Kota Surakarta
Jawa > Jawa Tengah | ||
---|---|---|
Lambang Kota Surakarta | ||
Lambang Kasunanan Surakarta | ||
Lambang Praja Mangkunagaran | ||
Motto: Mulat sarira angrasa wani1 "Introspeksi diri, merasa berani." 1Motto kerajaan Mangkunegaran | ||
Provinsi | Jawa Tengah | |
Luas wilayah | 44,03 km² | |
Penduduk | 572.345 (2004) | |
- Kepadatan | 12.998,97/km² | |
Suku bangsa | Jawa, Tionghoa, Arab | |
Bahasa | Jawa, Indonesia | |
Agama | Kejawen, Islam,Katholik Roma, Kristen Protestan, Hindu, Buddha | |
Kecamatan | 5 | |
- Kelurahan | 51 | |
Walikota | Ir. Joko Widodo | |
Wakil Walikota | F.X. Hadi Rudyatmo | |
Kode telepon | 0271 | |
Situs web resmi: www.surakarta.go.id |
Surakarta (juga disebut Solo atau Sala) adalah nama sebuah kota di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Surakarta berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali di sebelah utara, Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah timur, Kabupaten Sukoharjo di sebelah selatan, dan Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar di sebelah barat. Sisi timur kota ini dilewati sungai yang termahsyur, Bengawan Solo, yang menjadi inspirasi bagi terciptanya lagu dengan judul yang sama oleh Gesang. Saat ini Surakarta dipimpin oleh Ir. Joko Widodo ("Jokowi") sebagai walikota dan F.X. Hadi Rudyatmo sebagai wakil walikota.
Berdirinya Surakarta tidak terlepas dari sejarah Mataram, karena pernah menjadi pusat pemerintahan. Setelah pembagian Mataram, Surakarta menjadi pusat pemerintahan Kasunanan Surakarta, dan selanjutnya juga Mangkunegaran. Bagian Mataram yang lain berpusat di kota Yogyakarta. Latar belakang ini menjelaskan 'persaingan' yang sering muncul dalam pengembangan kebudayaan Jawa di wilayah ini, seperti tampak pada ungkapan "tari Jawa 'gaya Solo' dan 'gaya Yogya'."
Sekilas mengenai Surakarta
Pada tahun 1948, pernah berdiri "Daerah Istimewa Surakarta" dengan Sri Sunan Pakubuwono XII dan Sri Mangkunegoro VIII masing-masing menjabat sebagai gubernur dan wakil gubernur (bersamaan dengan berdirinya propinsi DI Yogyakarta), meski setelah pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda provinsi ini dihapuskan, karena terjadi huru-hara. Huru-hara ini dipicu oleh anggota-anggota Partai Komunis Indonesia yang menentang monarki dan feodalisme; dan dikenal sebagai pemberontakan Tan Malaka). Selanjutnya dibentuk Karesidenan Surakarta yang mencakup wilayah-wilayah Kasunanan Surakarta dan Praja Mangkunegaran, termasuk kota swapraja Surakarta.
Warga Karesidenan Surakarta masih sering menyebut dirinya orang 'Solo' (bentuk alternatif dari Surakarta) meskipun tidak berasal dari kota Surakarta sendiri. Hal ini dilakukan sebagai identifikasi untuk membedakan diri mereka dari orang 'Semarang' dan 'Yogya'.
Meskipun bukan ibukota provinsi, namun Surakarta berstatus sebagai kota besar dan menjadi salah satu kota terpenting di Indonesia dikarenakan masyarakatnya mempunyai karakter yang kuat, yaitu lembut dalam bahasa, tingkah laku, serta tutur kata di samping masih mempertahankan kehidupan tradisinya. Penduduk Surakarta juga mengadopsi kehidupan modern, seperti banyaknya hotel berbintang, kafe, pub, bar, diskotik, terutama anak mudanya, seiring perkembangan jaman.
Di Indonesia, Surakarta merupakan kota berperingkat kesepuluh kota terbesar (setelah Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, Semarang, Makassar, Denpasar, Palembang, dan Yogyakarta).
Makanan di Surakarta terkenal sangat nikmat dan harganya murah, di antaranya nasi liwet, sate Buntel, bakso Solo, Timlo, dan soto sapi, serabi Solo, Cabuk rambak, Tahu kupat, pecel ndeso, thengkleng, Ledre intip, gado-gado, tahu acar, selat, gethuk lindri
Sejarah
Kota Surakarta awalnya 'didirikan' pada tahun 1745, dimulai dengan pembangunan Keraton Kasunanan sebagai ganti ibu kota Kerajaan Mataram di Kartasura yang hancur.
Pada 1742, orang-orang Tionghoa memberontak melawan kekuasaan Paku Buwono II yang bertakhta di Kartasura. Begitu hebatnya pemberontakan ini, Keraton Kartasura sampai hancur dan PB II menyingkir ke Ponorogo, Jawa Timur.
Berkat bantuan VOC, pemberontakan dapat ditumpas dan Kartasura direbut kembali, tapi sudah hancur. Lantas dibangunlah keraton baru di Surakarta, 20 km ke arah selatan-timur dari Kartasura, pada 1745. Lahirlah Perjanjian Giyanti (13 Februari 1755), yang membagi Kerajaan Mataram menjadi Kasunanan Surakarta dengan rajanya PB II, dan Kasultanan Yogyakarta dengan rajanya Hamengku Buwono (HB) I.
Keraton dan kota Yogyakarta kemudian mulai dibangun pada 1755, dengan pola tata kota yang sama dengan Surakarta yang lebih dulu dibangun.
Perjuangan Kemerdekaan
Begitu mendengar pengumuman tentang kemerdekaan RI, raja-raja Mangkunegara dan Susuhunan mengirim kabar dukungan ke Presiden RI Soekarno dan menyatakan bahwa wilayah Mangkunegara dan Susuhunan adalah bagian dari RI.
Sebagai balasan atas pengakuan ini, Presiden RI Soekarno menetapkan pembentukan propinsi Daerah Istimewa Surakarta (DIS).
Oktober 1945, terbentuk gerakan Swapraja/anti monarki/anti Feodal di Surakarta, yang salah satu pimpinannya adalah Tan Malaka, tokoh Partai Komunis Indonesia (PKI). Tujuan gerakan ini adalah pembubaran DIS, dan penghapusan Mangkunegara dan Susuhunan. Motif lain adalah perampasan tanah-tanah pertanian yang dikuasai Mangkunegara dan Susuhunan untuk dibagi-bagi dalam rangka kegiatan Landreform oleh gerakan komunis.
17 Oktober 1945, Wisir (penasihat raja) Susuhunan, KRMH Sosrodiningrat diculik dan dibunuh oleh gerakan Swapraja. Hal ini diikuti oleh pencopotan bupati-bupati di wilayah Surakarta yang merupakan kerabat Mangkunegara dan Susuhunan. Bulan Maret 1946, Wisir yang baru KRMT Yudonagoro juga diculik dan dibunuh gerakan Swapraja. April 1946, 9 pejabat Kepatihan juga mengalami hal yang sama.
Karena banyaknya kerusuhan, penculikan dan pembunuhan, maka tanggal 16 Juni 1946, pemerintah RI membubarkan DIS dan menghilangkan kekuasaan politik Mangkunegara dan Susuhunan. Sejak saat itu Mangkunegara dan Susuhunan berubah menjadi suatu keluarga/trah biasa dan keraton/istana berubah fungsi sebagai tempat pengembangan seni dan budaya Jawa.
Tanggal 16 Juni diperingati setiap tahun sebagai hari kelahiran kabupaten Surakarta dan kota Surakarta.
Tanggal 26 Juni 1946, PM Sutan Syahrir diculik di Surakarta oleh sebuah kelompok pemberontak yang dipimpin oleh Mayor Jendral Soedarsono dan 14 pimpinan sipil, di antaranya Tan Malaka dari Partai Komunis Indonesia. PM Syahrir ditahan di suatu rumah peristirahatan di Paras.
Presiden Soekarno sangat marah atas aksi pemberontakan ini dan memerintahkan Polisi Surakarta menangkap para pimpinan pemberontak. Tanggal 1 Juli 1946, ke 14 pimpinan berhasil ditangkap dan dijebloskan ke penjara Wirogunan.
Tanggal 2 Juli 1946, tentara Divisi 3 yang dipimpin Mayor Jendral Soedarsono menyerbu penjara Wirogunan dan membebaskan ke 14 pimpinan pemberontak.
Presiden Soekarno marah mendengar penyerbuan penjara dan memerintahkan Letnan Kolonel Soeharto, pimpinan tentara di Surakarta, untuk menangkap Mayjen Soedarsono dan pimpinan pemberontak. Lt. Kol.. Soeharto menolak perintah ini karena dia tidak mau menangkap pimpinan/atasannya sendiri. Dia hanya mau menangkap para pemberontak kalau ada perintah langsung dari Kepala Staf militer RI, Jendral Soedirman. Presiden Soekarno sangat marah atas penolakan ini dan menjuluki Lt. Kol. Soeharto sebagai perwira keras kepala ("Koppig").
Kelak Let. Kol. Soeharto menjadi Presiden RI Soeharto dan menerbitkan catatan tentang peristiwa pemberontakan ini dalam buku otobiografinya "Ucapan, Pikiran dan Tindakan Saya".
Lt. Kol. Soeharto berpura-pura bersimpati pada pemberontakan dan menawarkan perlindungan pada Mayjen Soedarsono dan ke 14 orang pimpinan di markas resimen tentara di Wiyoro. Malam harinya Lt. Kol. Soeharto membujuk Mayjen Soedarsono dan para pimpinan pemberontak untuk menghadap Presiden RI di Istana Presiden di Jogyakarta. Secara rahasia, Lt. Kol. Soeharto juga menghubungi pasukan pengawal Presiden dan memberitahukan rencana kedatangan Mayjen Soedarsono dan pimpinan pemberontak.
Tanggal 3 Juli 1946, Mayjen Soedarsono dan pimpinan pemberontak berhasil dilucuti senjatanya dan ditangkap di dekat Istana Presiden di Jogyakarta oleh pasukan pengawal presiden. Peristiwa ini lalu dikenal sebagai pemberontakan 3 Juli 1946 yang gagal.
PM Syahrir berhasil dibebaskan dan Mayjen Soedarsono serta pimpinan pemberontak dihukum penjara. Beberapa bulan kemudian Mayjen Soedarsono dan para pemberontak diampuni oleh Presiden Soekarno dan dibebaskan dari penjara.
Dari tahun 1945 sampai 1948, Belanda berhasil menguasai kembali sebagian besar wilayah Jawa, kecuali Yogyakarta, Surakarta dan daerah-daerah sekitarnya.
Pada Desember 1948, Belanda menyerbu wilayah RI yang tersisa, mendudukinya dan menyatakan RI sudah hancur dan tidak ada lagi. Jendral Soedirman menolak menyerah dan mulai bergerilya di hutan-hutan dan desa-desa di sekitar kota Jogyakarta dan Surakarta.
Untuk membantah klaim Belanda, maka Jendral Soedirman merencanakan "Serangan Oemoem" yaitu serangan besar-besaran yang bertujuan menduduki kota Jogyakarta dan Surakarta selama beberapa jam. Serangan Oemoem di Jogyakarta dipimpin oleh Lt. Kol. Soeharto. Serangan Oemoem di Surakarta tanggal 7 Agustus 1949 dipimpin oleh Letnan Kolonel Slamet Riyadi.
Untuk memperingati Serangan Oemoem ini maka jalan utama di kota Surakarta dinamakan "Jalan Brigadir Jendral Slamet Riyadi".
Kependudukan
Jumlah penduduk kota Surakarta pada tahun 2003 adalah 552.542 jiwa terdiri dari 270.721 laki-laki dan 281.821 wanita, tersebar di lima kecamatan yang meliputi 51 kelurahan. Perbandingan kelaminnya 96,06% yang berarti setiap 100 orang wanita terdapat 96 orang laki-laki. Angka ketergantungan penduduknya sebesar 66%. Jumlah penduduk tahun 2003 jika dibandingkan dengan jumlah penduduk hasil sensus tahun 2000 yang sebesar 488.834 jiwa, berarti dalam 3 tahun mengalami kenaikan sebanyak 83.708 jiwa.
Jika menghitung luas wilayah Surakarta secara keseluruhan (Soloraya - Surakarta + Kartasura, Colomadu, Baki, Grogol, Palur), maka luasnya adalah 130 km2. Penduduknya berjumlah 850.000 jiwa
Pembagian Administratif
Surakarta dibagi menjadi lima kecamatan. Setiap kecamatan dibagi menjadi kelurahan, lalu setiap kelurahan dibagi menjadi kampung-kampung yang kurang lebih setara dengan Rukun Warga.
Daftar kecamatan di Surakarta:
Transportasi
Kota Surakarta terletak di pertemuan antara jalur selatan Jawa dan jalur Semarang-Madiun, yang menjadikan posisinya yang strategis sebagai kota transit. Jalur kereta api dari jalur utara dan jalur selatan Jawa juga terhubung di kota ini.
Angkutan darat
Terminal bus besar kota ini bernama Tirtonadi yang beroperasi 24 jam karena merupakan jalur antara yang menghubungkan angkutan bus dari Jawa Timur (terutama Surabaya dan Banyuwangi) dan Jawa Barat (Bandung).
Stasiun kereta api utama bernama Stasiun Solo Balapan yang merupakan stasiun untuk pemberangkatan kereta api kelas Bisnis dan Eksekutif dan terletak berdekatan dengan terminal bus Tirtonadi, suatu hal yang jarang dijumpai di Indonesia. Hubungan perjalanan dari setasiun ini cukup baik, mencakup semua kota besar di Jawa secara langsung dan hampir dalam semua kelas. Hubungan dengan Yogyakarta bahkan berlangsung dalam frekuensi cukup tinggi (saat ini 5 kali per hari nonstop). Di Kota Surakarta juga terdapat tiga setasiun kereta api lain yang lebih kecil, yang salah satunya (Stasiun Solo Kota) dihubungkan dengan rel yang berada tepat sejajar di tepi jalan, satu-satunya yang masih difungsikan di Indonesia, 2 stasium lainnya adalah Stasiun Purwosari dan Stasiun Palur, kedua stasiun ini melayani penumpang kereta api kelas ekonomi.
Angkutan udara
Surakarta memiliki bandar udara internasional Adisumarmo (dulu bernama "Panasan", sebenarnya terletak di wilayah perbatasan Kabupaten Karanganyar dan Boyolali) yang terhubung ke Jakarta dan Singapura. Waktu tempuh perjalanan udara dengan Jakarta berlangsung kurang lebih 50 menit. Beberapa operator penerbangan yang melayani rute dari/ke kota Solo antara lain Garuda Indonesia, Lion Air, Adam Air, Sriwijaya Air, Air Asia, dan Silk Air. Bandar udara ini juga menjadi pusat pemberangkatan dan penerimaan haji Indonesia.
Angkutan kota
Angkutan publik dalam kota mencakup taksi, bus, angkot, becak dan andong. Angkutan ini menghubungkan bagian-bagian kota Sala dan juga kota-kota kecil di sekitarnya.
Arsitektur dan peninggalan sejarah
Sebagai kota yang sudah berusia hampir 250 tahun, Surakarta memiliki banyak kawasan dengan situs bangunan tua bersejarah. Selain bangunan tua yang terpencar dan berserakan di berbagai lokasi, ada juga yang terkumpul di sekian lokasi sehingga membentuk beberapa kawasan kota tua, dengan latar belakang sosialnya masing-masing.
Laweyan
Di kawasan Laweyan ada Kampung Laweyan, Tegalsari, Tegalayu,Tegalrejo, Sondakan, Batikan, dan Jongke, yang penduduknya banyak yang menjadi produsen dan pedagang batik, sejak dulu sampai sekarang. Di sinilah tempat berdirinya Syarekat Dagang Islam, asosiasi dagang pertama yang didirikan oleh para produsen dan pedagang batik pribumi,yang dipimpin oleh KH.Samanhudi, pada tahun [[1912]. Bekas kejayaan para pedagang batik pribumi tempo doeloe ini bisa dilihat dari peninggalan rumah mewahnya. Di kawasan ini, mereka memang menunjukkan kejayaannya dengan berlomba membangun rumah besar yang mewah dengan arsitektur cantik.
Kawasan Laweyan dilewati Jalan Dr Rajiman (yang berada di poros Keraton Kasunanan Surakarta-bekas Keraton Mataram di Kartasura). Dari jalan Dr Rajiman ini, banyak terlihat tembok tinggi yang menutupi rumah-rumah besar, dengan pintu gerbang besar dari kayu yang disebut regol.
Sepintas tak terlalu menarik, bahkan banyak yang kusam. Tapi begitu regol dibuka, barulah tampak bangunan rumah besar dengan arsitektur yang indah. Biasanya terdiri dari bangunan utama di tengah, bangunan sayap di kanan-kirinya, dan bangunan pendukung di belakangnya, serta halaman depan yang luas.
Dengan bentuk arsitektur, kemewahan material, dan keindahan ornamennya, seolah para raja batik zaman dulu mau menunjukkan kemampuannya untuk membangun istananya, meski dalam skala yang mini. Salah satu contoh yang bisa dilihat adalah rumah besar bekas saudagar batik yang terletak di pinggir Jalan Dr Rajiman, yang sekarang dibeli oleh Nina 'Akbar Tanjung', dirawat dan dijadikan homestay Roemahkoe yang dilengkapi restoran Lestari.
Tentu saja tak semuanya bisa membangun "istana" yang luas, karena di kanan-kirinya adalah lahan tetangga yang juga membangun "istana"-nya sendiri-sendiri. Alhasil, kawasan ini dipenuhi dengan berbagai istana mini, yang hanya dipisahkan oleh tembok tinggi dan gang-gang sempit. Semangat berlomba membangun rumah mewah ini tampaknya mengabaikan pentingnya ruang publik. Jalan-jalan kampung menjadi sangat sempit. Terbentuklah banyak gang dengan lorong sempit yang hanya cukup dilewati orang atau sepeda motor.
Tapi di sinilah uniknya. Menelusuri lorong-lorong sempit di antara tembok tinggi rumah-rumah kuno ini sangat mengasyikkan. Kita seolah berjalan di antara monumen sejarah kejayaan pedagang batik tempo doeloe.
Pola lorong-lorong sempit yang diapit tembok rumah gedongan yang tinggi semacam ini juga terdapat di kawasan Kauman, Kemlayan, dan Pasar Kliwon (di Yogyakarta, bisa ditemukan di Kotagede).
Salah satu keunikan dari rumah-rumah Laweyan adalah meskipun berwujudan percampuran budaya tetapi dari denah dasar masih tetap mengunakan sistem zoning rumah Jawa asli. Hal ini menunjukan Kawasan Laweyan sangat dipengaruhi trend gerakan Perngrajin yang juga terjadi di Ingris dan daratan Eropa lain abad 19an yang mana para pengusaha banyak menerapkan pengunaan interior maupun eksterior arsitektur semacam stained glass, keramik bermotif, jeruji, bahkan ornamen asli gaya romawi(rumah Bp.Bandono) dan sebagainya tanpa mengubah bentuk dasar denah. Sebab jika dibandingkan dengan jenis bangunan dengan interior dan eksterior yang sama yang berada di Eropa (Jerman dan Belanda)maka jelas bahwa letak perbedaan yang menyolok adalah perbedaan bentuk dasar denah, dan jumlah lantai rumah tersebut. Di satu pihak ini bisa dikatakan bahwa pengaruh gaya internationalism dan modernism sangat mempengaruhi tampilan rumah-rumah Laweyan.
Kauman
Perkampungan ini dipenuhi beragam arsitektur rumah gedongan, dan memiliki ciri khas tertentu dengan model rumah gaya campuran eropa-jawa-cina, dengan ornamen ukiran-ukiran pada dinding kayunya. Awalnya, Kampung Kauman yang berada di sisi barat depan Keraton Kasunanan ini diperuntukkan bagi tempat tinggal (kaum) ulama kerajaan dan kerabatnya.Oleh Sebab itu nama-nama gang di kampung kauman masih dilestarikan sampai sekarang al: pengulon (dari kata penghulu kraton/masjid agung), Trayeman, Sememen,Kinongan, Modinan,Gontoran, Letaknya berdekatan dengan Masjid Agung keraton, di sisi barat alun-alun utara. Tapi pada perkembangannya Kauman mirip dengan kawasan Laweyan.Disamping itu yang perlu diingat juga bahwa di lingkungan masjid Agung Surakarta dahulu berdiri madrasah tertua di pulau Jawa " Mamba'ul Ulum" di mana para mantan murid-muridnya telah banyak mewarnai khasanah dunia pendidikan Islam di Indonesia. Mamba'ul Ulum ini didirikan oleh Susuhunan Pakoe Boewono raja Surakarta pada waktu itu. Dan Seiring dengan ini di Jamsaren juga terdapat Pondok Pesantren tertua di Pulau Jawa yang didirikan atas restu Sri Susuhunan Pakoe Boewono Raja Surakarta Hadiningrat. Saat itu pertama kali yang diberi kewenangan untuk mengasuh Pesantren Jamsaren adalah Kyai Djamsari, dan dilanjutkan oleh penerus-penerusnya al:RMKH.Moh.Idris, KH.Abu Ammar dst. yang memiliki mata rantai terhadap alur sejarah perkembangan kampung Kauman tempo dulu.
Di Kampung Kauman banyak tumbuh produsen dan pedagang batik yang sukses, ini tidak kalah suksesnya dibandingkan dengan keluarga-keluarga saudagar di kampung Laweyan. Dan mereka juga berlomba membangun rumah mewah di perkampungan yang padat itu. Nama-nama mantan pengusaha batik sukses dari kauman Solo antara lain adalah: Haji Abdul Fattah,Kyai Haji Kholil,Haji Abu Amar, KHM.Billal, H.Masngadi Ahmad Kroya, HM.Saleh Syaibani dll. Dan saat ini masih ada yang melanjutkan sebagai generasi penerus pengusaha batik di kauman, seperti Perusahaan Batik Gunawan Setiawan, adalah salah satu cicit dari keluarga haji Abu Amar. Dengan adanya perkembangan pengusaha batik di daerah Kauman, akibatnya, Kauman menjadi penuh dengan berbagai rumah gedongan yang berdesakkan, dan menyisakan gang yang sangat sempit bagi pejalan kaki.
Apabila Kauman terletak di sisi barat depan alun-alun utara, di sisi timurnya terletak perkampungan Pasar Kliwon, kawasan permukiman warga keturunan Arab. Di Surakarta, warga keturunan Arab biasa dipanggil Encik. Banyak warga Arab yang sukses dalam melakukan usahanya seperti: sebagai pengusaha batik cap, pengusaha tenun, serta berdagang batik, sehingga kawasan ini juga dipenuhi dengan rumah gedongan yang juga memiliki ciri arsitektur khas sendiri
Agak ke utara, di sekitar Pasar Gede Harjonagoro (salah satu warisan monumental Pakubuwana X, dirancang oleh arsitek Thomas Karsten, 1930) terletak kawasan perdagangan Balong. Kawasan ini merupakan konsentrasi permukiman warga Tionghoa yang mayoritas berprofesi sebagai pedagang. Sebagai Pecinan, kawasan ini memiliki banyak bangunan dengan arsitektur Tionghoa.
Laweyan, Kauman, Balong, atau Pasar Kliwon bukanlah sekadar kawasan dengan sekumpulan gedung tua, tapi jejak sejarah perkembangan arsitektur khas dengan warna arsitektur dan latar belakang sosiologisnya. Di situ bisa kita temui berbagai gedung dengan corak arsitektur Jawa, Eropa, Indis, Art Deco, Tionghoa, hingga Timur Tengah yang sebagian besar telah mengalami amalgam atau percampuran dengan unsur-unsur kebudayaan lokal(misal ornament gaya eropa denah jawa,keberandaan veranda pada bangunan corak kolonial yang merupakan adaptasi bangunan terhadap iklim tropis)yang secara tidak langsung mengambarkan adaptasi, kombinasi, ataupun imitasi dari kebudayaan yang trend masa itu.
Hal-hal lainnya yang menarik untuk dilakukan dan dilihat
- Lihat pula: Tempat-tempat wisata di Surakarta.
Semenjak Laweyan dicanangkan sebagai kampung wisata batik, banyak rumah yang membuka diri memajang dan menjual batik untuk pengunjung. Di sekitar kawasan tersebut, terdapat rumah-rumah bekas saudagar batik yang kini difungsikan sebagai hotel atau losmen dengan tetap mempertahankan arsitekturnya aslinya. Tidak kalah ketinggalan generasi muda para kerabat mantan juragan batik Kauman juga mencanangkan dan memproklamirkan diri bahwa kauman juga adalah merupakan "kampoeng wisata batik Solo tempo Doeloe"
Tokoh-tokoh dari Surakarta dan sekitarnya
Pahlawan
- Sunan Pakubuwana VI
- Haji Samanhoedi (pendiri Syarikat Dagang Islam)
- Raden Mas Said (Mangkunegara I)
- Mangkunegoro IV
- Slamet Riyadi
- Jenderal GPH. Djatikusumo
- dr. Moewardi
- Maladi (mantan menteri olah raga)
- Hj. Siti Hartinah Soeharto (isteri Soeharto, Presiden RI ke-2)
- Prof. Ir. Sedyatmo (Pencipta struktur cakar ayam)
- Prof. Dr. Ing. Baiquni (ahli atom dan nuklir) orang Keprabon Solo
- Prof. Ir. Soetami (Konstruksi Jalan raya)
- Prof. dr. Soeharso (ahli Ortopedi)
- Prof. Dr. Soepomo
- Prof Dr. Munawir Syadzali, M.A. (Mantan menteri Agama RI, alumnus Pondok Mambaul 'Ulum Jamsaren)
- Muljadi Djojomartono (mantan mentri kabinet Presiden Soekarno, tokoh Muhammadiyah).
- Mgr. Albertus Soegijopranoto S.J.
Artis
Mardjo Kahar (keroncong), Waljinah, [[WS Rendra]penyair,dramawan], Mochtar Hadi(penyair), Andjar Any (artis lama)Is Haryanto (Favorite band), Diah Permatasari, Didi Kempot, Eko Supriyanto (eks penari latar Madonna), Gesang, Group band Condro Ireng (Saingan Koes Bersaudara tempo dulu), Group band Terncem (Rock band), Indra Bawono, Jujuk Srimulat, Mamik Srimulat, Murti Sari Dewi (pemeran Lasmini dalam Film Saur Sepuh), Nunung Srimulat, Titik Sandhora, Iga Mawarni, Inung Risma Dara (pemeran lasmini dalam Sinetron Saur Sepuh), Okky Dyah Sawitri, Paundra Karna Sujiwo Negoro, Purwani Atun, Setiawan Djodi, Tia AFI, Grup Musik Humor "Teamlo", Yati Pesek (Prambanan), Mbah Prapto(mojosongo padepokan lemah putih), Titus, Djarot, Halim HD(Sangar Pinilih).
- Daftar berikutnya berisi tokoh-tokoh yang mungkin bukan berasal dari Surakarta namun mempunyai tempat tinggal di daerah ini.
Ilmuwan, budayawan, seniman,Akademisi dan sastrawan
Prof. Dr. R. M. Ng. Poerbatjaraka (Guru Besar Universitas Indonesia dan Universitas Udayana, bidang Sastra Jawa), R. Ng. Ranggawarsita (pujangga, sastrawan Jawa ternama), Ki Manteb Soedarsono (dalang terkenal), Ki Anom Soeroto (dalang terkenal), Prof. Dr. Tjan Tjoe Siem (Guru Besar Universitas Indonesia, bidang Sastra Jawa), Yasadipura I dan Yasadipura II (sastrawan Jawa), Prof. Ir. Sedyatmo (pengembang teknologi Cakar Ayam, KRTH. Kusuma Tanaya(alm.) (tokoh kebudayaan Jawa,Penasehat Religius Kraton Ska),Maridi (ahli tari beksan jawa gaya Surakarta) Khoo Ping Hoo (Cerpenis).Ki Fauzan Pusposukadgo (empu keris Surakarta), Dullah (Pelukis istana zaman Bung Karno),AS Boediono dan Sutrisno (seniman lukis tinggal di Jagalan), Mudji Sutrisno, SJ, ST Wiyono.
Politisi
Alm.KH.Syahlan Rosyidi (Politisi Masyumi dan Parmusi),Zainal Maarif (Wakil Ketua DPR-RI periode sekarang), Dr. Saparinah Supadly (Menteri Kesehatan Kabinet SBY), Sunarno (Menteri KIMPRASWIL Kabinet Megawati), Nabiel Makarim (Menteri Lingkungan Hidup Kabinet Megawati), KPA. Rusdiharjo (Kapolri Kabinet Gus Dur, cucu Paku Buwono X), Giri Suseno (Menteri PU Kabinet Habibie, Manahan), Jend. TNI (Purn) Wiranto (tinggal di Punggawan), Amien Rais (Kepatihan), Harmoko (Menteri Penerangan di masa Orde Baru, Solobaru),HM.Suharto(kalitan), Mudrick Sangidoe (lapangan Kartopuran),Sri Bintang Pamukas,.
Pengusaha
Sukamdani Sahid Gitosarjono (Konglomerat pemilik Sahid Group), Roby Sumampow (Pemilik Hailai Group, Jajar), Moeryati Soedibyo/Mustika Ratu (Sasono Purnomo, Badran), Go Tik Swan atau juga dikenal dengan nama KRT. Hardjonagoro (kepala Museum Radyapustaka), H.A. Iskandar Zulkarnain (Perintis Perbankan Syariah sekaligus menjadi Pimpinan Bank Syariah yang pertama di Solo).
Lainnya
Abu Bakar Ba'asyir (pemimpin Pondok Pesantren Ngruki), Guruh Soekarnoputra (Balai Pajang Guruh S di Jl. Slamet Riyadi), Dr. Oen Boen Ing atau juga bernama K.R.T. Obi Darmohoesodo (pendiri Rumah Sakit Dr. Oen), Wynne Prakusya (petenis), Yenny Rachman (Jl. Slamet Riyadi), Sardono W. Kusumo, (Koreografer, Rektor IKJ Jakarta, Seni Sono Kemlayan), KH.Solihan Mahdum Cahyana, BA (Ahli "Kristologi" dari Kampung Kauman Solo), Gunawan Wibisono [Koordinator JARI Nasional], GM Sidharta (Ahli Sketsa "Oom Pasikom"), Wahyu Susilo (adik Wiji Thukul - Penyair buruh, bekerja di Infid Jakarta, aktivis pembelaan buruh migran, tingal di Jagalan), Sapto Nugroho (Direktur Yayasan Talenta, pencetus ideologi kenormalan, domisili di Perum Fajar Indah),Putut Gunawan (Koordinator Nasional Kaukus 17++, inisiator partisipasi masyrakat Solo, bertempat tinggal di Mojosongo), Galang (Almh.aktivis Reformasi ,1998 Solo).
Tempat wisata
Wisata budaya
- Keraton Surakarta
- Istana Mangkunagaran
- Museum Radyapustaka
- Museum Galeri Batik Kuno Danarhadi
- Kampung Wisata Batik Kauman Solo
- Museum Lukis Dullah
- Candi Prambanan Klaten
- Balai Sujatmoko toko Gramedia (tempat even pameran kesenian)
- Galeri ASDI, Jl. Slamet Riyadi
- Taman Sriwedari
- Taman Budaya Jateng di Surakarta (TBS)/ Teater Arena).
- Pasar Barang antik Triwindu.
- Pasar Iwak Hias (pasar gedhe)
- Pasar Keris dan Cenderamata Alun-Alun Utara Kraton Solo.
- Pasar Klewer (Pasar Batik terbesar di Indonesia)
- Kasar barang klithikan NItiharjo Silir Semanggi
- Kampung batik laweyan
- Pasar buku kuno di Alun-alun Utara Kraton Solo
Wisata alam
- Tawangmangu (Puncak-nya Solo, berudara dingin)
- Selo (Di gunung Merapi-Merbabu)
- Kebun Binatang Jurug
- Jumok (air terjun dan tempat peristirahatan)
- Museum purbakala Sangiran
- Waduk Gajahmungkur Wonogiri
- SSB (Solo Selo Borobudur).
- Candi Cetho Karanganyar
- Candi Sukuh
- Hutan Jati Krendhowahono Wonogiri
- Luweng Ombo Wonogiri
- Bekonang (suasana Pedesaan)
- Nonton Pesawat Terbang, gunung Merbabu dan Merapi
(lap terbang Adisumarmo)
- Waduk Cengklik
Fasilitas kota
LSM
- Lembaga Pengembangan Tehnologi Pedesaan (LPTP)
- Solidaritas Perempuan untuk Kemanusiaan dan HAM (SPEKHAM)
- INTERAKSI
- Yayasan Indonesia Sejahtera (YIS)
- Social Analysis and Research Institute (SARI)
- Kaukus 17++
- LPWP(Lembaga Pengembangan Wilayah dan Pedesaan) Cabang Solo
- JARI Jabateng
- Talenta
- Lembaga Studi Kebijakan dan Advokasi Publik (LESKAP)
- Yayasan Kridha Paramita (YKP)
- Gita Pertiwi (GP)
- Menthok Alternative Education Program (MAEM)
Perguruan tinggi
|
|
Rumah sakit
|
|
Tempat pemakaman di Surakarta
- Astana Utara Nayu, Nusukan
- TPU Pracimoloyo Makamhaji Pajang
- Astana Bibis Luhur
- Makam Katolik Pucang Sawit
- Putri Cempo
- TPU Bonoloyo
- TPU Purwoloyo
- TPU Untoroloyo
Stasiun radio FM
- SOLO_RADIO FM [5]
- Star FM Solo
- Prambors 99.2 FM
- PTPN Rasitania FM
- SAS FM
- PAS FM
- GSM FM
- Suara Slenk FM
- MQ FM
- Hizbullah FM
- Imanuel FM
- JPI FM
- Pro1 FM
- Pro2 FM
|
Stasiun TV
|
Surat kabar
- Harian Solo Pos.
- Harian Radar Solo [6].
- Harian Bengawan Pos.
- Harian Suara Merdeka Soloraya.
- Majalah Saudagar
Tempat makan dalam kota
- Lesehan Kota Barat (tempat makan)
- Lesehan Stadion Manahan (tempat makan & nongkrong)
- Keprabon (tempat makan nasi liwet)
- Pujasari Sriwedari (tempat makan)
- Jagung Bakar, Jalan Sudirman.
- Gudeg Jl. Monginsidi (baru buka pukul 01:30).
- Timlo Solo, Warung Pelem
- Sate Buntel
- Hik/Angkringan
Layanan internet
|
Pusat perbelanjaan dan toko buku
- Solo Grand Mall
- Solo Square
- Matahari Singosaren
- Hero Megaland
- Hero SoloSquare
- Alfa Gudang Rabat - Pabelan
- Alfa Gudang Rabat - Solo Baru
- Jaringan Luwes Group
- Goro Assalam
- Beteng Trade Centre
- Pusat Grosir Solo Gladak
- Makro
- Ciputra Sun Mall( rencana)
- King Plaza (sedang dibangun)
- Palur Plaza (sedang dibangun)
- Gramedia Toko Buku
- Sekawan Toko Buku
- Kharisma Toko Buku
- Tisera Goro Assalam Toko Buku
- Toko Buku MBUSRI (Mburi Sriwedari)
- Dejava Computer (toko komuter terlengka..jl dr wahidin 51)
Referensi
- Soeharto, G. Dwipayana dan Ramadhan K.H. "Ucapan, Pikiran dan Tindakan Saya". 1988. PT Citra Lamtoro Gung.
Lembaga Pendidikan
Taman Kanak-kanak
- "Al-Islam" Jamsaren
- "Al-Islam" 10 Darpoyudan Kemlayan
- TK Bakti 6 Jagalan
- TK Al Amin Ngruki
Sekolah Dasar
- SD "Al Islam" 2 Jamsaren
- SD Muhammadiyah 1 Ketelan
- SD Ta'mirul Islam Tegalsari Surakarta
- SD Muhammadiyah 8 Jagalan, Surakarta
- SD NDM Kauman Surakarta
- SD Negeri Prawit I No. 69 Nusukan Surakarta
- SD Kanisius Serengan
- SD Negeri 3 Kratonan Solo
SMA Negeri
- SMA Negeri 4 Surakarta
- SMA Negeri 1 Surakarta
- SMA Negeri 2 Surakarta
- SMA Negeri 3 Surakarta
- SMA Negeri 7 Surakarta
- SMA Negeri 5 Surakarta
SMK (Sekolah Menengah Kejuruan)
- SMK Negeri 4 Surakarta, Jl. LU. Adisucipto No.40 Telp. 714855
Organisasi Buruh
- Federasi Serikat Buruh Setia Kawan (FSBSK)
- Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI)
- Federasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (FSBSI)
Organisasi Kemasyarakatan
1. Serikat Anak Surakarta (SAS), organisasi anak-anak berlatar belakang sebagai pemulung dan buruh pabrik.
Organisasi Pemuda dan Mahasiswa
1. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Kota Surakarta.
Pranala luar
- (Indonesia) Situs resmi
- (Indonesia) Bengawan Solo
- (Indonesia) Solo City Tour
- (Indonesia) Kebudayaan Solo Adi Luhung
- (Indonesia) Peninggalan Solo lama
- (Indonesia) Solo Pos
- (Indonesia) Pusat Sejarah Militer - "Serangan Oemoem" di Surakarta/Solo (7 Agustus 1949).