Lompat ke isi

Antiokhos XI Epifanis

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Versi yang bisa dicetak tidak lagi didukung dan mungkin memiliki kesalahan tampilan. Tolong perbarui markah penjelajah Anda dan gunakan fungsi cetak penjelajah yang baku.
Antiokhos XI Epifanis
Mata uang koin dengan potret Penguasa Seleukia king Antiokhos XI
Potret Antiokhos XI di bagian depan tetradrakhma.
Penguasa Seleukia
Berkuasa94–93 SM
PendahuluSeleukos VI, Demetrios III, Antiokhos X
PenerusDemetrios III, Antiokhos X, Filipos I
Kelahiranantara 124–109 SM
Kematian93 SM, Antiokhia
DinastiSeleukia
AyahAntiokhos VIII
IbuTrifaena

Antiokhos XI Epifanis Filadelfos (bahasa Yunani Koine: Ἀντίοχος ΙΑ΄ Ἐπιφανής Φιλάδελφος, translit. Antíokhos XI Epifanís Filádelfos; meninggal 93 SM) adalah seorang Raja Seleukia yang berkuasa antara 94 dan 93 SM pada periode Helenistik. Ia adalah putra dari pasangan Antiokhos VIII dan istrinya Trifaena. Saat Antiokhos XI masih kecil, berlangsung perang saudara tanpa henti antara ayahnya dengan pamannya, Antiokhos IX. Konflik tersebut berakhir dengan terbunuhnya Antiokhos VIII, dan Antiokhos IX kemudian menguasai ibu kota Seleukia, Antiokhia. Kakak Antiokhos XI yang menguasai wilayah barat Kilikia, Seleukos VI, memimpin pasukan melawan pamannya dan berhasil mengalahkannya. Antiokhos IX tewas dan Seleukos VI lalu merebut Antiokhia. Akan tetapi, putra Antiokhos IX, Antiokhos X kemudian berhasil mengusir Seleukos VI keluar dari Antiokhia dan sesudah itu Seleukos VI tewas pada tahun 94 SM.

Setelah kematian Seleukos VI, Antiokhos XI menyatakan dirinya sebagai raja bersama dengan saudara kembarnya Filipos I. Catatan sejarah kuno yang diragukan kebenarannya (mungkin bertentangan dengan bukti-bukti arkeologis) meriwayatkan bahwa tindakan pertama Antiokhos XI adalah membalaskan dendam mendiang saudaranya dengan menghancurkan Mopsuestia di Kilikia, karena kota tersebut bertanggung jawab atas kematian Seleukos VI. Antiokhos XI mengambil alih Antiokhia pada 93 SM, suatu peristiwa yang tidak disebutkan oleh sejawaran-sejarawan kuno tetapi dipastikan melalui bukti-bukti numismatika. Antiokhos XI tampaknya berperan sebagai raja senior. Ia mencetak mata uang yang menunjukkan dirinya sebagai raja tunggal dan ia juga memerintah sendiri di Antiokhia, sementara Filipos I berdiam di Kilikia dan tetap dapat mempertahankan gelarnya. Antiokhos XI mungkin telah memugar kuil Apollo dan Artemis di Dàphne (kini Harbiye, Antakya, Turki), tetapi kekuasaannya tidak berlangsung lama. Pada musim gugur tahun yang sama, Antiokhos X berhasil menghimpun kembali pasukannya dan melancarkan serangan balasan. Ia kemudian mengalahkan Antiokhos XI yang tenggelam di Sungai Orontes saat ia berupaya melarikan diri.

Nama, keluarga, dan kehidupan awal

Mata uang logam yang di cetak oleh Antiokhos VIII (berkuasa 125–96 SM). Potret Antiokhos VIII pada bagian depan dan gambar Zeus memegang bintang dan tongkat pada bagian belakang.
Mata uang logam Antiokhos VIII, ayah dari Antiokhos XI

Arti nama Antiokhos dalam bahasa Yunani adalah "teguh dalam pendirian".[1] Kota Antiokhia mengambil nama dari 'Antiokhos', yang merupakan ayah dari pendiri kota tersebut, Raja Seleukos I (berkuasa 305–281 SM).[2] Nama ini kemudian menjadi nama yang banyak disandang oleh Raja-raja Seleukia.[3][4] Kira-kira tahun 124 SM, Antiokhos VIII menikahi Putri Dinasti Ptolemaik, Trifaena (meninggal 109 SM).[5][6] Pasangan ini dikaruniai banyak anak, termasuk Seleukos VI sebagai anak sulung, Antiokhos XI, Filipos I,[7] Demetrios III Eukairos,[8] dan Antiokhos XII selaku anak bungsu.[9] Sejarawan abad ke-4 Eusebius secara eksplisit menyebutkan bahwa ibu Filipos I adalah Trifaena. Eusebius juga mengatakan bahwa Antiokhos XI dan Filipos I adalah anak kembar (Gemini).[10] Tanggal lahir Antiokhos XI tidak diketahui, tetapi pada saat ia berkuasa setidaknya ia berusia sekitar dua puluhan tahun.[11]

Pada tahun 113 SM, Antiokhos IX menyatakan dirinya sebagai raja dan memulai perang saudara melawan saudara tirinya Antiokhos VIII. Konflik antarsaudara ini berlangsung hingga satu setengah dasawarsa,[12] bahkan merenggut nyawa Trifaena dan berakhir dengan terbunuhnya Antiokhos VIII di tangan menterinya Herakleon pada 96 SM.[13] Kemudian Antiokhos IX mengambil alih Antiokhia dan menikahi istri kedua mendiang Antiokhos VIII, Kleopatra Selini.[13] Anak-anak Antiokhos VIII lalu mengambil tindakan balasan. Demetrios III mengambil alih Damaskus,[14] sementara Seleukos VI membunuh Antiokhos IX pada 95 SM dan menguasai Antiokhia.[15] Lalu raja baru ini dikalahkan oleh putra Antiokhos IX, yakni Antiokhos X (berkuasa 95-92/88 SM), yang juga berhasil merebut Antiokhia.[16] Kemudian Seleukos VI melarikan diri ke Mopsuestia di Kilikia dan di situ ia dibunuh oleh para pemberontak pada 94 SM.[17]

Pemerintahan

Peta kerajaan Suriah pada tahun 95 SM ketika terbagi antara Seleukos VI di wilayah utara dengan ibu kotanya di Antiokhia, Demetrius III di wilayah selatan dengan ibu kotanya di Damaskus dan Antiokhos X di wilayah barat dengan markasnya di Arwad.
Suriah pada 95 SM
Antiokhos XI dan Filipos I yang berjanggut.
Koin jugate Antiokhos XI dan Filipos I. Antiokhos XI digambarkan bercambang.

Pemerintahan Raja-Raja Seuleukia tidak tercatat dengan baik dalam sumber-sumber sejarah kuno. Biasanya masa kekuasaan mereka hanya dibahas secara singkat, dan sering kali pembahasan ini dipenuhi dengan kesalahan.[18] Oleh karenanya sumber utama dalam merekonstruksi pemerintahan raja-raja ini adalah bukti-bukti numismatika.[19] Pada masa pemerintahan Seleukos VI, Antiokhos XI dan saudara kembarnya Filipos I mungkin tinggal di Kilikia.[20] Setelah Seleukos VI mangkat, mereka berdua menyatakan diri sebagai raja. Sejarawan Alfred Bellinger mengusulkan bahwa basis mereka terletak di sebuah kota pesisir di sebelah utara Antiokhia,[21] sementara sejarawan Arthur Houghton meyakini kota yang menjadi basis mereka adalah Berea (bahasa Yunani: Βέροια, translit. Veria), karena para penguasa kota tersebut merupakan sekutu Filipos I.[22][23]

Meskipun demikian, kota yang lebih mungkin menjadi basis pemerintahan mereka berdua adalah Tarsus.[24] Baik Antiokhos XI maupun Filipos I tampil di bagian depan koin jugate yang mereka cetak,[7] dan semua koin jugate tersebut dicetak di Kilikia. Terdapat tiga seri koin jugate yang telah ditemukan. Pada tahun 2008, terdapat satu seri dengan enam spesimen yang sintas,[24] dan koin-koin ini menggambarkan kedua raja tersebut dengan janggut.[25] Mengingat potret kedua raja di keenam koin ini dibuat dengan sangat baik, kemungkinan fasilitas pencetakan koinnya terletak di sebuah kota yang menjadi pusat kebudayaan, sehingga Tarsus adalah kota yang paling mungkin sebagai tempat pencetakan, yang menandakan bahwa kota ini mungkin menjadi basis pemerintahan Antiokhos XI dan Filipos I.[24]

Dua seri mata uang lainnya memiliki sedikit spesimen yang sintas dan menggambarkan Antiokhos XI dengan cambang.[25] Koin-koin tersebut tidak dicetak di Tarsus dan keberadaan cambang menandakan bahwa koin-koin ini dicetak di kota-kota yang terletak di sebelah barat pusat pemerintahan, mengingat Antiokhos XI melewati kota-kota tersebut dalam perjalanan menuju Tarsus. Pada saat Antiokhos XI telah tiba di pusat kota Tarsus, ia digambarkan dengan jenggot utuh. Dalam semua koin jugate yang dicetak, Antiokhos XI berada di depan Filipos I dan namanya lebih diutamakan,[24] yang menandakan bahwa ia adalah penguasa yang lebih senior. Menurut Flavius Yosefus, Antiokhos XI menjadi raja sebelum Filipos I. Namun, bukti-bukti numismatika menunjukkan bahwa saudara kembar ini memerintah bersama.[26]

Gelar dan citra kerajaan

Para penguasa Helenistik tidak menggunakan bilangan untuk membedakan diri mereka dari penguasa-penguasa lain dengan nama yang sama; yang mereka gunakan adalah gelar, dan penamaan raja-raja dengan menggunakan bilangan merupakan praktik modern.[27][3] Dalam koin-koin yang dicetak pada masanya, Antiokhos XI tampil dengan gelar Epifanis ("pengejawantahan dewa") dan Filadelfos ("penyayang saudara lelaki").[28][29] Epifanis disandang untuk menekankan bahwa Antiokhos XI merupakan anak Antiokhos VIII yang menyandang gelar yang sama,[30] sedangkan Filadelfos mungkin merupakan tanda hormat untuk Seleukos VI dan Filipos I.[note 1][34] Janggut Antiokhos XI yang tampak pada koin jugate dari Tarsus mungkin merupakan tanda berkabung dan niat untuk membalas kematian Seleukos VI.[35][36] Edisi terakhir koin Antiokhos XI dari Antiokhia menggambarkan dirinya tanpa janggut, menandai bahwa niat balas dendam tersebut telah terwujud.[37]

Potret Antiokhos XI sekitar 94/94 SM.

Dalam upaya untuk memperoleh legitimasi dari ayahnya, Antiokhos XI digambarkan dalam koin dengan hidung mancung yang dilebih-lebihkan agar terlihat mirip Antiokhos VIII.[38] Penggambaran Antiokhos XI merupakan bagian dari tradisi tryphé yang diikuti oleh Antiokhos VIII. Para penguasa digambarkan untuk menunjukkan tryphé (kemewahan dan keagungan) yang melebih-lebihkan kegemukan dan rupa yang tidak atraktif.[note 2] Tradisi tryphé dimulai di Mesir dan kemudian diadopsi di Suriah. Bangsa Romawi menganggap potret-potret tryphé sebagai bukti kemerosotan dan pemborosan raja-raja Helenistik; kelembutan yang digambarkan dalam potret-potret dianggap sebagai tanda ketidakcakapan seorang penguasa, dan ditafsirkan sebagai penyebab kemunduran dinasti-dinasti Helenistik. Namun, pandangan Romawi ini tidaklah benar; gambar-gambar ini sengaja dibuat seperti itu di sebuah kerajaan yang tengah dilanda perang saudara. Kebanyakan raja-raja Seleukia akhir, termasuk Antiokhos XI, harus terus menerus berperang pada masa kekuasaannya, sehingga menimbulkan kekacauan di negerinya. Penggambaran raja sebagai prajurit di koin, seperti yang menjadi kebiasaan bagi raja-raja Yunani-Baktria, akan sulit diterima oleh rakyat yang terkena dampak perang. Rakyat menginginkan perdamaian dan kelimpahan, sehingga penggambaran tryphé dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa sang raja dan rakyatnya hidup sejahtera. Dengan menggunakan penggambaran tryphé, Antiokhos XI berupaya menunjukkan bahwa ia akan menjadi raja yang berhasil dan dicintai rakyat seperti ayahnya.[note 3][40]

Merebut ibu kota

Menurut Eusebius, kedua kakak beradik ini menjarah Mopsuestia dan menghancurkannya untuk membalaskan dendam kakak mereka, Seleukos VI.[10] Pernyataan Eusebius ini kemudian diragukan para sejarawan, karena menurut sebuah prasasti yang berasal dari Mopsuestia, Republik Romawi pada 86 SM memberikan kekebalan kepada kegiatan pemujaan Isis dan Serapis di kota tersebut.[41] Setelah Mopsuestia, Antiokhos XI meninggalkan Filipos I di Kilikia dan bergerak bersama pasukannya menuju Antiokhia, ibu kota Seleukia. Ia berhasil mengusir Antiokhos X keluar dari kota tersebut pada tahun 93 SM.[note 4][24] Sejarawan-sejarawan kuno tidak pernah menyebutkan bahwa Antiokhos XI telah berkuasa di Antiokhia; mereka malah menerangkan bahwa Antiokhos XI bertempur melawan Antiokhos X dan kemudian mengalami kekalahan.[28] Seorang sejarawan dan biarawan Romawi Timur dari abad ke-6 Ioannes Malalas, yang secara umum dianggap tidak dapat dipercaya oleh para sejarawan,[42] dalam catatannya menyebutkan bahwa Antiokhos XI pernah memerintah di Antiokhia.[43] Pada akhirnya, fakta bahwa Antiokhos XI berhasil merebut Antiokhia dibuktikan melalui sebuah koin yang dicetak di Antiokhia, yang dipublikasikan pada tahun 1912.[28]

Tetradrakhma Antiokhos XI yang dicetak di Antiokhia.

Filipos I tidak berkedudukan di Antiokhia dan Antiokhos XI mencetak mata uangnya sebagai penguasa tunggal.[note 5][45] Filipos I tetap memegang gelar sebagai raja dan menetap di Kilikia.[46] Ahli numismatika Edward Theodore Newell memperkirakan bahwa pemerintahan Antiokhos XI hanya berlangsung beberapa minggu di Antiokhia. Namun, ahli numismatika Oliver Hoover meyakini bahwa Antiokhos XI mungkin berkuasa selama beberapa bulan; kesimpulan ini didasarkan pada rata-rata penggunaan cetakan mata uang setiap tahunnya.[note 6][44] Menurut Malalas, Raja Antiokhos Filadelfos (yakni Antiokhos XI)[note 7] membangun kuil untuk dewa Apollo dan dewi Artemis di Dàphne, mendirikan dua patung emas yang melambangkan para dewa, serta memberikan hak suaka kepada siapa saja yang berlindung di dalam kuil.[52] Keterangan ini tidak tepat, karena kuil tersebut terbukti sudah ada pada masa pemerintahan Antiokhos III (memerintah 222–187 SM).[53] Walaupun begitu, sejarawan Glanville Downey mengamati gaya penulisan Malalas dalam bahasa Yunani dan mengusulkan bahwa arti kata "membangun" dalam tulisan Malalas adalah memugar atau membangun kembali, yang menandakan bahwa pendahulu Antiokhos XI mungkin telah menghancurkan kuil tersebut dan melebur patung emasnya.[note 8][52]

Akhir dan suksesi

Pada musim gugur 93 SM, Antiokhos X melancarkan serangan balasan dan berhasil mengalahkan Antiokhos XI.[7] Antiokhos XI kemudian tenggelam di Sungai Orontes saat sedang berupaya melarikan diri.[55] Catatan-catatan sejarah kuno yang membahas pertempuran ini menguraikan keterangan yang berbeda-beda. Menurut sejarawan abad ke-1 Yosefus, Antiokhos XI bertempur sendiri, sementara Eusebius mencatat bahwa Antiokhos XI bertarung bersama dengan Filipos I. Eusebius tidak pernah mencatat soal masa pemerintahan Antiokhos XI di Antiokhia dan menyatakan bahwa pertempuran terakhir sang raja berlangsung setelah penghancuran Mopsuestia; keterangan ini ini bertentangan dengan bukti numismatika. Menurut Bellinger, pasukan gabungan kedua kakak beradik tersebut kemungkinan besar telah dikerahkan, tetapi mengingat hanya Antiokhos XI yang gugur, ada kemungkinan Antiokhos XI yang memimpin pasukan di lapangan, sementara Filipos I tetap berdiam di Antiokhia.[26]

Tidak diketahui apakah Antiokhos XI pernah menikah atau memiliki keturunan.[56] Menurut penulis biografi Plutarkhos, panglima Romawi dari abad ke-1 SM Lucullus mengatakan bahwa Raja Armenia Tigranes II, yang menaklukkan Suriah pada 83 SM, "membunuh penerus Seleukos I dan membawa istri dan putri-putrinya ke dalam tawanan". Sumber-sumber kuno tentang zaman Seleukia hanya sepenggal-sepenggal dan tidak menerangkan secara rinci. Oleh karenanya, pernyataan Lucullus memungkinkan keberadaan istri atau putri-putri Antiokhos XI yang kemudian ditawan oleh Raja Armenia.[57] Sementara itu, setelah berhasil mengalahkan Antiokhos XI, Antiokhos X menguasai kembali Antiokhia dan memerintah hingga akhir hayatnya.[58]

Silsilah

Silsilah Antiokhos XI
Seleukos IV[i]Laodike IV[i][ii]Ptolemaios V[iii]Kleopatra I[iii]
Demetrios I[ii]Laodike V[ii]Ptolemaios VI[iv]Kleopatra II[iv]
Demetrios II[v]Cleopatra Thea[vi]Kleopatra III[vii]Ptolemaios VIII[vii]
Antiokhos VIII[viii]Trifaena[viii]
Antiokhos XI
Kutipan:
  1. ^ a b Hoover 2000, hlm. 107
  2. ^ a b c Hoover 2000, hlm. 108
  3. ^ a b Ogden 1999, hlm. 82
  4. ^ a b Ogden 1999, hlm. 83
  5. ^ Wright 2012, hlm. iii
  6. ^ Ogden 1999, hlm. 149
  7. ^ a b Ogden 1999, hlm. 87
  8. ^ a b Houghton 1987, hlm. 79

Lihat pula

Catatan

  1. ^ Sejarawan Alfred von Gutschmid meyakini bahwa setiap kali seorang raja Helenistik menyandang gelar Filadelfos, itu berarti ia telah diminta oleh saudara laki-lakinya yang telah menjadi raja untuk bersama-sama memegang gelar tersebut.[31] Sehubungan dengan Antiokhos XI dan Filipos I, mengingat keduanya menyandang gelar yang sama, Alfred von Gutschmid menganggap mereka sebagai pengecualian. Ia merasa bahwa kakak beradik tersebut mengambil gelar ini untuk melegitimasi klaim mereka atas takhta (yang dipertentangkan oleh keturunan Antiokhos IX) dengan menggarisbawahi hubungan mereka dengan mendiang kakak mereka, Seleukos VI. Argumen Alfred von Gutschmid dikritik oleh sejarawan-sejarawan lain, terutama Evaristo Breccia,[32] yang menganggap gelar itu sebagai penghormatan kepada Seleukos VI dan penegasan kerukunan kakak beradik antara Antiokhos XI dan Filipos I.[33]
  2. ^ Kerakusan dan kegemukan dianggap sebagai tanda kekayaan seorang raja dalam seni Helenistik, sehingga banyak raja yang digambarkan dengan dagu berlipat dan wajah gemuk.[39]
  3. ^ Bukti bahwa pandangan Romawi mengenai tryphé itu tidak tepat juga ditunjukkan penggambaran dewi Tikhe di Seleukia Pieria pada masa Antiokhos VIII. Fitur-fitur sang dewi menyerupai sang raja. Jika tryphé dianggap sebagai tanda-tanda kemerosotan, cara ini tidak akan digunakan untuk menggambarkan seorang dewi.[40]
  4. ^ Eusebius menerangkan bahwa kedua kakak beradik tersebut menyerbu Antiokhia, sementara sejarawan abad ke-1 Yosefus melaporkan bahwa hanya Antiokhos XI yang berangkat. Informasi dari Yosefus lebih akurat dan didukung oleh bukti-bukti numismatika. [24]
  5. ^ Ahli numismatika Arthur Houghton pernah mengaitkan koin jugate Antiokhos XI dan Filipos I dengan Antiokhia, tetapi kemudian berubah pikiran dan mengaitkan koin tersebut dengan tempat pencetakan di Kilikia.[44]
  6. ^ Perhitungan ini dilakukan dengan menggunakan rumus Esty, yang dikembangkan oleh matematikawan Warren W. Esty. Rumus matematika ini dapat menghitung jumlah relatif dari cetakan depan yang digunakan untuk menghasilkan seri koin tertentu. Perhitungan tersebut dapat digunakan untuk mengetahui jumlah produksi dari raja tertentu, dan dengan demikian lama pemerintahannya dapat diperkirakan.[47]
  7. ^ Gelar ini juga disandang oleh Raja Antiokhos XIII (memerintah 82–64 SM),[48] yang merupakan penguasa Seleukia terakhir; setelah kematiannya, Suriah dikuasai oleh Romawi.[49] Malalas menggunakan gelar "Dionisos" saat mengacu pada Antiokhos XIII,[50] yang sebenarnya adalah gelar Antiokhos XII, yang tidak pernah menguasai Antiokhia.[51] Menurut sejarawan Glanville Downey, sejarawan Romawi Timur mengira bahwa Antiokhos XIII sama dengan Antiokhos XII,[49] dan menggunakan gelar "Filadelfos" saat menyebut Antiokhos XI.[43]
  8. ^ Teolog abad ke-2 Klemens dari Aleksandria (aktif 200 M) melaporkan bahwa Antiokhos XI melebur patung Zeus, sehingga kemungkinan dialah raja yang melebur patung Apollo dan Artemis.[52] Di sisi lain, Klemens mungkin salah membaca catatan sejarawan abad ke-1 Diodoros Sikolos atau Gnaeus Pompeius Trogus; keduanya melaporkan penistaan terhadap patung Zeus oleh Aleksander II.[54]

Referensi

Kutipan

  1. ^ Ross 1968, hlm. 47.
  2. ^ Downey 2015, hlm. 68.
  3. ^ a b Hallo 1996, hlm. 142.
  4. ^ Taylor 2013, hlm. 163.
  5. ^ Otto & Bengtson 1938, hlm. 103, 104.
  6. ^ Wright 2012, hlm. 11.
  7. ^ a b c Houghton 1987, hlm. 79.
  8. ^ Houghton 1987, hlm. 81.
  9. ^ Lorber & Iossif 2009, hlm. 103.
  10. ^ a b Eusebius 1875, hlm. 261.
  11. ^ Sievers 1986, hlm. 134.
  12. ^ Kosmin 2014, hlm. 23.
  13. ^ a b Dumitru 2016, hlm. 260, 261.
  14. ^ Houghton & Müseler 1990, hlm. 61.
  15. ^ Hoover 2007, hlm. 285.
  16. ^ Dumitru 2016, hlm. 263.
  17. ^ Houghton 1998, hlm. 66.
  18. ^ Hoover 2007, hlm. 280.
  19. ^ Hoover 2007, hlm. 281.
  20. ^ Bevan 1902, hlm. 260.
  21. ^ Bellinger 1949, hlm. 93.
  22. ^ Houghton 1987, hlm. 82.
  23. ^ Houghton 1998, hlm. 67.
  24. ^ a b c d e f Houghton, Lorber & Hoover 2008, hlm. 573.
  25. ^ a b Houghton, Lorber & Hoover 2008, hlm. 573, 575, 576.
  26. ^ a b Bellinger 1949, hlm. 74.
  27. ^ McGing 2010, hlm. 247.
  28. ^ a b c Newell 1917, hlm. 115.
  29. ^ Dąbrowa 2011, hlm. 225.
  30. ^ Houghton, Lorber & Hoover 2008, hlm. 574.
  31. ^ Muccioli 1994, hlm. 402.
  32. ^ Muccioli 1994, hlm. 403.
  33. ^ Muccioli 1994, hlm. 415.
  34. ^ Coloru 2015, hlm. 177.
  35. ^ Houghton, Lorber & Hoover 2008, hlm. 575.
  36. ^ Hoover, Houghton & Veselý 2008, hlm. 207.
  37. ^ Houghton, Lorber & Hoover 2008, hlm. 578.
  38. ^ Wright 2011, hlm. 45, 46.
  39. ^ Bradley 2011, hlm. 23.
  40. ^ a b Fleischer 1996, hlm. 36.
  41. ^ Rigsby 1996, hlm. 466.
  42. ^ Scott 2017, hlm. 76.
  43. ^ a b Downey 1938, hlm. 113.
  44. ^ a b Hoover 2007, hlm. 289.
  45. ^ Bellinger 1949, hlm. 74, 93.
  46. ^ Bellinger 1949, hlm. 75, 93.
  47. ^ Hoover 2007, hlm. 282–284.
  48. ^ Dumitru 2016, hlm. 267.
  49. ^ a b Downey 1951, hlm. 161.
  50. ^ Clinton 1851, hlm. 349.
  51. ^ Downey 2015, hlm. 132.
  52. ^ a b c Downey 2015, hlm. 131.
  53. ^ Den Boeft et al. 1995, hlm. 229.
  54. ^ Taylor 2014, hlm. 237.
  55. ^ Ehling 2008, hlm. 239.
  56. ^ Ogden 1999, hlm. 158.
  57. ^ Dumitru 2016, hlm. 269–270.
  58. ^ Dumitru 2016, hlm. 264.

Daftar pustaka

  • Bellinger, Alfred R. (1949). "The End of the Seleucids". Transactions of the Connecticut Academy of Arts and Sciences. Connecticut Academy of Arts and Sciences. 38. OCLC 4520682. 
  • Bevan, Edwyn Robert (1902). The House of Seleucus. II. London: Edward Arnold. OCLC 499314408. 
  • Bradley, Mark (2011). "Obesity, Corpulence and Emaciation in Roman Art". Papers of the British School at Rome. British School at Rome. 79. ISSN 0068-2462. 
  • Clinton, Henry Fynes (1851). Fasti Hellenici. III: The Civil and Literary Chronology of Greece and Rome, from the CXXIVth Olympiad to the Death of Augustus (edisi ke-second). Oxford University Press. OCLC 1063922992. 
  • Coloru, Omar (2015). "I Am Your Father! Dynasties and Dynastic Legitimacy on Pre-Islamic Coinage Between Iran and Northwest India". Electrum: Journal of Ancient History. Instytut Historii. Uniwersytet Jagielloński (Department of Ancient History at the Jagiellonian University). 22. ISSN 1897-3426. 
  • Dąbrowa, Edward (2011). "ΑΡΣΑΚΗΣ ΕΠΙΦΑΝΗΣ. Were the Arsacids Deities 'Revealed'?". Studi Ellenistici. Fabrizio Serra Editore. 24. ISBN 978-88-6227-351-0. ISSN 1828-5864. 
  • Den Boeft, Jan; Drijvers, Jan Willem; Den Hengst, Daniël; Teitler, Hans (1995). Philological and Historical Commentary on Ammianus Marcellinus XXII. Philological and Historical Commentary on Ammianus Marcellinus. 3. Brill. ISBN 978-90-69-80086-8. 
  • Downey, Robert Emory Glanville (1938). "Seleucid Chronology in Malalas". American Journal of Archaeology. Archaeological Institute of America. 42 (1). ISSN 0002-9114. 
  • Downey, Robert Emory Glanville (1951). "The Occupation of Syria by the Romans". Transactions and Proceedings of the American Philological Association. The Johns Hopkins University Press. 82. doi:10.2307/283427. ISSN 2325-9213. JSTOR 283427. 
  • Downey, Robert Emory Glanville (2015) [1961]. A History of Antioch in Syria from Seleucus to the Arab Conquest. Princeton University Press. ISBN 978-1-400-87773-7. 
  • Dumitru, Adrian (2016). "Kleopatra Selene: A Look at the Moon and Her Bright Side". Dalam Coşkun, Altay; McAuley, Alex. Seleukid Royal Women: Creation, Representation and Distortion of Hellenistic Queenship in the Seleukid Empire. Historia – Einzelschriften. 240. Franz Steiner Verlag. ISBN 978-3-515-11295-6. ISSN 0071-7665. 
  • Ehling, Kay (2008). Untersuchungen Zur Geschichte Der Späten Seleukiden (164–63 v. Chr.) Vom Tode Antiochos IV. Bis Zur Einrichtung Der Provinz Syria Unter PompeiusPerlu mendaftar (gratis). Historia – Einzelschriften (dalam bahasa Jerman). 196. Franz Steiner Verlag. ISBN 978-3-515-09035-3. ISSN 0071-7665. 
  • Eusebius (1875) [c. 325]. Schoene, Alfred, ed. Eusebii Chronicorum Libri Duo (dalam bahasa Latin). 1. Diterjemahkan oleh Petermann, Julius Heinrich. Apud Weidmannos. OCLC 312568526. 
  • Fleischer, Robert (1996). "Hellenistic Royal Iconography on Coins". Dalam Bilde, Per. Aspects of Hellenistic Kingship. Studies in Hellenistic Civilization. 7. Aarhus University Press. ISBN 978-8-772-88474-5. ISSN 0906-3463. 
  • Hallo, William W. (1996). Origins. The Ancient Near Eastern Background of Some Modern Western Institutions. Studies in the History and Culture of the Ancient Near East. 6. Brill. ISBN 978-90-04-10328-3. ISSN 0169-9024. 
  • Hoover, Oliver D. (2000). "A Dedication to Aphrodite Epekoos for Demetrius I Soter and His Family". Zeitschrift für Papyrologie und Epigraphik. Dr. Rudolf Habelt GmbH. 131. ISSN 0084-5388. 
  • Hoover, Oliver D. (2007). "A Revised Chronology for the Late Seleucids at Antioch (121/0–64 BC)". Historia: Zeitschrift für Alte Geschichte. Franz Steiner Verlag. 56 (3). ISSN 0018-2311. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-04-02. Diakses tanggal 2021-01-18. 
  • Hoover, Oliver D.; Houghton, Arthur; Veselý, Petr (2008). "The Silver Mint of Damascus under Demetrius III and Antiochus XII (97/6 BC–83/2 BC)". American Journal of Numismatics. second. American Numismatic Society. 20. ISBN 978-0-89722-305-8. ISSN 1053-8356. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-05-29. Diakses tanggal 2021-01-18. 
  • Houghton, Arthur (1987). "The Double Portrait Coins of Antiochus XI and Philip I: a Seleucid Mint at Beroea?". Schweizerische Numismatische Rundschau. Schweizerischen Numismatischen Gesellschaft. 66. ISSN 0035-4163. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-01-08. Diakses tanggal 2021-01-18. 
  • Houghton, Arthur; Müseler, Wilhelm (1990). "The Reigns of Antiochus VIII and Antiochus IX at Damascus". Schweizer Münzblätter. Schweizerische Zeitschrift für Numismatik. 40 (159). ISSN 0016-5565. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-10-31. Diakses tanggal 2021-01-18. 
  • Houghton, Arthur (1998). "The Struggle for the Seleucid Succession, 94–92 BC: a New Tetradrachm of Antiochus XI and Philip I of Antioch". Schweizerische Numismatische Rundschau. Schweizerischen Numismatischen Gesellschaft. 77. ISSN 0035-4163. 
  • Houghton, Arthur; Lorber, Catherine; Hoover, Oliver D. (2008). Seleucid Coins, A Comprehensive Guide: Part 2, Seleucus IV through Antiochus XIII. 1. The American Numismatic Society. ISBN 978-0-980-23872-3. OCLC 920225687. 
  • Kosmin, Paul J. (2014). The Land of the Elephant Kings: Space, Territory, and Ideology in the Seleucid Empire. Harvard University Press. ISBN 978-0-674-72882-0. 
  • Lorber, Catharine C.; Iossif, Panagiotis (2009). "Seleucid Campaign Beards". L'Antiquité Classique. l’asbl L’Antiquité Classique. 78. ISSN 0770-2817. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-05-29. Diakses tanggal 2021-01-18. 
  • McGing, Brian C. (2010). Polybius' Histories. Oxford University Press. ISBN 978-0-199-71867-2. 
  • Muccioli, Federicomaria (1994). "Considerazioni Generali Sull'epiteto Φιλάδελϕοϛ nelle Dinastie Ellenistiche e Sulla sua Applicazione nella Titolatura Degli Ultimi Seleucidi". Historia: Zeitschrift für Alte Geschichte (dalam bahasa Italia). Franz Steiner Verlag. 43 (4). ISSN 0018-2311. JSTOR 4436349. 
  • Newell, Edward Theodore (1917). "The Seleucid Mint of Antioch". American Journal of Numismatics. American Numismatic Society. 51. ISSN 2381-4594. 
  • Ogden, Daniel (1999). Polygamy, Prostitutes and Death: The Hellenistic Dynasties. Duckworth with the Classical Press of Wales. ISBN 978-0-715-62930-7. 
  • Otto, Walter Gustav Albrecht; Bengtson, Hermann (1938). Zur Geschichte des Niederganges des Ptolemäerreiches: ein Beitrag zur Regierungszeit des 8. und des 9. Ptolemäers. Abhandlungen (Bayerische Akademie der Wissenschaften. Philosophisch-Historische Klasse) (dalam bahasa Jerman). 17. Verlag der Bayerischen Akademie der Wissenschaften. OCLC 470076298. 
  • Plantzos, Dimitris (1999). Hellenistic Engraved Gems. Oxford Monographs on Classical Archaeology. 16. Clarendon Press. ISBN 978-0-198-15037-4. 
  • Rigsby, Kent J. (1996). Asylia: Territorial Inviolability in the Hellenistic World. Hellenistic Culture and Society. 22. University of California Press. ISBN 978-0-520-20098-2. 
  • Ross, Alan S. C. (1968). "Aldrediana XX: Notes on the Preterite-Present Verbs". English Philological Studies. W. Heffer & Sons, Ltd for the University of Birmingham. 11. ISSN 0308-0129. 
  • Scott, Roger (2017) [1989]. "Malalas and his Contemporaries". Dalam Jeffreys, Elizabeth; Croke, Brian; Scott, Roger. Studies in John Malalas. Byzantina Australiensia. 6. Brill. hlm. 67–85. ISBN 978-9-004-34462-4. 
  • Sievers, Joseph (1986). "Antiochus XI". Dalam Yarshater, Ehsan. Encyclopaedia Iranica. 2. Routledge & Kegan Paul. ISBN 978-0-710-09110-9. ISSN 2330-4804. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-06-07. Diakses tanggal 2021-01-18. 
  • Taylor, Michael J. (2013). Antiochus the Great. Pen and Sword. ISBN 978-1-848-84463-6. 
  • Taylor, Michael J. (2014). "Sacred Plunder and the Seleucid Near East". Greece & Rome. Cambridge University Press, for The Classical Association. 61 (2). ISSN 0017-3835. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-01-27. Diakses tanggal 2021-01-18. 
  • Wright, Nicholas L. (2011). "The Iconography of Succession Under the Late Seleukids". Dalam Wright, Nicholas L. Coins from Asia Minor and the East: Selections from the Colin E. Pitchfork Collection. The Numismatic Association of Australia. ISBN 978-0-646-55051-0. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-01-08. Diakses tanggal 2021-01-18. 
  • Wright, Nicholas L. (2012). Divine Kings and Sacred Spaces: Power and Religion in Hellenistic Syria (301–64 BC). British Archaeological Reports (BAR) International Series. 2450. Archaeopress. ISBN 978-1-407-31054-1. 

Pranala luar

Antiokhos XI Epifanis
Lahir: Tidak diketahui Meninggal: 93 SM
Didahului oleh:
Seleukos VI
Demetrius III
Antiokhos X
Raja Suriah
94–93 SM
bersama dengan Demetrius III (94–93 SM)
Antiokhos X (94–93 SM)
Filipos I (94–93 SM)
Diteruskan oleh:
Demetrius III
Antiokhos X
Filipos I