Bhinneka Tunggal Ika: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Aranmaan!! (bicara | kontrib)
Penambahan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Salah ketik
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(32 revisi perantara oleh 25 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Italictitle}}
[[Berkas:National emblem of Indonesia Garuda Pancasila.svg|jmpl|Garuda Pancasila dengan semboyan ''Bhinneka Tunggal Ika'' di pita.]]
[[Berkas:National emblem of Indonesia Garuda Pancasila.svg|jmpl|Garuda Pancasila dengan semboyan ''Bhinneka Tunggal Ika'' di pita.]]
'''''Bhinneka Tunggal Ika''''' adalah [[moto]] atau semboyan bangsa [[Indonesia]] yang tertulis pada lambang negara Indonesia, [[Lambang negara Indonesia|Garuda Pancasila]]. Frasa ini berasal dari [[bahasa Jawa Kuno]] yang artinya adalah “Berbeda-beda tetapi tetap satu”.
'''''Bhinneka Tunggal Ika''''' adalah [[moto]] atau semboyan bangsa [[Indonesia]] yang tertulis pada [[lambang negara]] Indonesia yaitu [[Lambang negara Indonesia|Garuda Pancasila]]. Semboyan negara ini menggambarkan kondisi Indonesia yang mempunyai banyak keragaman [[suku]], [[budaya]], [[adat]] dan [[agama]] namun tetap menjadi satu bangsa utuh.<ref name=":0">{{Cite web|last=Widiyani|first=Rosmha|title=Arti Bhinneka Tunggal Ika, Tujuan, Makna dari Kalimat Semboyan Indonesia|url=https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5660329/arti-bhinneka-tunggal-ika-tujuan-makna-dari-kalimat-semboyan-indonesia|website=detikedu|language=id-ID|access-date=2023-05-31}}</ref> Frasa ini berasal dari [[bahasa Jawa Kuno]] yang artinya adalah “Walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu jua”.<ref>Kakawin Sutasoma
[https://www.museumnasional.or.id/kakawin-sutasoma-4004]</ref>


Indonesia merupakan negara [[kepulauan]] terbesar di dunia, dengan demikian sangat wajar apabila mempunyai banyak suku, agama, ras, dan antar golongan. Keragaman tersebut hidup saling menghormati dan menghargai dalam semangat ''Bhinneka Tunggal Ika''.<ref>{{Cite journal|last=Rahim|first=Rahmawaty|date=2012|title=SIGNIFIKANSI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL TERHADAP KELOMPOK MINORITAS|url=http://www.ejournal.radenintan.ac.id/index.php/analisis/article/view/634|journal=Analisis: Jurnal Studi Keislaman|language=id|volume=12|issue=1|pages=161–182|doi=10.24042/ajsk.v12i1.634|issn=2502-3969}}</ref>
Diterjemahkan per kata, kata '''''bhinnêka''''' berarti "beraneka ragam" dan terdiri dari kata '''''bhinna''''' dan '''''ika''''', yang digabung. Kata '''''tunggal''''' berarti "satu". Kata '''''ika''''' berarti "itu". Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan "Beraneka Satu Itu", yang bermakna meskipun beranekaragam tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan.


Kata '''''bhinnêka''''' berasal dari dua kata yang mengalami [[Sandi (fonologi)|sandi]], yaitu '''''bhinna''''' 'terpisah, berbeda' dan '''''ika''''' 'itu'. Kata '''''tunggal''''' berarti 'satu'. Secara harfiah, ''Bhinneka Tunggal Ika'' secara eksplisit dapat diartikan "Berbeda itu tetap satu", yang bermakna meskipun dalam aneka keberanekaragaman — pada hakikatnya [[bangsa Indonesia]] tetap merupakan satu kesatuan utuh nan kokoh. Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam [[adat]], [[istiadat]] dan [[budaya]], serta [[bahasa daerah]], [[ras]], [[suku bangsa]], [[agama]] dan serta [[kepercayaan]].
Kalimat ini merupakan kutipan dari sebuah [[kakawin]] Jawa Kuno yaitu [[kakawin Sutasoma]], karangan [[Mpu Tantular]] semasa kerajaan [[Majapahit]] sekitar abad ke-14, di bawah pemerintahan Raja [[Rajasanagara|Rājasanagara]], yang juga dikenal sebagai [[Hayam Wuruk]].


Kakawin ini istimewa karena mengajarkan [[toleransi]] antara umat [[Hindu]] [[Siwa]] dengan umat [[Buddha]].<ref>{{Cite web|url=http://www.depkumham.go.id/xdepkumhamweb/xPeraturan/xUUD|title=UUD 1945|publisher=Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia|website=depkumham.go.id|archive-url=https://web.archive.org/web/20100212100545/http://www.depkumham.go.id/xdepkumhamweb/xPeraturan/xUUD|archive-date=12 Februari 2010|dead-url=yes}}</ref>
Kalimat ini merupakan kutipan dari sebuah [[kakawin]] Jawa Kuno yaitu [[kakawin Sutasoma]], karangan [[Mpu Tantular]] sekitar abad ke-14, di bawah pemerintahan Raja [[Rajasanagara|Rājasanagara]], yang juga dikenal sebagai [[Hayam Wuruk]]. Kakawin ini istimewa karena mengajarkan [[toleransi]] antara umat [[Hindu]] [[Siwa]] dengan umat [[Buddha]].<ref>{{Cite web|url=http://www.depkumham.go.id/xdepkumhamweb/xPeraturan/xUUD|title=UUD 1945|publisher=Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia|website=depkumham.go.id|archive-url=https://web.archive.org/web/20100212100545/http://www.depkumham.go.id/xdepkumhamweb/xPeraturan/xUUD|archive-date=12 Februari 2010|dead-url=yes}}</ref>

== Tujuan ==
Tujuan dari ''Bhinneka Tunggal Ika'' adalah untuk mengembangkan [[motivasi]] dan menghargai keragaman. Tanpa wawasan tersebut, akan sulit untuk memajukan [[kedaulatan]] dan kemerdekaan nasional Indonesia.

Cita-cita tersebut menjadi landasan [[nasionalisme]] masyarakat Indonesia. Tujuan dari kebangkitan nasionalis yang dipimpin Bhinneka Tunggal Ika adalah untuk menanamkan loyalitas dan [[dedikasi]] pada masyarakat dan bangsa.<ref name=":0" />


== Sajak penuh ==
== Sajak penuh ==
Baris 23: Baris 31:


Terjemahan ini didasarkan, dengan adaptasi kecil, pada edisi teks kritis oleh Dr. Soewito Santoso.<ref>Santoso, Soewito ''Sutasoma, a Study in Old Javanese Wajrayana'' 1975:578. [[New Delhi]]: International Academy of Culture</ref>
Terjemahan ini didasarkan, dengan adaptasi kecil, pada edisi teks kritis oleh Dr. Soewito Santoso.<ref>Santoso, Soewito ''Sutasoma, a Study in Old Javanese Wajrayana'' 1975:578. [[New Delhi]]: International Academy of Culture</ref>

== Galeri ==
<gallery>
Berkas:Tarian dan pakaian khas kalimantan.jpg|Tarian dengan peserta berpakaian adat suku-suku di Indonesia.
Berkas:Bhinneka Tunggal Ika.jpg|Arak-arakan dengan tulisan "Bhinneka Tunggal Ika" menampilkan anak-anak dengan baju adat berbagai suku di Indonesia.
Berkas:Bhinneka Tunggal Ika - Archipelago Singers.jpg|Penyanyi-penyanyi mengenakan pakaian adat di Indonesia
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Kinderen dragen verschillende traditionele klederdrachten om de eenheid van Indonesië te symboliseren TMnr 20000148.jpg|Anak-anak berpakaian adat daerah, umumnya digunakan untuk mengekspresikan keanekaragaman Indonesia.
Berkas:Carnaval baju daerah.jpg|Karnaval baju daerah untuk menunjukkan keberagaman budaya.
</gallery>


== Lihat pula ==
== Lihat pula ==

Revisi terkini sejak 27 Maret 2024 21.50

Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika di pita.

Bhinneka Tunggal Ika adalah moto atau semboyan bangsa Indonesia yang tertulis pada lambang negara Indonesia yaitu Garuda Pancasila. Semboyan negara ini menggambarkan kondisi Indonesia yang mempunyai banyak keragaman suku, budaya, adat dan agama namun tetap menjadi satu bangsa utuh.[1] Frasa ini berasal dari bahasa Jawa Kuno yang artinya adalah “Walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu jua”.[2]

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan demikian sangat wajar apabila mempunyai banyak suku, agama, ras, dan antar golongan. Keragaman tersebut hidup saling menghormati dan menghargai dalam semangat Bhinneka Tunggal Ika.[3]

Kata bhinnêka berasal dari dua kata yang mengalami sandi, yaitu bhinna 'terpisah, berbeda' dan ika 'itu'. Kata tunggal berarti 'satu'. Secara harfiah, Bhinneka Tunggal Ika secara eksplisit dapat diartikan "Berbeda itu tetap satu", yang bermakna meskipun dalam aneka keberanekaragaman — pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap merupakan satu kesatuan utuh nan kokoh. Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam adat, istiadat dan budaya, serta bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan serta kepercayaan.

Kalimat ini merupakan kutipan dari sebuah kakawin Jawa Kuno yaitu kakawin Sutasoma, karangan Mpu Tantular sekitar abad ke-14, di bawah pemerintahan Raja Rājasanagara, yang juga dikenal sebagai Hayam Wuruk. Kakawin ini istimewa karena mengajarkan toleransi antara umat Hindu Siwa dengan umat Buddha.[4]

Tujuan[sunting | sunting sumber]

Tujuan dari Bhinneka Tunggal Ika adalah untuk mengembangkan motivasi dan menghargai keragaman. Tanpa wawasan tersebut, akan sulit untuk memajukan kedaulatan dan kemerdekaan nasional Indonesia.

Cita-cita tersebut menjadi landasan nasionalisme masyarakat Indonesia. Tujuan dari kebangkitan nasionalis yang dipimpin Bhinneka Tunggal Ika adalah untuk menanamkan loyalitas dan dedikasi pada masyarakat dan bangsa.[1]

Sajak penuh[sunting | sunting sumber]

Kutipan ini berasal dari pupuh 139, bait 5. Bait ini secara lengkap seperti di bawah ini:

Rwâneka dhâtu winuwus Buddha Wiswa,
Bhinnêki rakwa ring apan kena parwanosen,
Mangka ng Jinatwa kalawan Siwatatwa tunggal,
Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma mangrwa.

Terjemahan:

Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat yang berbeda.
Mereka memang berbeda, tetapi bagaimanakah bisa dikenali?
Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal
Terpecah belahlah itu, tetapi satu jugalah itu. Tidak ada kerancuan dalam kebenaran.

Terjemahan ini didasarkan, dengan adaptasi kecil, pada edisi teks kritis oleh Dr. Soewito Santoso.[5]

Galeri[sunting | sunting sumber]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b Widiyani, Rosmha. "Arti Bhinneka Tunggal Ika, Tujuan, Makna dari Kalimat Semboyan Indonesia". detikedu. Diakses tanggal 2023-05-31. 
  2. ^ Kakawin Sutasoma [1]
  3. ^ Rahim, Rahmawaty (2012). "SIGNIFIKANSI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL TERHADAP KELOMPOK MINORITAS". Analisis: Jurnal Studi Keislaman. 12 (1): 161–182. doi:10.24042/ajsk.v12i1.634. ISSN 2502-3969. 
  4. ^ "UUD 1945". depkumham.go.id. Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 Februari 2010.  line feed character di |publisher= pada posisi 48 (bantuan)
  5. ^ Santoso, Soewito Sutasoma, a Study in Old Javanese Wajrayana 1975:578. New Delhi: International Academy of Culture