Lompat ke isi

Injourney Airports

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
PT Angkasa Pura Indonesia
Injourney Airports
Sebelumnya
Perusahaan Umum Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng (1984-1986)
Perusahaam Umum Angkasa Pura II (1986-1993)
PT Angkasa Pura II (Persero) (1993–2021)
PT Angkasa Pura II (2021–2024)
Perseroan terbatas
IndustriAviasi
PendahuluPT Angkasa Pura I[a]
Didirikan13 Agustus 1984; 40 tahun lalu (1984-08-13)
Kantor pusatTangerang, Indonesia
Wilayah operasi
Indonesia
Tokoh kunci
Muhammad Awaluddin[1]
(Direktur Utama)
Agus Santoso[2]
(Komisaris Utama)
ProdukHotel
Jasa
PendapatanRp 5,447 triliun (2021)[3]
Rp -3,809 triliun (2021)[3]
Total asetRp 41,764 triliun (2021)[3]
Total ekuitasRp 17,511 triliun (2021)[3]
PemilikPT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) (secara langsung dan melalui PT Angkasa Pura Nusantara (dahulu PT Angkasa Pura Indonesia inkarnasi pertama))
Pemerintah Indonesia juga memiliki saham dwiwarna
Karyawan
5.411 (2021)[3]
Anak usahaPT Angkasa Pura Aviasi
PT Angkasa Pura Hotel
PT Angkasa Pura Properti
PT Bandara Internasional Batam
Situs webinjourneyairports.id

Inkarnasi kedua dari PT Angkasa Pura Indonesia (berbisnis dengan nama Injourney Airports, sebelumnya bernama PT Angkasa Pura II)[b] adalah anak usaha dari Injourney yang bergerak di bidang pengelolaan bandara. Hingga akhir tahun 2021, perusahaan ini mengelola 20 bandara yang terutama terletak di Indonesia bagian barat.[3][4]

Perusahaan ini didirikan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1984 sebagai sebuah perusahaan umum (Perum) dengan nama Perum Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng untuk mengelola Bandara Soekarno-Hatta.[5] Pada tahun 1985, penerbangan berjadwal di Bandara Halim Perdanakusuma dan Bandara Kemayoran mulai dipindah ke Bandara Soekarno-Hatta. Pada tahun 1986, perusahaan ini diubah namanya menjadi Perum Angkasa Pura II dan ditugaskan untuk mengelola bandara yang terletak di Indonesia bagian barat.[6] Pada tahun 1991, perusahaan ini mulai mengelola Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II dan Bandara Supadio.[7] Pada tahun 1993, status perusahaan ini diubah menjadi persero.[8] Setahun kemudian, perusahaan ini mulai mengelola Bandara Polonia, Bandara Simpang Tiga, Bandara Husein Sastranegara, Bandara Blang Bintang, dan Bandara Tabing.[9] Pada tahun 1999, perusahaan ini mengubah nama Bandara Simpang Tiga menjadi Bandara Sultan Syarif Kasim II. Setahun kemudian, perusahaan ini juga mulai mengelola Bandara Kijang.

Pada tahun 2004, perusahaan ini meresmikan terminal khusus haji di Bandara Soekarno-Hatta. Pada tahun 2005, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan Bandara Internasional Minangkabau. Pada tahun 2006, Wakil Presiden Jusuf Kalla meletakkan batu pertama pembangunan Bandara Kualanamu. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kemudian juga meresmikan lounge khusus TKI di Bandara Soekarno-Hatta. Pada tahun 2006 juga, perusahaan ini mendirikan PT Railink bersama PT Kereta Api Indonesia. Pada tahun 2007, perusahaan ini mulai mengelola Bandara Depati Amir dan Bandara Sultan Thaha. Pada tahun 2009, perusahaan ini meresmikan Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta. Setahun kemudian, perusahaan ini juga meluncurkan kembali Terminal 1C Bandara Soekarno-Hatta. Pada tahun 2011, perusahaan ini meletakkan batu pertama pembangunan terminal di Bandara Depati Amir dan Bandara Supadio. Setahun kemudian, perusahaan ini meresmikan terminal baru di Bandara Sultan Syarif Kasim II. Pada tahun 2013, perusahaan ini mulai mengelola Bandara Silangit, serta mulai mengoperasikan Bandara Kualanamu dan terminal baru di Bandara Raja Haji Fisabilillah. Pada tahun 2016, perusahaan ini mulai mengoperasikan Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta.

Pada bulan Januari 2017, perusahaan ini mulai mengoperasikan terminal internasional baru di Bandara Husein Sastranegara dan terminal baru di Bandara Depati Amir. Pada bulan September 2017, perusahaan ini mulai membangun Airport Operation Control Center (AOCC) dan mulai mengoperasikan kalayang di Bandara Soekarno-Hatta. Pada bulan November 2017, perusahaan ini mulai mengelola Bandara Jenderal Besar Sudirman. Pada bulan November 2017 juga, Presiden Joko Widodo meresmikan Bandara Silangit. Pada bulan Desember 2017, PT Railink mulai mengoperasikan KA Bandara Soekarno-Hatta. Pada bulan Desember 2017 juga, Presiden Joko Widodo meresmikan Terminal Ultimate Bandara Supadio dengan didampingi oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi. Pada bulan yang sama, perusahaan ini juga mulai mengelola Bandara Banyuwangi. Pada tahun 2018, perusahaan ini mulai mengoperasikan Bandara Kertajati. Pada bulan Oktober 2019, perusahaan ini juga mulai mengelola Bandara Radin Inten II, Bandara H.A.S. Hanandjoeddin, dan Bandara Fatmawati Soekarno.[3][4]

Pada bulan Oktober 2021, pemerintah resmi menyerahkan mayoritas saham perusahaan ini ke Aviasi Pariwisata Indonesia (Injourney), sebagai bagian dari upaya untuk membentuk holding BUMN yang bergerak di bidang aviasi dan pariwisata.[10] Pada bulan Desember 2023, perusahaan ini menyerahkan seluruh saham Angkasa Pura Solusi, Angkasa Pura Propertindo, dan Gapura Angkasa yang mereka pegang ke PT Angkasa Pura Kargo, sebagai bagian dari upaya untuk membentuk subholding di internal Injourney yang bergerak di bidang pendukung operasional bandara. Nama perusahaan tersebut kemudian juga diubah menjadi PT Integrasi Aviasi Solusi. Pada bulan Januari 2024, perusahaan ini resmi menyerahkan mayoritas saham perusahaan tersebut ke Injourney. Pada bulan Juli 2024, nama perusahaan ini diubah menjadi seperti sekarang dan Angkasa Pura I digabung ke dalam perusahaan ini, sebagai bagian dari upaya untuk membentuk subholding di internal Injourney yang bergerak di bidang pengelolaan bandara.[11]

Penghargaan

[sunting | sunting sumber]

Perusahaan ini telah berhasil memperoleh berbagai penghargaan dari berbagai instansi. Penghargaan yang diperoleh merupakan bentuk apresiasi kepercayaan masyarakat atas performance Perusahaan dalam memberikan pelayanan, di antaranya adalah:

  • “The Best BUMN in Logistic Sector” dari Kementerian Negara BUMN RI (2004-2006).
  • “The Best I in Good Corporate Governance” (2006).
  • Juara I “Annual Report Award” kategori BUMN Non-Keuangan Non-Listed (2007).
  • BUMN Terbaik dan Tepercaya dalam bidang Good Corporate Governance pada Corporate Governance Perception Index Award (2007).
  • 1st The Best Non Listed Company dari Anugerah Business Review (2009).
  • The World 2nd Most On Time Airport untuk Bandara Soekarno-Hatta dari Forbestraveller.com (2009).
  • Juara III Annual Report Award kategori BUMN Non- Keuangan Non-Listed (2009).
  • The Best Prize ‘INACRAFT Award in category natural fibers (2010).
  • GCG Award as Trusted Company Based on Corporate Governance Perception Index (CGPI) 2010 (2011).
  • Penghargaan Penggunaan Bahasa Indonesia dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2011).
  • Penghargaan untuk Bandara Internasional Minangkabau Padang sebagai Indonesia Leading Airport dalam Indonesia Travel & Tourism Award (2011).
  • Penghargaan Kecelakaan Nihil (Zero Accident) selama 2.084.872 jam kerja terhitung mulai 1 Januari 2009 - 31 Desember 2011 untuk Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru dalam Indonesia Travel & Tourism Award (2011).
  • Serta berbagai penghargaan pada tahun 2012 dari Majalah Bandara kategori Best Airport 2012 untuk Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II (Pekanbaru) dan Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II (Palembang), kategori Good Airport Services untuk Bandara Internasional Minangkabau dan Bandara Internasional Soekarno-Hatta Terminal 3 (Cengkareng) dan kategori Progressive Airport Service 2012 untuk Bandara Internasional Soekarno-Hatta Terminal 3 (Cengkareng).

Sebelum Angkasa Pura I dan II dileburkan kedalam InJourney Airports, perusahaan ini mengelola 21 bandar udara yang terutama terletak di Pulau Sumatra, Jawa (kecuali Kota SemarangSurakarta, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kota KediriSurabaya, Jawa Timur), serta Kalimantan bagian barat dan tengah, yakni:[12]

Bandar udara internasional

[sunting | sunting sumber]
  1. Bandar Udara Internasional Sultan Iskandar Muda (Kota Banda Aceh)
  2. Bandar Udara Internasional Kualanamu (Kota MedanBinjaiDeli Serdang, Sumatera Utara)
  3. Bandar Udara Internasional Hang Nadim[c] (Pulau Batam, Kepulauan Riau)
  4. Bandar Udara Internasional Minangkabau (Kota Padang, Sumatera Barat)
  5. Bandar Udara Internasional Sultan Syarif Kasim II (Kota Pekanbaru, Riau)
  6. Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta (Jabodetabekjur)
  7. Bandar Udara Internasional Kertajati (Kota BandungCirebon, Jawa Barat)
  8. Bandar Udara Internasional Yogyakarta (Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kota Surakarta, Jawa Tengah)
  1. Bandar Udara Internasional Juanda (Kota SurabayaMalang, Jawa Timur)
  2. Bandar Udara Internasional Ngurah Rai (Kota Denpasar, Bali)
  3. Bandar Udara Internasional Lombok (Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat)
  4. Bandar Udara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan (Kota Balikpapan, Kalimantan Timur dan Nusantara (ibu kota terencana))
  5. Bandar Udara Internasional Sam Ratulangi (Kota Manado, Sulawesi Utara)
  6. Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin (Kota Makassar, Sulawesi Selatan)
  7. Bandar Udara Sentani (Kota Jayapura, Papua)

Bandar udara domestik

[sunting | sunting sumber]
  • Indonesia bagian barat
  1. Bandar Udara Sisingamangaraja XII (Tapanuli Utara, Sumatera Utara)
  2. Bandar Udara Raja Haji Fisabilillah (Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau)
  3. Bandar Udara Sultan Thaha (Kota Jambi, Jambi)
  4. Bandar Udara Sultan Mahmud Badaruddin II (Kota Palembang, Sumatera Selatan)
  5. Bandar Udara Depati Amir (Kota Pangkal Pinang, Kepulauan Bangka Belitung)
  6. Bandar Udara H.A.S. Hanandjoeddin (Pulau Belitung, Kepulauan Bangka Belitung)
  7. Bandar Udara Fatmawati Soekarno (Kota Bengkulu)
  8. Bandar Udara Radin Inten II (Kota Bandar Lampung, Lampung)
  9. Bandar Udara Husein Sastranegara (Kota Bandung, Jawa Barat)
  10. Bandar Udara Jenderal Besar Sudirman (Banyumas, Jawa Tengah)
  11. Bandar Udara Jenderal Ahmad Yani (Kota Semarang, Jawa Tengah)
  12. Bandar Udara Supadio (Kota Pontianak, Kalimantan Barat)
  13. Bandar Udara Tjilik Riwut (Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah)
  1. Bandar Udara Adi Soemarmo (Kota Surakarta, Jawa Tengah)
  2. Bandar Udara Adisutjipto (Daerah Istimewa Yogyakarta)
  3. Bandar Udara Banyuwangi (Banyuwangi, Jawa Timur)
  4. Bandar Udara Dhoho (Kota Kediri, Jawa Timur)[d]
  5. Bandar Udara Syamsudin Noor (Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan)
  6. Bandar Udara El Tari (Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur)
  7. Bandar Udara Frans Kaisiepo (Pulau Biak, Papua)
  8. Bandar Udara Pattimura (Pulau Ambon, Maluku)
  1. ^ Sebelumnya bernama:
    Perusahaan Negara Angkasa Pura Kemayoran (1962-1965)
    Perusahaan Negara Angkasa Pura (1965-1974)
    Perusahaan Umum Angkasa Pura (1974-1986)
    Perusahaan Umum Angkasa Pura I (1986-1992)
    PT Angkasa Pura I (Persero) (1992–2021)
  2. ^ Inkarnasi pertama perusahaan dengan nama sama kini bernama PT Angkasa Pura Nusantara.
  3. ^ Dimiliki oleh konsorsium Injourney, PT Wijaya Karya Tbk, dan Incheon International Airport Corporation
  4. ^ Dimiliki oleh konsorsium PT Gudang Garam Tbk dan InJourney
[sunting | sunting sumber]

Logo Angkasa Pura I dan Angkasa Pura II awalnya sama, tetapi kemudian masing-masing perusahaan menggunakan logo barunya sendiri-sendiri.

Referensi

[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "Dewan Direksi". PT Angkasa Pura II. Jakarta: PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero). Diakses tanggal 6 Maret 2023. 
  2. ^ "Dewan Komisaris". PT Angkasa Pura II. Jakarta: PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero). Diakses tanggal 6 Maret 2023. 
  3. ^ a b c d e f g Laporan Tahunan 2021. PT Angkasa Pura II (Laporan). Jakarta: PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero). Diakses tanggal 6 Maret 2023. 
  4. ^ a b "Sejarah Perusahaan". PT Angkasa Pura II. Diakses tanggal 6 Maret 2023. 
  5. ^ "Peraturan Pemerintah nomor 20 tahun 1984" (PDF). Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. Diakses tanggal 6 Maret 2023. 
  6. ^ "Peraturan Pemerintah nomor 26 tahun 1986" (PDF). Sekretariat Kabinet Republik Indonesia. Diakses tanggal 6 Maret 2023. 
  7. ^ "Peraturan Pemerintah nomor 10 tahun 1991" (PDF). Sekretariat Kabinet Republik Indonesia. Diakses tanggal 6 Maret 2023. 
  8. ^ "Peraturan Pemerintah nomor 14 tahun 1992" (PDF). Sekretariat Kabinet Republik Indonesia. Diakses tanggal 6 Maret 2023. 
  9. ^ "Peraturan Pemerintah nomor 26 tahun 1994" (PDF). Sekretariat Kabinet Republik Indonesia. Diakses tanggal 6 Maret 2023. 
  10. ^ "Peraturan Pemerintah nomor 104 tahun 2021" (PDF). Sekretariat Kabinet Republik Indonesia. Diakses tanggal 12 Oktober 2021. 
  11. ^ Mahardhika, Lorenzo Anugrah (24 Juli 2024). "Skema Merger Angkasa Pura: Ganti Nama hingga Pembubaran Entitas AP I". Bisnis Indonesia. Diakses tanggal 4 Agustus 2024. 
  12. ^ "Our Airports". Tangerang: Angkasa Pura II. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]