Lompat ke isi

Bahasa

Dengarkan artikel ini
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Arnold Lakhovsky, The Conversation (sekitar 1935)
Cuneiform adalah salah satu bentuk bahasa tulisan yang pertama kali diketahui, tetapi bahasa lisan dipercaya mendahului tulisan paling tidak sejak sepuluh atau ribuan tahun sebelumnya.

Bahasa bisa mengacu kepada kapasitas khusus yang ada pada manusia untuk memperoleh dan menggunakan sistem komunikasi yang kompleks, atau kepada sebuah instansi spesifik dari sebuah sistem komunikasi yang kompleks. Kajian ilmiah terhadap bahasa dalam semua indra disebut dengan linguistik.

Sekitar 3000-6000 bahasa yang digunakan oleh manusia sekarang adalah suatu contoh yang menonjol, tapi bahasa alami dapat juga berdasarkan visual daripada rangsangan pendengaran, sebagai contoh pada bahasa isyarat dan bahasa tulis. Kode dan bentuk lain dari sistem komunikasi artifisial seperti yang digunakan untuk pemrograman komputer juga dapat disebut bahasa. Bahasa dalam konteks ini adalah sebuah sistem isyarat untuk enkoding dan dekoding informasi. Kata bahasa Inggris "language" diturunkan secara langsung dari Latin lingua, "language, tongue", lewat bahasa Prancis Tua. [1] Bila digunakan sebagai konsep umum, "bahasa" mengacu pada kemampuan kognitif yang membuat manusia dapat belajar dan menggunakan sistem komunikasi yang kompleks.

Bahasa sebagai sistem komunikasi dikatakan pada dasarnya berbeda dari dan lebih tinggi tingkat kerumitannya daripada spesies lain dimana ia berdasarkan pada sebuah sistem kompleks dari aturan berkaitan dengan simbol dan makna, sehingga menghasilkan sejumlah kemungkinan penyebutan yang tak terbatas dari sejumlah elemen yang terbatas. Bahasa dikatakan berasal sejak hominid pertama kali mulai bekerja sama, mengadopsi sistem komunikasi awal yang berdasarkan pada isyarat ekspresif yang mengikutkan teori dari pikiran dan dibagi secara sengaja. Perkembangan tersebut dikatakan bertepatan dengan meningkatnya volume pada otak, dan banyak ahli bahasa melihat struktur bahasa telah berkembang untuk melayani fungsi komunikatif tertentu. Bahasa diproses pada otak manusia dalam lokasi yang berbeda, tetapi secara khusus berada di area Broca dan area Wernicke. Manusia mengakuisisi bahasa lewat interaksi sosial di masa balita, dan anak-anak sudah dapat berbicara secara fasih sekitar umur tiga tahun. Penggunaan bahasa telah bercokol dalam kultur manusia dan, selain digunakan untuk berkomunikasi dan berbagi informasi, ia juga memiliki fungsi sosial dan kultural, seperti untuk menandakan identitas suatu kelompok, stratifikasi sosial dan untuk dandanan sosial dan hiburan. Kata "bahasa" juga dapat digunakan untuk menjelaskan sekumpulan aturan yang membuat ia bisa ada, atau sekumpulan penyebutan yang dapat dihasilkan dari aturan tersebut.

Semua bahasa bergantung pada proses semiosis untuk menghubungkan sebuah isyarat dengan sebuah makna tertentu. Bahasa lisan dan isyarat memiliki sebuah sistem fonologikal yang mengatur bagaimana suara atau simbol visual digunakan untuk membentuk urutan yang dikenal sebagai kata atau morfem, dan sebuah sistem sintaks yang mengatur bagaimana kata-kata dan morfem digunakan membentuk frasa dan penyebutan. Bahasa tulis menggunakan simbol visual untuk menandakan suara dari bahasa lisan, tetapi ia masih membutuhkan aturan sintaks yang memproduksi makna dari urutan kata-kata. Bahasa-bahasa berubah dan bervariasi setiap waktu, dan sejarah evolusinya dapat direkonstruksi ulang dengan membandingkan bahasa moderen untuk menentukan ciri-ciri mana yang harus dimiliki oleh bahasa pendahulunya untuk perubahan nantinya dapat terjadi. Sekelompok bahasa yang diturunkan dari leluhur yang sama dikenal sebagai keluarga bahasa. Bahasa yang digunakan dunia sekarang tergolong pada keluarga Indo-Eropa, yang mengikutkan bahasa seperti Inggris, Spanyol, Rusia dan Hindu; Bahasa Sino-Tibet, yang melingkupi Mandarin Chinese, Cantonese dan lainnya; bahasa Semitik, yang melingkupi Arab, Amharic dan Hebrew; dan bahasa Bantu, yang melingkupi Swahili, Zulu, Shona dan ratusan bahasa lain yang digunakan di Afrika.

Definisi

Kata "bahasa" memiliki paling kurang dua makna dasar: bahasa sebagai konsep umum, dan "sebuah bahasa" (sebuah sistem linguistik tertentu, contohnya ""Prancis"). Dalam bahasa Prancis, bahasa yang digunakan oleh Ferdinand de Saussure yang pertama kali dengan jelas memformulasi perbedaannya, menggunakan dua kata yang berbeda untuk konsep yang berbeda. Prancis misalnya menggunakan kata langage untuk bahasa sebagai sebuah konsep dan langue sebagai instansi dari bahasa. [2]

Bila berbicara mengenai bahasa sebagai konsep umum, beberapa definisi berbeda dapat digunakan untuk menekankan aspek yang berbeda dari fenomena. [3] Definisi tersebut juga memerlukan pendekatan dan pemahaman berbeda, dan mereka memberikan kajian teori linguistik yang berbeda dan terkadang bertentangan.

Kemampuan mental, organ atau insting

Salah satu definisi melihat bahasa pada pokoknya sebagai kemampuan mental yang membuat manusia dapat menggunakan perilaku linguistik: untuk belajar bahasa dan menghasilkan dan memahami penyebutan. Definisi ini menekankan keuniversalan bahasa untuk semua manusia dan dasar biologis dari kapasitas manusia terhadap bahasa sebagai perkembangan yang unik terhadap otak manusia. [4] [5] Pandangan ini memahami bahasa secara garis besar bawaan lahir, sebagai contoh dalam teori Chomsky mengenai Tatabahasa Universal, teori ekstrim bawaan lahirnya Jerry Fodor . Definisi semacam ini sering diaplikasikan oleh orang yang mempelajari bahasa lewat kerangka ilmu kognitif dan dalam neurolinguistik.

Sistem simbolik formal

Definisi lain melihat bahasa sebagai sebuah sistem formal dari isyarat-isyarat yang diatur oleh aturan-aturan kombinasi tatabahasa untuk mengkomunikasikan suatu makna. Definisi ini menekankan fakta bahwa bahasa manusia dapat dijelaskan sebagai sistem terstruktur tertutup yang terdiri dari aturan-aturan yang menghubungkan isyarat tertentu terhadap makna tertentu. Pandangan strukturalis terhadap bahasa pertama kali diperkenalkan oleh Ferdinand de Saussure, dan strukturalisme-nya tetap menjadi fondasi terhadap hampir semua pendekatan terhadap bahasa pada masa sekarang. Beberapa pendukung pandangan bahasa ini telah menyarankan sebuah pendekatan formal untuk mempelajari struktur bahasa, khususnya formulasi dasar dari aturan-aturan abstrak yang dapat dipahami untuk menghasilkan struktur linguistik yang dapat diobservasi. Pendukung utama dari teori tersebut yaitu Noam Chomsky, yang mendefinisikan bahasa sebagai sebuah kumpulan kalimat yang dapat dihasilkan dari sekumpulan aturan tertentu.[6] Sudut pandang strukturalis biasanya digunakan dalam logika formal, semiotik, dan dalam teori tatabahasa formal dan struktural, kerangka teoritikal yang banyak digunakan dalam penjelasan linguistik. Dalam filosofi bahasa pandangan ini berhubungan dengan filsuf seperti Bertrand Russell, Wittgenstein muda, Alfred Tarski dan Gottlob Frege.

Alat untuk komunikasi

Definisi lain dari bahasa adalah sebagai sebuah sistem komunikasi yang membuat manusia dapat bekerja sama. Definisi ini menekankan fungsi sosial dari bahasa dan fakta bahwa manusia menggunakannya untuk mengekspresikan dirinya sendiri dan untuk memanipulasi objek dalam lingkungannya. Teori fungsional dari tatabahasa menjelaskan struktur tatabahasa lewat fungsi komunikatifnya, dan memahami struktur tatabahasa dari bahasa sebagai hasil dari proses adaptif dimana tatabahasa telah "disesuaikan" untuk melayani kebutuhan komunikatif penggunanya. Pandangan bahasa ini berhubungan dengan kajian bahasa dalam kerangka pragmatis, kognitif, dan kerangka interaksional, serta dalam socio-linguistik dan antropologi linguistik. Para teori fungsionalis condong mempelajari tatabahasa sebagai sebuah fenomena dinamis, sebagai suatu struktur yang selalu dalam proses perubahan saat mereka digunakan oleh para pembicaranya. Pandangan ini menyebabkan kajian typologi linguistik menjadi penting, karena ia dapat memperlihatkan bahwa proses-proses dari gramatikalisasi condong mengikuti lintasan yang secara terpisah bergantung pada typologi. Dalam filosofi bahasa pandangan ini sering dikaitkan dengan karya terakhir Wittgenstein dan dengan filsuf bahasa umum seperti G. E. Moore, Paul Grice, John Searle dan J. L. Austin.


Apa yang membuat bahasa manusia unik

Bahasa manusia unik bila dibandingkan dengan bentuk lain komunikasi, seperti yang digunakan oleh binatang, karena ia membolehkan manusia untuk menghasilkan penyebutan yang tak terbatas dari sekumpulan elemen yang terbatas, [7] dan karena simbol dan aturan tatabahasa dari setiap bahasa secara kebanyakan sering berubah-ubah, sehingga sistem hanya dapat diperoleh melalui interaksi sosial. Sistem komunikasi yang digunakan binatang, di sisi lain, hanya dapat mengekspresikan sejumlah penyebutan terbatas yang umumnya ditransmisikan secara genetik. [8] Bahasa manusia juga unik karena kompleksitas strukturnya telah berkembang untuk melayani seluas mungkin fungsi dibandingkan sistem komunikasi lainnya.

Kajian bahasa

Kajian tentang bahasa, linguistik, telah berkembang menjadi sains sejak deskripsi pertama tatabahasa dari bahasa tertentu di India lebih dari 2000 tahun lalu. Linguistik sekarang adalah sebuah sains yang memperhatikan semua aspek yang berhubungan dengan bahasa, memeriksanya dari semua sudut pandang yang telah dijelaskan di atas.

Kajian akademis terhadap bahasa dilakukan dari banyak disiplin area berbeda dan dari sudut pandang teoritis yang berbeda, semuanya memberikan pendekatan modern terhadap linguistik. Sebagai contoh, Linguistik deskriptif membedah tatabahasa dari sebuah bahasa sehingga orang dapat mempelajari bahasa tersebut; teoritikal linguistik mengembangkan teori terbaik untuk mengkonsepkan bahasa sebagai sebuah bakat, berdasarkan pada tanggal dari berbagai macam bahasa manusia yang masih ada; sociolinguistik mempelajari bagaimana bahasa digunakan untuk tujuan sosial memberikan kajian fungsi sosial dari bahasa dan deskripsi gramatikal; neurolinguistik mempelajari bagaimana bahasa diproses dalam otak manusia, dan melakukan percobaan mengenai teori tentang kemampuan bahasa; komputasi linguistik dibangun dari teori dan deskripsi linguistik untuk membangun model komputasi bahasa yang terkadang ditujukan untuk memproses bahasa alami, atau mencoba hipotesis linguistik; dan historikal linguistik bergantung pada tatabahasa dan deskripsi lexical dari bahasa untuk menyelidiki sejarah bahasa tiap-tiapnya dan membangun pohon keluarga-keluarga bahasa dengan menggunakan metoda komparatif.

Ahli Tatabahasa awal

Prasasti Tamil kuno di Kuil Brihadeeswara di Thanjavur

Kajian formal bahasa dimulai di India oleh Panini, ahli tatabahasa abad 5 BC yang memformulasikan 3.959 aturan dari morfologi Sanskrit. Panini mengklasifikasikan sistem suara Sanskrit menjadi konsonan dan harakat, dan kelas-kelas kata, seperti kata benda dan kata kerja, adalah yang pertama dikenal dalam jenisnya. Di Timur Tengah Sibawayh (سیبویه) membuat deskripsi rinci dari bahasa Arab pada tahun 760 AD dalam karya monumentalnya, Al-kitab fi al-nahw (الكتاب في النحو, The Book on Grammar, Buku tentang Tatabahasa), penulis pertama yang membedakan antara suara dan fonem (suara sebagai unit dari sistem linguistik).

Ketertarikan barat dalam pembelajaran bahasa bermulai hampir sama awalnya dengan Timur, [9] tetapi ahli tatabahasa dari bahasa-bahasa klasik tidak menggunakan metoda atau menghasilkan kesimpulan yang sama dengan ahli di wilayah India. Ketertarikan awal pada bahasa di Barat sebagai bagian dari filosofi, bukan terhadap deskripsi dari tatabahasanya. Yang pertama mendalami teori semantik adalah Plato dalam dialog Cratylus, dimana dia berargumen bahwa kata merupakan konsep yang abadi dan ada dalam dunia pemikiran. Karya ini adalah yang pertama menggunakan kata etimologi untuk menjelaskan sejarah dari makna kata.

Sekitar 280 BC salah satu didikan Alexander the Great membangun universitas (lihat Musaeum) di Alexandria, dimana institut philologis mempelajari tulisan kuno dan mengajarkan Greek kepada pembicara bahasa lain. Institut ini adalah yang pertama menggunakan kata "tatabahasa" dalam makna moderen, Plato telah menggunakan kata tersebut dalam makna sesungguhnya dalam "téchnē grammatikḗ" (Τέχνη Γραμματική, "art of writing", "seni menulis") yang merupakan salah satu judul karya terpenting dari institut Alexandria yang dibuat oleh Dionysius Thrax. [10]

Pada masa abad pertengahan kajian bahasa digolongkan dibawah topik filologi, kajian mengenai bahasa dan tulisan kuno, diajarkan oleh Roger Ascham, Wolfgang Ratke dan John Amos Comenius. [11]

Historisisme

Pada abad ke-18, penggunaan pertama dari metoda komparatif oleh William Jones memicu tumbuhnya komparatif linguistik. [12] Bloomfield mengatributkan "karya terbaik pertama dalam ilmu linguistik di dunia" kepada Jacob Grimm, yang menulis Deutsche Grammatik. [13] Ia kemudian diikuti oleh penulis lainnya menulis kajian komparatif yang mirip terhadap kelompok bahasa yang berbeda di Eropa. Kajian secara sains pada bahasa kemudian tersebar dari bahasa Indo-Eropa ke bahasa secara umum oleh Wilhelm von Humboldt, yang mana Bloomfield menyatakan:[13]

"Kajian ini menerima fondasinya ditangan negarawan Prussia dan pelajar Wilhelm von Humboldt (1767-1835), terutama dalam terbitan pertama dari karyanya Kavi, Sastra dari bahasa Jawa, berjudul Über die Verschiedenheit des menschlichen Sprachbaues und ihren Einfluß auf die geistige Entwickelung des Menschengeschlechts ('Keberagaman Struktur dari Bahasa Manusia dan Pengaruhnya terhadap Perkembangan Mental dari Ras Manusia')."

Strukturalisme

Awal abad 20-an, de Saussure memperkenalkan ide tentang bahasa sebagai "kode sematik". [14] Kontribusi tambahan yang besar yang mirip dengan ide tersebut juga datang dari Louis Hjelmslev, Emile Benveniste dan Roman Jakobson, [15] yang dikarakterisasikan sebagai sangat sistematik. [15]

Generativisme

Sekitar tahun 1960-an Noam Chomsky, berdasarkan karya awal Zellig Harris, membuat formulasi teori generatif bahasa. Menurut teori tersebut bentuk paling dasar dari bahasa adalah suatu kumpulan aturan-aturan sintaks yang universal untuk semua manusia yang mendasari tatabahasa dari semua bahasa manusia. Kumpulan aturan tersebut disebut dengan Tatabahasa universal, dan Chomsky menyebutnya sebagai tujuan utama dari disiplin ilmu linguistik. Karena alasan tersebut tatabahasa dari setiap bahasa hanya penting bagi linguistik, sejauh mereka membolehkan kita memahami aturan universal yang mendasari darimana keberagaman linguistik yang tampak dapat diturunkan.

Bahasa dan bagian-bagiannya

Bila menjelaskan sistem komunikasi simbolik, bahasa secara tradisional terdiri dari tiga bagian: isyarat, makna, dan sebuah kode yang menghubungkan isyarat dengan maknanya. Kajian bagaimana isyarat dan makna digabungkan, digunakan dan diinterpretasikan disebut dengan semiotik. Isyarat dapat dihasilkan dari suara, gestur, huruf atau simbol, bergantung kepada apakah suatu bahasa diucapkan, diisyaratkan atau ditulis, dan semuanya dapat digabungkan menjadi isyarat kompleks seperti kata dan kalimat. Pada saat digunakan untuk berkomunikasi sebuah isyarat disandikan dan dikirim oleh pengirim lewat sebuah kanal kepada penerima yang akan menterjemahkannya (sebuah sinyal).

Beberapa properti yang membedakan bahasa manusia dengan sistem komunikasi lainnya adalah: kesembarangan dari isyarat linguistik, yang berarti tidak adanya koneksi yang terprediksi antara isyarat linguistik dan maknanya; dualitas dari sistem linguistik, yang berarti struktur linguistik dibuat dengan menggabungkan elemen-elemen menjadi struktur luas yang dapat dilihat dalam tingkatan, contohnya: bagaimana suara membentuk kata dan kata membentuk kalimat; elemen-elemen bahasa yang berlainan, yang berarti elemen pembentuk isyarat linguistik terbentu dari unit yang berlainan, contohnya suara dan kata, yang dapat dibedakan satu sama lain dan tersusun ulang dalam pola yang berbeda; dan produktivitas dari sistem linguistik, yang berarti elemen linguistik yang terbatas dapat digabungkan menjadi kombinasi yang tak terbatas secara teori. [16]

Aturan mengenai isyarat mana yang dapat digabungkan membentuk kata dan kalimat disebut dengan sintaks atau tatabahasa. Suatu makna yang terhubung kesetiap isyarat-isyarat, kata-kata dan kalimat disebut dengan semantik. Pembagian bahasa dalam suatu sistem isyarat dan makna yang terhubung tetapi berbeda dapat dilihat kebelakang berdasarkan kajian linguistik dari de Saussure dan sekarang digunakan hampir disemua bagian linguistik.


Semantik

Bahasa mengekspresikan makna dengan mengaitkan sebuah isyarat dengan maknanya. Bahasa tersebut haruslah memiliki kosa kata isyarat yang berkaitan dengan makna tertentu -- isyarat Inggris dari "anjing" menandakan, misalnya, anggota dari jenis Canis. Dalam sebuah bahasa, susunan dari isyarat yang berubah-ubah yang terhubung kepada makna tertentu disebut dengan lexicon, dan sebuah isyarat yang terhubung ke sebuah makna disebut dengan lexeme. Tidak semua makna dalam sebuah bahasa direpresentasikan oleh satu kata -- terkadang konsep semantik terkandung dalam morfologi atau sintaks dari suatu bahasa dalam bentuk kategori tatabahasa. Semua bahasa memiliki struktur semantik dari predikat -- sebuah struktur yang mendasari sebuah properti, keadaan atau aksi. Secara tradisional semantik telah dipahami sebagai kajian bagaimana pembicara dan pendengar memberikan nilai benar terhadap suatu pernyataan, sehingga makna dapat dipahami sebagai suatu proses dimana sebuah predikat dapat dikatakan benar atau salah mengenai sebuah entitas, contohnya: "[x [adalah y]]" atau "[x [maka y]]." Baru-baru ini, model dari semantik ini telah dilengkapi dengan model makna yang lebih dinamis yang menggabungkan pengetahuan yang sama tentang konteks dimana sebuah tanda diinterpretasikan menjadi produksi dari makna. Model makna seperti itu dieksplor lebih jauh dalam bidang pragmatik.

Suara dan simbol

Cara suatu bahasa diucapkan menggunakan suara untuk membentuk suatu makna dikaji dalam fonologi. Kajian bagaimana manusia menghasilkan dan memaknakan suara vokal disebut dengan fonetik. Dalam bahasa ucapan makna dikonstruksi bila suara menjadi bagian dari sistem dimana beberapa suara dapat berkontribusi untuk mengekspresikan suatu makna dan suara lainnya tidak. Dalam setiap bahasa yang ada dari sekian banyak suara yang dapat dibuat oleh vokal manusia hanya sejumlah suara yang berkontribusi dalam pembentukan makna.

Suara sebagai bagian dari sistem linguistik disebut dengan fonem. Semua bahasa ucapan memiliki sedikitnya dua kategori fenom berbeda: harakat dan konsonan yang dapat digabungkan menjadi suku kata. Selain segmen seperti harakat dan konsonan, beberapa bahasa juga menggunakan suara dengan cara berbeda untuk menyampaikan suatu makna. Banyak bahasa, misalnya, menggunakan penekanan, aksen, durasi dan nada untuk membedakan makna. Karena fenomena seperti ini bekerja diluar dari sebuah segmen mereka disebut dengan suprasegmental.

Aksara merepresentasikan suara dari perkataan manusia menggunakan simbol visual. Alfabet latin (dan yang berbasis atau diturunkan darinya) adalah berbasiskan representasi dari suatu suara, sehingga kata-kata terbentuk dari huruf-huruf yang secara umum menandakan sebuah konsonan atau harakat dalam struktur dari kata. Dalam naskah suku kata, seperti naskah Inuktitut, setiap isyarat merepresentasikan seluruh suku kata. Dalam naskah logographic setiap isyarat merepresentasikan seluruh kata. Karena semua bahasa memiliki jumlah kata yang sangat banyak, tidak ada naskah logographic yang diketahui eksis. Untuk merepresentasikan suara dari bahasa-bahasa di dunia dalam penulisan, linguis telah mengembangkan International Phonetic Alphabet, dirancang untuk merepresentasikan semua suara yang berbeda yang telah diketahui untuk membantu pemaknaan dalam bahasa manusia.

Tatabahasa

Tatabahasa adalah kajian bagaimana elemen-elemen makna (morfem) dalam suatu bahasa dapat digabungkan menjadi pengucapan. Morfem dapat bebas atau terikat. Jika mereka bebas berpindah dalam pengucapan, mereka biasanya disebut dengan kata, dan jika mereka terikat dengan kata atau morfem lainnya, mereka disebut dengan afiks. Bagaimana suatu elemen makna dapat digabungkan dalam suatu bahasa dikontrol oleh aturan-aturan. Aturan-aturan untuk mendapatkan struktur internal kata disebut dengan morfologi. Aturan-aturan dari struktur internal dari frase dan kalimat disebut dengan sintaks. [17] Dalam tradisi generativis Chomsky morfologi dilihat sebagai bagian dari sintaks.

Kategori Tatabahasa

Tatabahasa dapat diartikan sebagai sebuah sistem kategori, dan suatu kumpulan aturan-aturan yang menentukan bagaimana kategori-kategori digabungkan untuk membentuk aspek-aspek makna yang berbeda.

Bahasa-bahasa berbeda secara luas dalam apakah suatu kategori dikodekan lewat penggunaan unit kategori atau leksikal. Namun, beberapa kategori sangat umum sehingga hampir universal. Kategori universal itu termasuk pengkodean relasi gramatikal dari peserta dan predikat secara tatabahasa berbeda antara relasinya terhadap predikat, pengkodean dari relasi sementara dan spasial pada predikat, dan sistem dari pelaku gramatikal mengatur acuan dan perbedaan antara pembicara dan penerima dan tentang siapa yang mereka bicarakan.

Kelas-kelas kata

Bahasa mengelompokkan bagian-bagian dari pembicaraan menjadi kelas-kelas bergantung kepada fungsi dan posisi relatif terhadap bagian lainnya. Semua bahasa, misalnya, memiliki perbedaan mendasar antara sekelompok kata yang secara prototipikal mengacu pada sesuatu dan konsep dan sekelompok kata yang secara prototipikal mengacu pada aksi dan kejadian. Kelompok pertama, yang mengikutkan kata seperti "anjing" dan "lagu", biasanya disebut dengan kata benda. Kelompok kedua, yang mengikutkan kata seperti "lari" dan "menyanyi", disebut dengan kata kerja. Kategori umum lainnya adalah Kata sifat, kata-kata yang menjelaskan properti atau kualitas dari kata benda seperti "merah" atau "besar".

Kelas-kelas kata juga memiliki fungsi berbeda dalam tatabahasa. Kata kerja prototipikal digunakan untuk membentuk predikat, sementara kata benda digunakan sebagai argumen dari predikat. Dalam kalimat seperti "Sally lari," predikatnya adalah "lari," karena ia merupakan kata yang menandakan keadaan tertentu tentang argumennya "Sally". Beberapa kata kerja seperti "sumpah" bisa saja memerlukan dua argumen, contohnya: "Sally menyumpahi John". Predikat yang hanya menggunakan satu argumen disebut dengan intransitif, dan predikat yang memakai dua argumen disebut dengan transitif.

Banyak kelas-kelas lain yang ada di bahasa yang berbeda, seperti konjungsi yang berguna untuk menggabungkan dua kalimat dan klausa yang memperkenalkan sebuah kata benda.

Morfologi

Banyak bahasa menggunakan proses morfologi infleksi untuk merubah atau mengembangkan makna dari kata-kata. Dalam beberapa bahasa kata terdiri dari beberapa unit makna yang disebut morfem, kata bahasa Inggris "unexpected" dapat dianalisa terdiri dari tiga morfem "un-", "expect" dan "-ed". Morfem dapat dikelaskan berdasarkan apakah mereka akar dimana morfem yang lain terikat dengan afiks ditambahkan, dan morfem terikat dapat dikelompokan berdasarkan posisinya dalam relasi terhadap akarnya: prefiks lebih dulu dari akar, sufiks setelah akar dan infiks dimasukkan diantara akar. Afiks bertujuan untuk merubah atau mengembangkan makna dari akar. Beberapa bahasa mengganti makna dari kata dengan merubah struktur fonologi dari kata, contohnya kata Inggris "run" dengan kata kerja masa lampaunya adalah "ran". Lebih lanjut morfologi membedakan antara proses infleksi yang merubah atau mengembangkan kata, dan derivasi yang membuat kata baru dari kata yang sudah ada -- contohnya kata Inggris "sing" yang dapat menjadi "singer" dengan menambahkan morfem derivasi -er untuk mendapatkan kata benda dari kata kerja. Bahasa-bahasa berbeda secara luas dalam seberapa banyak mereka bergantung kepada morfologi -- beberapa bahasa, secara tradisional disebut dengan bahasa polisintetik, menggunakan morfologi secara ekstensif, sehingga ia mengekspresikan seluruh kalimat bahasa Inggris dalam satu kata. Contohnya kata Greenlandic "oqaatiginerluppaa"" "Ia memburuk-burukan tentang dia" yang terdiri dari akar ogaa dan enam sufiks. [18]

Sintaks

Bahasa yang menggunakan infleksi untuk menyampaikan makna terkadang tidak memiliki aturan kuat untuk urutan kata dalam suatu kalimat. Contohnya dalam latin "dominus servos vituperabat" dan "servos vituperabat dominus" berarti "tuan menyumpahi budak", karena "servos" "budak" ada dalam kausa akusativ memperlihatkan bahwa ia adalah objek dalam tatabahasa dari kalimat dan "dominus" "tuan" ada dalam kausa nominatif memperlihatkan bahwa ia adalah subjek. Bahasa lain, namun, menggunakan sedikit atau tanpa proses infleksi tapi menggunakan urutan kata-kata dalam kaitannya satu sama lain untuk menghasilkan makna. Contohnya dalam bahasa Inggris dua kalimat "budak-budak menyumpahi tuannya" dan "tuan menyumpahi budak-budak" memiliki arti yang berbeda karena aturan subjek dalam tatabahasa disandikan dengan kata benda berada di depan kata kerja dan aturan objek disandikan dengan kata benda muncul setelah kata kerja.

Maka sintaks, memiliki kaitan dengan urutan kata dalam kalimat, dan secara spesifik bagaimana kalimat kompleks terstruktur dengan mengelompokkan kata-kata dalam unit-unit, disebut dengan frasa, yang dapat menempati tempat berbeda dalam struktur sintaktik yang luas. Dibawah ini adalah representasi grafik dari analisis sintaktik dari kalimat "the cat sat on the mat". Kalimat dianalisa terbagi oleh frasa kata benda, kata kerja dan frasa preposisi; frasa preposisi terbagi lagi menjadi preposisi dan frasa kata benda; dan frasa kata benda terdiri dari klausul dan kata benda.

Akuisisi bahasa

Semua manusia yang sehat, berkembang secara normal, belajar menggunakan bahasa. Anak-anak memperoleh bahasa atau bahasa yang ada disekitarnya -- bahasa manapun yang mereka terima secara penuh selama masa kanak-kanak. Perkembangannya secara esensial sama antara anak-anak yang mempelajari bahasa isyarat atau bahasa suara. [19] Proses belajar ini dikenal dengan akuisisi bahasa pertama, karena tidak seperti pembelajaran lainnya ia tidak membutuhkan pembelajaran langsung atau kajian secara khusus. Dalam The Descent of Man naturalis Charles Darwin menyebut proses tersebut dengan, "keinginan insting untuk memperoleh suatu seni."[5]

Akuisisi bahasa pertama berlangsung regular secara bertahap, walaupun terdapat berbagai variasi dalam waktu untuk tingkatan-tingkatan tertentu diantara bayi yang berkembang secara normal. Sejak lahir, bayi merespon lebih mudah pada suara manusia daripada suara lainnya. Sekitar umur satu bulan, bayi tampak telah dapat membedakan antara suara bicara yang berbeda. Sekitar umur enam bulan, seorang anak mulai mengoceh, menghasilkan suara bicara dari bahasa yang digunakan disekitarnya. Perkataan mulai muncul pada umur 12 sampai 18 bulan; rata-rata perbendaharaan kata bayi berumur 18 bulan adalah sekitar 50 kata. Pengucapan pertama anak adalah berbentuk Holofrase (secara harfiah "keseluruhan-kalimat"), pengucapan yang hanya menggunakan satu kata untuk mengkomunikasikan seluruh ide. Beberapa bulan setelah anak menghasilkan kata-kata, ia akan menghasilkan pengucapan dengan dua-kata, dan dalam beberapa bulan lebih mulai ber-bicara telegrafis, kalimat singkat yang kurang kompleks secara tatabahasa daripada orang dewasa bicara, tetapi memperlihatkan struktur sintaks reguler. Pada umur tiga sampai lima tahun, kemampuan anak untuk berbicara dan berisyarat yang halus yang hampir mirip dengan bahasa dewasa. [20]

Bahasa dan kultur

Berkas:Pieter Bruegel d. Ä. 075b.jpg
"The Tower of Babel" oleh Pieter Bruegel the Elder. Oil on board, 1563.
The Tower of Babel simbolisasi dari terpecahnya umat manusia oleh banyaknya lidah yang disediakan lewat intervensi ilahi.

Bahasa, dipahami sebagai kumpulan norma-norma perkataan dari komunitas tertentu, juga termasuk bagian dari kultur yang lebih besar dari komunitas yang menggunakannya. Manusia menggunakan bahasa sebagai cara memberikan sinyal identitas antara grup kultur dan perbedaan dengan yang lainnya. Bahkan diantara pembicara dalam satu bahasa beberapa cara berbeda dalam menggunakan bahasa masih ada, dan setiapnya digunakan untuk memberikan sinyal pertalian antara subgrup dalam satu kultur yang besar. Linguis dan antropologis, terutama sociolinguistic, ethnolinguists dan linguistic anthropologists telah mengkhususkan mengkaji bagaimana cara berbicara bisa berbeda antara komunitas.

Cara komunitas menggunakan bahasa adalah bagian dari kultur komunitas tersebut, seperti praktek-praktek berbagi lainnya, ia merupakan cara untuk menunjukkan identitas grup. Cara-cara berbicara tidak hanya untuk berkomunikasi, tetapi juga untuk mengidentifikasikan posisi sosial dari pembicara. Linguis menggunakan istilah variasi, sebuah istilah yang meliputi dialek secara geografi atau sosialkultural dan juga jargon atau gaya dari subkultur, untuk mengacu pada cara yang berbeda dalam pengucapan bahasa. Anthropologi linguistik dan sosiologi bahasa menjelaskan gaya komunikasi sebagai cara suatu bahasa digunakan dan dipahami dalam kultur tertentu. [21]

Bahasa tidak hanya berbeda dalam pengucapan, kosa kata atau tatabahasa, tetapi juga berbeda dalam "kultur berbicara". Beberapa kultur sebagai contohnya memiliki sistem yang rumit dalam "sosial deixis", sistem pemberian sinyal jarak sosial lewat makna linguistik. [22] Dalam bahasa Inggris, sosial deixis diperlihatkan biasanya lewat perbedaan dalam memanggil orang dengan nama pertama dan yang lain dengan nama keluarga, tetapi juga dengan gelar separti "Nyonya", "anak", "Doktor" atau "Yang Mulia", tatapi dalam bahasa lain sistem seperti ini bisa sangat kompleks dan dikodifikasi dalam tatabahasa dan kosa kata dari bahasa tersebut. Misalnya, dalam beberapa bahasa di Asia timur, seperti Thai, Burma dan jawa, kata yang berbeda digunakan bergantung kepada apakah pembicara berbicara kepada seseorang yang lebih tinggi atau rendah tingkatnya dari dirinya sendiri dalam sebuah sistem tingkatan dimana binatang dan anak-anak berada di tingkat rendah dan dewa-dewi dan anggota kerajaan sebagai yang tertinggi. [22]


Asal mula

Tengkorak dari Homo Neanderthalensis ditemukan di La Chapelle Aux Saints, Prancis. Masih belum diketahui apakah manusia Neanderthal memiliki bahasa.

Teori tentang asal mula bahasa dapat dibagi berdasarkan asumsi dasarnya. Beberapa teori berdasarkan ide bahwa bahasa sangat kompleks sehingga tidak dapat dibayangkan ia timbul dari ketiadaan sehingga menjadi seperti sekarang, tapi ia pastilah berkembang dari sistem pra-linguistik bersama dengan nenek moyang pra-manusia. Teori ini dapat disebut dengan teori berdasarkan keberlanjutan. Sudut pandang berlawanan yaitu bahwa bahasa adalah ciri unik manusia yang tidak dapat dibandingkan dengan apapun yang ada di selain-manusia dan oleh sebab itu ia pastilah muncul mendadak pada saat transisi dari pra-hominid ke awal manusia. Teori ini dapat didefinisikan sebagai berbasis ketidakberlanjutan. Demikian juga beberapa teori melihat bahasa sebagai kemampuan lahir yang secara garis besar dikodekan dalam genetik, sementara yang lain melihatnya sebagai sistem yang besar secara kultur, yang dipelajari lewat interaksi sosial. [23] Satu-satunya lawan yang menonjol dari teori ketidakberlanjutan dari asal mula bahasa manusia adalah Noam Chomsky. Chomsky menyatakan bahwa 'Beberapa mutasi acak terjadi, mungkin setelah hujan sinar kosmik yang tak dikenal, dan ia menyusun ulang otak, menanam organ bahasa di dalam otak primata'. Walaupun memperingatkan supaya tidak menganggap kisah tersebut secara benar-benar, Chomsky bersikeras bahwa 'Ia mungkin lebih dekat pada kenyataan daripada dongeng-dongeng lainnya yang mengatakan tentang proses secara evolusi, termasuk bahasa'. [24] Teori berbasis keberlanjutan sekarang dipegang oleh kebanyakan ilmuwan, tetapi mereka beragam dalam melihat perkembangannya.[25] Bagi mereka yang melihat bahasa umumnya bawaan lahir, contohnya Steven Pinker, menganggapnya mendahului kesadaran binatang, sebaliknya mereka yang melihat bahasa sebagai alat komunikasi sosial yang dipelajari, seperti Michael Tomasello melihatnya berkembang dari komunikasi binatang, baik itu gestur primata atau komunikasi vokal. Model berbasis keberlanjutan lainnya melihat bahasa berkembang dari musik. [26]

Karena timbulnya bahasa berada sebelum prasejarah manusia, perkembangan yang berkaitan tidak meninggalkan jejak sejarah dan tidak ada proses perbandingan yang dapat diobservasi pada saat sekarang. Teori yang menekankan keberlanjutan sering melihat pada binatang untuk melihat jika, misalnya, primata memperlihatkan ciri-ciri yang dapat dilihat sebagai analogi terhadap bentuk bahasa dari pra-manusia. Secara alternatif fosil awal manusia dapat diinspeksi untuk melihat jejak-jejak adaptasi fisik dari penggunaan bahasa atau bentuk jejak-jejak pra-linguistik dari perilaku simbolik.

Secara umum tak terbantahkan bahwa pra-manusia australopithecine tidak memiliki sistem komunikasi yang secara signifikan berbeda dengan yang ditemukan pada kera besar secara umum, [butuh rujukan] tetapi para ahli memiliki opini yang berbeda-beda terhadap perkembangan sejak munculnya Homo sekitar 2,5 juta tahun yang lalu. Beberapa ahli mengasumsikan perkembangan sistem mirip-bahasa primitif (proto-bahasa) sama awalnya dengan Homo habilis, sementara ahli lainnya menempatkan perkembangan komunikasi simbol primitif hanya dengan Homo erectus (1,8 juta tahun yang lalu) atau Homo heidelbergensis (0,6 juta tahun yang lalu) dan perkembangan bahasa pada Homo sapiens kurang dari 100.000 tahun lalu.[27]

Analisis linguistik, yang digunakan oleh Johanna Nichols, seorang linguis dari University of California, Berkeley, untuk memperkirakan waktu yang diperlukan untuk sampai pada persebaran dan keberagaman seperti bahasa moderen sekarang, mengindikasikan bahwa bahasa vokal timbul sekitar 100.000 tahun lalu. [28]

Bahasa alami

Bahasa manusia biasanya disebut dengan bahasa alami, dan ilmu yang mengkajinya jatuh pada bidang linguistik. Progres umum dari bahasa alami adalah mereka dianggap pertamanya diucapkan dan kemudian ditulis, dan pemahaman dan penjelasan dari tatabahasa mereka adalah diusahakan kemudian.

Bahasa itu hidup, mati, terbelah, berpindah dari suatu tempat ke tempat lain, dan berubah seiring dengan waktu. Setiap bahasa yang berhenti berubah atau berkembang dikategorikan sebagai bahasa mati. Kebalikannya, setiap bahasa yang selalu dalam keadaan berubahan diketahui sebagai bahasa hidup atau bahasa moderen. Karena alasan tersebut tantangan terbesar dari pembicara bahasa asing adalah untuk tetap berendam dalam bahasa tersebut dengan tujuan untuk dapat mengikuti perubahan dari bahasa tersebut.

Membuat sebuah perbedaan yang berprinsip antara satu bahasa dan lainnya terkadang hampir tidak mungkin. [29] Misalnya, ada beberapa dialek bahasa Jerman yang mirip dengan dialek bahasa Belanda. Transisi antara bahasa dalam bahasa keluarga yang sama terkadang bertingkat-tingkat (lihat rangkaian dialek).

Beberapa condong membuat persamaan dengan biologi, dimana tidak mungkin membuat perbedaan yang jelas antara satu spesies dengan spesies yang lain. Dalam setiap kasus, kesulitan tertinggi mungkin berada pada interaksi antara bahasa dan populasi. (Lihat Dialek atau August Schleicher untuk diskusi lebih panjang.)

Konsep dari Ausbausprache, Abstandsprache and Dachsprache digunakan untuk membuat pembedaan lebih halus tentang tingkat perbedaan antara bahasa atau dialek.

Bahasa isyarat adalah sebuah bahasa yang, bukannya disampaikan menggunakan pola suara secara akustik, menggunakan pola isyarat yang dikirim secara visual (komunikasi manual, bahasa tubuh) untuk menyampaikan makna -- secara simultan menggabungkan pola tangan, orientasi dan pergerakan tangan, lengan atau tubuh, dan ekpresi wajah untuk mengekspresikan pikiran pembicara secara lancar. Ratusan bahasa isyarat digunakan diseluruh dunia dan sebagai inti dari kultur Tuli lokal.


Bahasa Artifisial

Buku pertama yang diterbitkan tentang Esperanto, bahasa bentukan yang digunakan hampir sedunia.

Bahasa artifisial adalah sebuah bahasa yang mana fonologi, tatabahasa, dan/atau kosa kata nya telah dirancang atau dimodifikasi secara sadar oleh individu atau kelompok, bukan berkembang secara alami. Banyak alasan untuk membuat sebuah bahasa: untuk mempermudah komunikasi manusia (lihat international auxiliary language dan kode); untuk mengangkat fiksi atau dunia khayalan menjadi hidup; untuk eksperimentasi linguistik; untuk kreasi artistik; dan untuk permainan bahasa.

Ekspresi dari "bahasa terencana" terkadang digunakan untuk mengartikan bahasa bantu internasional dan bahasa bentukan lainnya untuk penggunaan nyata dalam komunikasi manusia. Beberapa lebih menyukai istilah "artifisial" yang mungkin memiliki konotasi buruk dalam beberapa bahasa. Di luar komunitas Esperanto, istilah bahasa terencana berarti resepnya berada pada bahasa alami untuk menstandarkannya; dalam hal ini, bahkan "bahasa alami" mungkin artifisial dalam hal-hal tertentu. tatabahasa preskriptif, yang ada pada masa kuno untuk bahasa klasik seperti Latin, Sanskrit, dan Cina adalah kodifikasi berbasis aturan dari bahasa alami, kodifikasinya berada diantara seleksi alami yang naif dan perkembangan bahasa dan konstruksinya yang jelas.

Tabel ASCII, skema untuk pengkodean rangkaian karakter.

Matematik, Logik dan ilmu komputer menggunakan entitas artifisial yang disebut bahasa formal (termasuk bahasa pemrograman dan bahasa markup, dan beberapa yang lebih ke teori secara alami). Semua itu menggunakan bentuk rangkaian karakter, diproduksi oleh kombinasi dari tatabahasa formal dan kompleksitas semantik yang berubah-ubah.

Bahasa pemrograman adalah bahasa formal diberkahi dengan semantik yang dapat digunakan untuk mengkontrol perilaku dari mesin, terutama komputer, untuk melakukan pekerjaan tertentu. Bahasa pemrograman dibentuk menggunakan aturan sintaks dan semantik, untuk menentukan struktur dan makna secara berurutan.

Bahasa pemrograman digunakan untuk memfasilitasi komunikasi mengenai pekerjaan tentang pengorganisasian dan manipulasi informasi, dan untuk mengekspresikan algoritma secara tepat. Beberapa penulis [siapa?] membatasi istilah "bahasa pemrograman" untuk bahasa yang dapat mengekspresikan semua algoritma yang ada; terkadang istilah "bahasa komputer" juga digunakan terhadap bahasa artifisial yang lebih terbatas. [butuh rujukan]


Komunikasi binatang

Tarian kibasan berbentuk-angka-delapan dari Lebah madu (Apis mellifera) mengindikasi sumber makanan diarah kanan matahari dari luar kandang. Perut dari penari tampak mengabur karena pergerakan cepat dari sisi ke sisi.

Istilah "bahasa binatang" sering digunakan untuk sistem komunikasi selain-manusia. Linguistik dan semiotisian tidak mempertimbangkan mereka sebagai "bahasa" sejati, tetapi menggambarkan mereka sebagai komunikasi binatang berdasarkan sistem isyarat tidak-simbolis, [30] karena interaksi antara binatang dalam berkomunikasi secara fundamental berbeda secara mendasar dari bahasa manusia. Menurut pendekatan ini, sejak binatang tidak lahir dengan kemampuan memahami istilah "kultur", saat diaplikasikan ke komunitas binatang, dipahami mengacu pada sesuatu yang secara kualitas berbeda dengan yang ada di komunitas manusia. Bahasa, komunikasi dan kultur adalah hal-hal kompleks yang diantara manusia. Anjing mungkin saja secara sukses mengkomunikasikan keadaan emosi agresifnya dengan menggeram, yang mungkin atau tidak mungkin menyebabkan anjing lainnya menjauh atau mundur. Hal yang sama, pada saat manusia berteriak dalam ketakutan, ia mungkin atau tidak mungkin memberitahu manusia lain akan adanya bahaya. Keduanya mencontohkan komunikasi, tapi keduanya bukan yang secara umum dikenal dengan bahasa.

Dalam beberapa contoh publikasi, binatang selain manusia telah diajarkan untuk memahami beberapa fitur dari bahasa manusia. Karl von Frisch menerima hadiah Nobel ditahun 1973 untuk pembuktian komunikasi isyarat dan variannya pada lebah. [31] Simpanse, gorila, dan orangutan telah diajarkan isyarat tangan berbasis American Sign Language. Burung beo Abu-abu Afrika, Alex, yang memiliki kemampuan meniru perkataan manusia dengan tingkat akurasi yang tinggi, dianggap memiliki inteligensi yang cukup untuk memahami apa yang ia tiru. Walaupun binatang dapat diajarkan untuk memahami bagian dari bahasa manusia, mereka tidak dapat menghasilkan sebuah bahasa.

Bila pendukung dari sistem komunikasi binatang telah mendebatkan tingkat dari semantik, sistem ini belum ditemukan yang mendekati sintaks pada bahasa manusia. [32]


Lihat juga

Catatan

  1. ^ "language". The American Heritage Dictionary of the English Language (edisi ke-3rd). Boston: Houghton Mifflin Company. 1992. 
  2. ^ Lyons, John. 1981. Language and Linguistics. p. 2
  3. ^ Lyons, John. 1981. Language and Linguistics. pp. 1–8
  4. ^ Marc D. Hauser and W. Tecumseh Fitch (2003). "What are the uniquely human components of the language faculty?". Dalam M.H. Christiansen and S. Kirby. Language Evolution: The States of the Art. Oxford University Press. 
  5. ^ a b Pinker, Steven (1994). The Language Instinct: How the Mind Creates Language. Perennial. 
  6. ^ Chomsky, Noam (1957). Syntactic Structures. the Hague: Mouton. 
  7. ^ Hauser,Marc D. (2002). "The Faculty of Language: What Is It, Who Has It, and How Did It Evolve?". Science 22. 298 (5598): 1569–1579. 
  8. ^ Tomasello, Michael (2008). Origin of Human Communication. MIT Press. 
  9. ^ Bloomfield & 1914, hlm. 307. |
  10. ^ Seuren, Pieter A. M. (1998). Western linguistics: An historical introduction. Wiley-blackwell. hlm. 2–24. ISBN 0631208917. 
  11. ^ Bloomfield 1914, hlm. 308
  12. ^ Bloomfield 1914, hlm. 310.
  13. ^ a b Bloomfield 1914, hlm. 311.
  14. ^ Clarke, David S. (1990). Sources of semiotic: readings with commentary from antiquity to the present. Carbondale: Southern Illinois University Press. hlm. 143–144. 
  15. ^ a b Holquist 1981, hlm. xvii-xviii.
  16. ^ Lyons, John (1981). Language and linguistics. Cambridge University Press. hlm. 17–24. 
  17. ^ Lyons, John (1981). Language and linguistics. Cambridge University Press. hlm. 103. 
  18. ^ Rischel, Jørgen. Grønlandsk sprog. [1] Den Store Danske Encyklopædi Vol. 8, Gyldendal
  19. ^ Bonvillian, John D. (December 1983). "Developmental milestones: Sign language acquisition and motor development". Child Development. 54 (6): 1435–1445. 
  20. ^ O'Grady, William; Cho, Sook Whan (2001). "First language acquisition". Contemporary Linguistics: An Introduction (edisi ke-fourth). Boston: Bedford St. Martin's. 
  21. ^ Clancy, Patricia. (1986) "The acquisition of communicative style in Japanese." In B. Schieffelin and E. Ochs (eds) Language Socialization across Cultures. Cambridge: Cambridge University Press.
  22. ^ a b Foley 1997 p??
  23. ^ Ulbaek, Ib (1998). "The Origin of Language and Cognition". Dalam J. R. Hurford & C. Knight. Approaches to the evolution of language. Cambridge University Press. hlm. 30–43. 
  24. ^ Chomsky, N. (2000). The Architecture of Language. Oxford: Oxford University Press, p. 4.
  25. ^ (Indonesia) Jurnal KeSimpulan.com - Simpanse Panzee Letakkan Evolusi Bahasa Primata Sebelum Spesies Manusia
  26. ^ The Economist , "The evolution of language: Babel or babble?" , 16 April 2011 , pp. 85-86.
  27. ^ (Indonesia)News KeSimpulan.com - Evolusi Keragaman Fonemika Bahasa Budaya Dukung Ekspansi Out of Afrika
  28. ^ Bower, Bruce (11 June 1994). "Talking back in time; prehistoric origins of language attract new data and debate - language evolution". Science News on Bnet (Technology Industry). CBS Interactive News Service. Diakses tanggal 29 September 2010. 
  29. ^ "Language". The New Encyclopædia Britannica: MACROPÆDIA. 22. Encyclopædia Britannica,Inc. 2005. hlm. 548 2b. 
  30. ^ Cobley, P. 2010. Routledge Companion to Semiotics. London.
  31. ^ Frisch, K. v. 1953. 'Sprache' oder 'Kommunikation' der Bienen? Psychologische Rundschau 4.
  32. ^ Sebeok, T. A. 1996. Signs, bridges, origins. In: Trabant, Jürgen (ed.), Origins of Language. Budapest: Collegium Budapest, 89–115.

Referensi

Bacaan lebih lanjut

Artikel ini tersedia dalam versi lisan
Dengarkan versi lisan dari artikel ini
(2 bagian, 13 menit)
Ikon Wikipedia Lisan
Berkas-berkas suara berikut dibuat berdasarkan revisi dari artikel ini per tanggal
Error: tidak ada parameter tanggal yang diberikan
, sehingga isinya tidak mengacu pada revisi terkini.


Templat:Philosophy of language