga. Anjing mampu menentukan sumber suara lebih cepat dari manusia, sekaligus bisa mendengar suara yang sumbernya empat kali lebih jauh yang dapat didengar manusia. Anjing dengan daun telinga berbentuk alami (tegak seperti daun telinga serigala) biasanya memiliki pendengaran yang lebih baik daripada anjing berdaun telinga jatuh seperti terdapat pada banyak spesies hasil domestikasi.

Indera penciuman

Anjing memiliki hampir 220 juta sel penciuman yang sensitif terhap bau. Luasnya kira-kira selebar sapu tangan, dibandingkan dengan sel penciuman manusia yang jumlahnya hanya 5 juta dan menempati luas cuma selebar perangko. Beberapa jenis anjing ras bahkan sengaja dibiakkan agar dilahirkan anjing dengan indera penciuman yang lebih bagus. Ilmuwan belum tahu secara jelas mekanisme pengumpulan informasi di otak anjing berdasarkan partikel-partikel bau yang berhasil diendus. Berdasarkan hasil penelitian, anjing dapat membedakan dua jenis bau, partikel bau di udara yang menyebar dari orang atau benda, dan partikel bau di tanah yang masih bisa dideteksi setelah beberapa lama. Karakteristik dua jenis partikel bau kelihatannya cukup berbeda. Partikel bau yang ada di udara mudah hilang, tapi mungkin begitu jelas tidak bercampur dengan bau-bauan yang lain. Sedangkan partikel bau di tanah secara relatif lebih permanen, bila dilakukan secara berulang-ulang dan hati-hati oleh anjing yang diajak melacak karena bau di tanah mudah tercemar bau-bauan yang lain.

Pelatih anjing pelacak sudah mengerti bahwa anjing tidak mungkin lagi diajar untuk melacak bau-bauan di atas kemampuan alami yang dimiliki. Anjing hanya dapat dimotivasi sebaik-baiknya dan diajar agar bisa memusatkan perhatian pada jejak bau yang utama. Anjing pelacak yang terlatih harus bisa mengabaikan berbagai jejak bau yang lain. Anjing tidak terlatih biasanya senang sekali mengendus berbagai jenis bau selain jejak bau yang diperintahkan. Dalam pekerjaan yang meletihkan bagi anjing seperti mencari barang selundupan di dalam kapal, anjing harus dimotivasi agar mau kerja keras dalam jangka waktu yang lama.

Makanan

Sebagian ahli hewan sekarang sedang memperdebatkan anjing peliharaan tergolong binatang omnivora atau karnivora berdasarkan makanan yang dimakan. Klasifikasi ke dalam ordo karnivora tidak berarti anjing harus makan daging melulu. Tidak sama halnya dengan keluarga kucing yang tergolong karnivora sejati dengan usus kecil yang lebih pendek, anjing tidak bergantung pada protein daging tertentu atau makanan tinggi protein untuk memenuhi kebutuhan makan yang paling dasar. Anjing bisa mencerna dengan baik berbagai macam makanan, termasuk di antaranya sayur-sayuran dan serealia yang dapat dikonsumsi anjing dalam porsi yang besar. Tumbuh-tumbuhan dimakan anjing liar untuk memenuhi kebutuhan asam amino. Selain itu, anjing liar juga memakan isi perut dan usus berisi tumbuh-tumbuhan yang sedang dicerna hewan herbivora yang menjadi mangsanya.

Anjing peliharaan bisa bertahan hidup sehat hanya dengan pakan vegetarian yang diramu dengan baik, khususnya yang mengandung susu] dan telur. Tapi beberapa sumber justru meragukan hal ini, anjing vegetarian dikuatirkan bisa mengalami pembesaran otot jantung dilated ocardimyopathy akibat kekurangan asam amino L-karnitin[8]. Walaupun demikian, kalau anjing tetap sehat kalau diberi gizi yang seimbang, secara alami L-karnitin dikandung berbagai jenis kacang-kacangan, biji-bijian, sayur-sayuran, buah-buahan dan serealia tanpa kupas kulit. Di alam bebas, anjing bisa bertahan hidup dengan makanan vegetarian kalau hewan buruan sedang tidak ada. Tapi berdasarkan penelitian ilmiah dan pengalaman sewaktu perlombaan Iditarod race yang mengharuskan anjing bertahan berhari-hari dalam keadaan alam yang ganas, anjing harus mendapat makanan tinggi protein (kadar protein 40%) termasuk daging untuk mencegah kerusakan jaringan otot. Penelitian yang serupa juga berlaku untuk jenis-jenis mamalia yang lain. Protein dalam prosentase tinggi dikonsumsi anjing liar kalau hewan buruan sedang melimpah. Pemberian makanan dengan protein yang lebih tinggi dari tingkat prosentase protein yang dibutuhkan anjing kelihatannya tidak ada tambahan manfaatnya bagi anjing.

Anjing sering keranjingan makan rumput dan sebenarnya boleh-boleh saja. Ada banyak penjelasan tentang kebiasaan ini. Rumput dapat menetralisir asam lambung atau memakan rumput bisa membuat anjing muntah. Anjing ingin mengeluarkan zat yang tidak diinginkan dari perutnya mungkin merupakan alasan anjing makan rumput. Dalam soal muntah, anjing lebih mudah muntah daripada manusia. Kemampuan ini berasal dari kebiasaan makan yang dimiliki hewan yang berburu secara berkelompok. Makanan harus ditelan secepat mungkin supaya bisa makan sebanyak-banyaknya sebelum dihabiskan anggota kawanan yang lain. Sehabis makan, anjing sering memuntahkan kembali tulang-tulang yang tidak bisa dicerna, bulu hewan yang dimangsa, dan sebagainya. Sebagian anjing peliharaan malah cerewet dan menjadi "pilih-pilih" dalam soal makanan, soalnya tidak lagi perlu makan untuk sekadar bertahan hidup.

Makanan berbahaya

Sebagian makanan yang biasa dinikmati manusia bisa berakibat fatal bagi anjing, termasuk di antaranya coklat (keracunan Teobromin), bawang bombay (bawang merah), buah anggur, kismis,[9], beberapa jenis permen karet, pemanis buatan tertentu,[10] dan kacang Makadamia. Sekarang berhasil diketahui bahwa kakao adalah zat berbahaya bagi anjing, sedangkan coklat putih mungkin tidak berbahaya.

Buah anggur dan kismis baru diketahui berbahaya bagi anjing sejak tahun 2000 dan pemilik anjing belum semuanya tahu tentang hal ini. Sebab pasti anggur dan kismis berbahaya bagi anjing belum diketahui sampai sekarang. Tapi seorang dokter hewan [11] berpendapat sistem imunitas anjing menjadi aktif dan menyerang sel-sel tubuh sendiri akibat dipicu virus yang menyerang tanaman anggur.[12] . Keadaan ini disebut autoimun akut pada anjing dan sama fatalnya dengan FIP pada kucing. Apapun alasannya, anjing sama sekali tidak boleh diberi makan anggur, berbagai jenis kismis dan produknya seperti biskuit sultana.

Tulang yang sudah direbus sama sekali tidak boleh diberikan kepada anjing, apalagi tulang ayam. Pemanasan mengubah sifat kimia dan sifat fisik tulang yang berakibat tulang tidak bisa dikunyah anjing dengan betul. Tulang pecah menjadi bagian-bagian yang tajam dan membahayakan pencernaan anjing.

Obat-obatan manusia sama sekali tidak boleh diberikan pada anjing sebagai pengganti obat yang diresepkan untuk anjing. Obat-obatan manusia ada yang sangat beracun bagi anjing, khususnya obat penghilang rasa sakit mengandung parasetamol atau asetaminofen (seperti Panadol atau Decolgen). Minuman beralkohol juga mempunyai tingkat bahaya yang sama terhadap anjing dan manusia.

Anjing sering menganggap beberapa jenis racun menarik untuk dicoba, sehingga harus dijauhkan dari cairan antibeku (antifreeze), racun keong, racun serangga, dan racun tikus. Anjing paling sering tertipu cairan antidingin yang rasanya manis dan enak bagi anjing. Bisa saja sewaktu tidur-tiduran, anjing tidur di atas tumpahan atau bekas tumpahan cairan antidingin dari mobil, terkena bulu dan dijilat-jilat. Pemilik anjing di negara yang tidak mengenal musim dingin pasti tidak perlu kuatir anjingnya keracunan cairan antibeku.

Tanaman hias yang beracun bila dimakan anjing di antaranya keladi hias (caladium), Sri Rejeki, dan Philodendron yang semuanya bisa menyebabkan iritasi kerongkongan. Hops yang digunakan sebagai perasa pada bir sangat berbahaya dan bisa menyebabkan demam tinggi (malignant hyperthermia).[13]

Amarilis, Bunga bakung, Hedera helix, Iris, dan umbi tuli bisa menyebabkan iritasi perut yang sering berlanjut pada kelumpuhan sistem saraf sentral hingga koma dan kematian. Anjing bisa mati jika tidak sengaja termakan tanaman Digitalis, Convallaria, Bunga mentega, serta tanaman hias genus Consolida dan Delphinium karena sistem kardiovaskuler menjadi terganggu. Berbagai jenis tanaman hias dari genus Taxus juga tidak kurang berbahaya karena mempengaruhi sistem saraf anjing. Pemilik anjing yang menemui anjing peliharaannya memakan salah satu dari tanaman tersebut di atas harus segera membawa anjingnya ke dokter hewan.

Cairan pembersih rumah tangga juga berbahaya bagi anjing, amonia, cairan pemutih pakaian, karbol, sabun, deterjen, kamper dan korek api. Kosmetik seperti deodoran, pewarna rambut, cat kuku dan aseton dan sunblock juga harus dijauhkan dari anjing.

Referensi

  1. ^ http://news.bbc.co.uk/2/hi/science/nature/2498669.stm
  2. ^ Vilà, C. et al. (1997). Penelitian lain menunjukkan sejarah domestikasi anjing belumlah begitu lama. Preston love dogs alot Multiple and ancient origins of the domestic dog. Science 276:1687–1689. (Also "Multiple and Ancient Origins of the Domestic Dog")
  3. ^ Lindblad-Toh, K, et al. (2005) Genome sequence, comparative analysis and haplotype structure of the domestic dog. Nature 438, 803–819.
  4. ^ a b Savolainen, Peter (2002-11-22). "Genetic Evidence for an East Asian Origin of Domestic Dogs". Science. 298 (5598): 1610 – 1613. doi:10.1126/science.1073906. 
  5. ^ http://www.almostheaven-golden-retriever-rescue.org/old-drum.html
  6. ^ a b A&E Television Networks (1998). Big Dogs, Little Dogs: The companion volume to the A&E special presentation, A Lookout Book, GT Publishing. ISBN 1-57719-353-9 (hardcover).
  7. ^ a b c Alderton, David (1984). The Dog, Chartwell Books. ISBN 0-89009-786-0.
  8. ^ Small animal internal medicine, RW Nelson, Couto page 107
  9. ^ "ASPCA Animal Poison Control Center Issues Nationwide Update: Raisins and Grapes Can Be Toxic To Dogs". ASPCA Press Releases. American Society for the Prevention of Cruelty to Animals. 2004-07-06. 
  10. ^ "Dog owners warned over sugar-free items". Reuters. 
  11. ^ Symes, John B. "Who is DogtorJ? (Contact)". 
  12. ^ Renee750il (2004-07-17
  13. ^ Duncan, K. L. (1997-01-01). "Malignant hyperthermia-like reaction secondary to ingestion of hops in five dogs". Journal of the American Veterinary Medical Association. 210 (1): 51–4.  ). "Finally, some reliable info on grapes & raisins". Chazhound Dog Forum.  line feed character di |date= pada posisi 18 (bantuan);

Daftar pustaka

  • Abrantes, Roger (1999). Dogs Home Alone. Wakan Tanka, 46 pages. ISBN 0-9660484-2-3 (paperback).
  • A&E Television Networks (1998). Big Dogs, Little Dogs: The companion volume to the A&E special presentation, A Lookout Book, GT Publishing. ISBN 1-57719-353-9 (hardcover).
  • Alderton, David (1984). The Dog, Chartwell Books. ISBN 0-89009-786-0.
  • Brewer, Douglas J. (2002) Dogs in Antiquity: Anubis to Cerberus: The Origins of the Domestic Dog, Aris & Phillips ISBN 0-85668-704-9
  • Coppinger, Raymond and Lorna Coppinger (2002). Dogs: A New Understanding of Canine Origin, Behavior and Evolution, University of Chicago Press ISBN 0-226-11563-1
  • Cunliffe, Juliette (2004). The Encyclopedia of Dog Breeds. Parragon Publishing. ISBN 0-7525-8276-3.
  • Derr, Mark (2004). Dog's Best Friend: Annals of the Dog-Human Relationship. University of Chicago Press. ISBN 0-226-14280-9
  • Donaldson, Jean (1997). The Culture Clash. James & Kenneth Publishers. ISBN 1-888047-05-4 (paperback).
  • Fogle, Bruce, DVM (2000). The New Encyclopedia of the Dog. Doring Kindersley (DK). ISBN 0-7894-6130-7.
  • Grenier, Roger (2000). The Difficulty of Being a Dog. University of Chicago Press. ISBN 0-226-30828-6
  • Milani, Myrna M. (1986). The Body Language and Emotion of Dogs: A practical guide to the Physical and Behavioral Displays Owners and Dogs Exchange and How to Use Them to Create a Lasting Bond, William Morrow, 283 pages. ISBN 0-688-12841-6 (trade paperback).
  • Pfaffenberger, Clare (1971). New Knowledge of Dog Behavior. Wiley, ISBN 0-87605-704-0 (hardcover); Dogwise Publications, 2001, 208 pages, ISBN 1-929242-04-2 (paperback).
  • Savolainen, P. et al. (2002). Genetic Evidence for an East Asian Origin of Domestic Dogs. Science 298. 5598: 1610–1613.
  • Shook, Larry (1995). "Breeders Can Hazardous to Health", The Puppy Report: How to Select a Healthy, Happy Dog, Chapter Two, pp. 13–34. Ballantine, 130 pages, ISBN 0-345-38439-3 (mass market paperback); Globe Pequot, 1992, ISBN 1-55821-140-3 (hardcover; this is much cheaper should you buy).
  • Shook, Larry (1995). The Puppy Report: How to Select a Healthy, Happy Dog, Chapter Four, "Hereditary Problems in Purebred Dogs", pp. 57–72. Ballantine, 130 pages, ISBN 0-345-38439-3 (mass market paperback); Globe Pequot, 1992, ISBN 1-55821-140-3 (hardcover; this is much cheaper should you buy).
  • Thomas, Elizabeth Marshall (1993). The Hidden Life of Dogs (hardcover), A Peter Davison Book, Houghton Mifflin. ISBN 0-395-66958-8.
  • Verginelli, F. et al. (2005). Mitochondrial DNA from Prehistoric Canids Highlights Relationships Between Dogs and South-East European Wolves. Mol. Biol. Evol. 22: 2541–2551.
  • Vilà, C. et al. (1997). Multiple and ancient origins of the domestic dog. Science 276:1687–1689. (Also "Multiple and Ancient Origins of the Domestic Dog")
  • Small animal internal medicine, RW Nelson, Couto p. 107