Jalan Raya Bogor: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Pramesta (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(46 revisi perantara oleh 19 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
'''Jalan Raya Bogor''' atau juga disebut sebagai '''Jalan Raya Jakarta–Depok–Bogor''' adalah sebuah nama [[jalan nasional]]<ref>{{Cite web|last=Rivalino|first=Boy|date=2022-10-19|title=Revitalisasi Jalan, Pemkot Depok Bangun Komunikasi dengan Pusat dan Provinsi|url=https://monitor.co.id/2022/10/19/revitalisasi-jalan-pemkot-depok-bangun-komunikasi-dengan-pusat-dan-provinsi/|website=MONITOR|language=id|access-date=2022-11-05}}</ref> yang menghubungkan [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|DKI Jakarta]], [[Kota Depok|Depok]] hingga [[Kota Bogor|Bogor]]. Sebelum ada [[Jalan Tol Jakarta–Bogor–Ciawi|Jalan Tol Jagorawi]] orang-orang yang menuju Bogor atau menuju Jakarta dari Bogor melewati jalan ini. Jalan ini merupakan bagian dari [[Jalan Raya Pos]] (atau lebih dikenal sebagai Jalan Raya Anyer-Panarukan) yang dibangun masa pemerintahan [[Gubernur jenderal|Gubernur Jenderal]] [[Hindia Belanda]], [[Herman Willem Daendels]].
{{tanpa_referensi|date=November 2009}}
Jalan Raya Bogor adalah sebuah jalan besar yang menghubungkan Jakarta dengan Bogor. Sebelum ada Jalan Tol Cisalak-Jagorawi, orang-orang yang menuju Bogor atau menuju Jakarta dari Bogor melewati jalan ini. Jalan sepanjang 45 kilometer ini bahkan melewati 3 [[kotamadya]], yakni [[Jakarta Timur]], [[Depok]], dan [[Bogor]].


[[Berkas:Jalanrayabogor.jpg|jmpl|290 px|Penampakan Jalan Raya Bogor di kawasan sekitar [[Cibinong, Bogor|Cibinong, Kabupaten Bogor]], [[Jawa Barat]].]]
Kecamatan yang dilalui jalan ini diantaranya:


Jalan sepanjang 45&nbsp;km ini bahkan melewati 2 provinsi, 3 kotamadya serta 1 kabupaten yakni [[Kota Administrasi Jakarta Timur|Jakarta Timur]], [[Kota Depok]], [[Kota Bogor]] dan [[Kabupaten Bogor]]. Menurut mitos, jalan ini rawan kecelakaan lalu lintas.
[[Jakarta Timur]]
* Kecamatan Kramat Jati
* Kecamatan Pasar Rebo
* Kecamatan Ciracas


== Sejarah ==
[[Kota Depok]]
Pada masa [[Daendels]] memimpin, ia membangun benteng di daerah [[Bali Mester, Jatinegara, Jakarta Timur|Mester]] yang dipenuhi pohon Jati dan sekarang menjadi bagian dari [[Jatinegara, Jakarta Timur|Jatinegara]]. Dari benteng itu, ia membangun jalan yang lurus hingga [[Kota Bogor]] yang ada Istana Gubernur Jenderal di tengahnya (sekarang [[Istana Bogor]]).
* Kecamatan Cimanggis
* Kecamatan Tapos
* Kecamatan Sukmajaya
* Kecamatan Cilodong


Pada masa itu, Jakarta dan Bogor dihubungkan dengan [[Sungai Ciliwung]]. Sebagaimana diabadikan [[Pramoedya Ananta Toer]] dalam novelnya, Ciliwung merupakan sungai yang sibuk. Orang dari selatan membawa dagangan ke pelabuhan di utara, dan sebaliknya. Di beberapa tempat masihlah rimba, sementara di tempat lain adalah jurang yang dalam, namun airnya sangat jernih.
[[Kabupaten Bogor]]
* Kecamatan Bojonggede
* Kecamatan Cibinong
* Kecamatan Sukaraja


Oleh [[Daendels]], jalan utama ini dibangun menyusuri kali irigasi dan memotong hutan jati di [[Kramat Jati, Jakarta Timur|Kramat Jati]], tempat Datuk Tonggara bertahan dan dimakamkan. Dengan begitu, fungsi [[Ci Liwung|Sungai Ciliwung]] sedikit digantikan dan pelan-pelan sebatas menjadi tempat berwisata orang masa dulu.
[[Kota Bogor]]
* Kecamatan Bogor Utara
* Kecamatan Bogor Timur
* Kecamatan Bogor Selatan


Seterusnya, membelah [[Cimanggis, Depok|Cimanggis]]. Dulu di daerah [[Cisalak, Sukmajaya, Depok|Cisalak]], kira-kira KM 30 terdapat pangkalan kuda, yang berfungsi untuk mengganti kuda-kuda setelah perjalanan jauh dari [[Batavia]]. Pangkalan kuda ini hilang perlahan setelah orang mengganti dengan kendaraan bermotor, sedikit ke arah selatan dari pangkalan kuda tersebut terdapat simpangan jalan makadam yang mengarah ke pedesaan di Kawasan [[Gunung Putri, Bogor|Gunung Putri]] hingga [[Jonggol, Bogor|Jonggol]].
== Transportasi ==
Trayek Bus dan Angkutan Kota yang melayani Jalan Raya Bogor:


Mendekati daerah [[Tapos, Depok|Tapos]], jalan ini dibangun bersisian dengan Setu Jatijajar dan situs makam Ki Langkap Kahfidatu, pembangun daerah [[Cilangkap, Tapos, Depok|Cilangkap]]. Rute ini sejak zaman [[Medang|Mataram]] dan [[Kesultanan Demak|Demak]] memang menjadi rute utama dari Sunda Kalapa menuju Pajajaran.
Bus:
* [[DAMRI]]: Terminal Kampung Rambutan-[[Bandara Internasional Soekarno-Hatta]] PP
* [[Kopaja]] T57: Terminal Kampung Rambutan-Blok M PP
* [[Mayasari Bakti]] P9BC: Terminal Kampung Rambutan-Cikarang PP
* [[Mayasari Bakti]] P9BT: Terminal Kampung Rambutan-Bekasi Timur PP
* [[Mayasari Bakti]] P98A: Terminal Kampung Rambutan-Pulo Gadung PP
* [[Mayasari Bakti]] AC02: Terminal Kampung Rambutan-Kalideres PP
* [[Mayasari Bakti]] AC70: Terminal Kampung Rambutan-Tanah Abang PP (via UKI - Komdak - Sudirman - Thamrin)
* Miniarta: Terminal Baranangsiang-Cibinong-Terminal Kampung Rambutan PP
* Miniarta: Terminal Baranangsiang-Cibinong-Depok Timur PP
* Tunggal Jaya: Citeureup-Cibinong-Terminal Kampung Rambutan PP


Jalan ini terus dibangun Daendels membelah hutan di kawasan [[Cibinong, Bogor|Cibinong]], hingga berakhir di Jambu Dua, KM 44 hingga 45. Saat ini, ia bersambung lurus hingga Gadok dan di utara, bersambung dengan [[Jalan Jenderal Ahmad Yani (Jakarta)|Jl. Jend. Ahmad Yani]] di [[Cililitan, Kramat Jati, Jakarta Timur|Cililitan]] hingga [[Cawang, Kramat Jati, Jakarta Timur|Cawang]].
Angkutan Kota:
* D06: Terminal Depok-Simpangan Depok-Terminal Jatijajar PP
* D10A: Terminal Depok-Boulevard Grand Depok City-Terminal Jatijajar PP
* D11: Terminal Depok-Akses UI-Pasar Palsigunung (PAL) PP
* D17: Terminal Jatijajar-Banjaran Pucung-Cibubur PP
* D37: Terminal Kampung Rambutan-Cimanggis-Simpangan Depok PP
* D41: Terminal Kampung Rambutan-Simpangan Depok-Terminal Cibinong PP
* D69: Cisalak-Pekapuran-Leuwinanggung PP (Berangkat dari Jalan Pekapuran)
* D79: Cisalak-Leuwinanggung-Kranggan PP (Berangkat dari RSIA Tumbuh Kembang, Depok lalu putar balik sampai ke Jalan Radar Auri)
* D107: Cisalak-Gas Alam-Leuwinanggung (Berangkat dari Jalan Gas Alam) PP
* D112: Terminal Depok-Ciracas-Terminal Kampung Rambutan PP
* D129: Mekarsari-Tanjung Barat-Terminal Pasar Minggu PP (Berangkat dari Jalan Mekarsari Raya)
* KR: Terminal Kampung Rambutan-Pondok Gede PP
* M06: Kampung Melayu-Gandaria PP
* M06A: Stasiun Jatinegara-Gandaria PP
* P01: Cisalak-Alternatif Cibubur-Terminal Cileungsi PP (Berangkat dari Jalan Gas Alam)
* T01: Terminal Cililitan-Bambu Apus PP
* T02: Terminal Cililitan-Setu-Jatiwarna PP
* T03: Terminal Cililitan-Munjul PP
* T04: Terminal Cililitan-Ujung Aspal PP
* T04A: Terminal Cililitan-Bandara Internasional Halim Perdanakusuma PP
* T05: Terminal Cililitan-Setu PP
* T06: Terminal Cililitan-Kampung Gedong-Pasar Rebo PP
* T07: Terminal Cililitan-Condet PP
* T08: Terminal Cililitan-Kampung Dukuh-Gudang Seng PP
* T09: Terminal Cililitan-Kalisari PP (Biasanya hanya sampai Pasar Induk Kramat Jati saja)
* T10: Terminal Cililitan-Chandra PP
* T11: Terminal Cililitan-Mekarsari PP
* T12: Terminal Cililitan-Terminal Kampung Rambutan PP
* T13: Terminal Cililitan-Taman Bunga Wiladatika PP
* T14: Terminal Cililitan-Setu PP
* T15: Terminal Cililitan-Cilangkap PP
* T15A: Terminal Cililitan-Arundina PP
* T16: Pasar Rebo-Jambore PP
* T17: Terminal Cililitan-Terminal Pinang Ranti PP


Orang tua zaman dulu menyebut jalan ini dengan Jalan Raya Jakarta. Versi lain mengatakan, Jalan Raya Bogor juga mencakup Jalan Raya Pasar Minggu hingga Jalan Margonda di [[Kota Depok|Depok]], namun ini kurang bisa diterima. Besar kemungkinan, Daendels juga membangun cabang jalan ini, hingga ada rute alternatif menuju pedesaan di [[Bojong Pondok Terong, Cipayung, Depok|Pondok Terong]] kala itu, yang merupakan pemukiman lama.
<center>

<table border="1" cellspacing="0" cellpadding="4" style="font-size:90%;">
[[Berkas: Roadbogorjakarta.jpg|jmpl|290px]]
<tr>

<td width="30%" align="center">'''Jalan sebelumnya''':{{br}}
Saat ini, sesuai keputusan [[Pemerintah Indonesia]], jalan ini ditingkatkan statusnya menjadi jalan nasional yang sebelumnya hanya jalan lintas provinsi. Bagi warga Jabodetabek hampir semuanya tau akan jalan ini, terkecuali warga luar daerah yang baru tinggal di [[Jabodetabekpunjur|Jabodetabek]].<ref>{{Cite web|last=|first=|date=|title=Sejarah Jalan Raya Bogor|url=https://bogordaily.net/2016/05/sejarah-jalan-raya-bogor/|website=bogordaily.net|language=|access-date=2021-07-26}}</ref>
[[Jalan Mayor Jenderal Sutoyo (Jakarta)|Jalan Mayor Jenderal Sutoyo]]</td>

<td rowspan=1 width="40%" align="center">Jalur Jalan Raya Tanjung Priok - Bogor</td>
== Referensi ==
<td width="30%" align="center">'''Jalan berikutnya''':{{br}}Jalan Padjajaran</td>
{{reflist}}
</tr>
</table>
</center>


{{Jalan Utama di Jakarta}}
{{Jalan Utama di Jakarta}}
{{jakarta-stub}}


[[Kategori:Kota Bogor]]
[[Kategori:Jalan di Jakarta]]
[[Kategori:Jakarta]]
[[Kategori:Kota Depok]]
[[Kategori:Kabupaten Bogor]]
[[Kategori:Kabupaten Bogor]]
[[Kategori:Jalan di Jakarta|R]]
[[Kategori:Jalan nasional di Kota Depok|Raya Bogor]]
[[Kategori:Jalan utama di Kota Bogor|Raya Bogor]]

{{jakarta-stub}}

Revisi terkini sejak 29 Februari 2024 09.59

Jalan Raya Bogor atau juga disebut sebagai Jalan Raya Jakarta–Depok–Bogor adalah sebuah nama jalan nasional[1] yang menghubungkan DKI Jakarta, Depok hingga Bogor. Sebelum ada Jalan Tol Jagorawi orang-orang yang menuju Bogor atau menuju Jakarta dari Bogor melewati jalan ini. Jalan ini merupakan bagian dari Jalan Raya Pos (atau lebih dikenal sebagai Jalan Raya Anyer-Panarukan) yang dibangun masa pemerintahan Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Herman Willem Daendels.

Penampakan Jalan Raya Bogor di kawasan sekitar Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Jalan sepanjang 45 km ini bahkan melewati 2 provinsi, 3 kotamadya serta 1 kabupaten yakni Jakarta Timur, Kota Depok, Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Menurut mitos, jalan ini rawan kecelakaan lalu lintas.

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Pada masa Daendels memimpin, ia membangun benteng di daerah Mester yang dipenuhi pohon Jati dan sekarang menjadi bagian dari Jatinegara. Dari benteng itu, ia membangun jalan yang lurus hingga Kota Bogor yang ada Istana Gubernur Jenderal di tengahnya (sekarang Istana Bogor).

Pada masa itu, Jakarta dan Bogor dihubungkan dengan Sungai Ciliwung. Sebagaimana diabadikan Pramoedya Ananta Toer dalam novelnya, Ciliwung merupakan sungai yang sibuk. Orang dari selatan membawa dagangan ke pelabuhan di utara, dan sebaliknya. Di beberapa tempat masihlah rimba, sementara di tempat lain adalah jurang yang dalam, namun airnya sangat jernih.

Oleh Daendels, jalan utama ini dibangun menyusuri kali irigasi dan memotong hutan jati di Kramat Jati, tempat Datuk Tonggara bertahan dan dimakamkan. Dengan begitu, fungsi Sungai Ciliwung sedikit digantikan dan pelan-pelan sebatas menjadi tempat berwisata orang masa dulu.

Seterusnya, membelah Cimanggis. Dulu di daerah Cisalak, kira-kira KM 30 terdapat pangkalan kuda, yang berfungsi untuk mengganti kuda-kuda setelah perjalanan jauh dari Batavia. Pangkalan kuda ini hilang perlahan setelah orang mengganti dengan kendaraan bermotor, sedikit ke arah selatan dari pangkalan kuda tersebut terdapat simpangan jalan makadam yang mengarah ke pedesaan di Kawasan Gunung Putri hingga Jonggol.

Mendekati daerah Tapos, jalan ini dibangun bersisian dengan Setu Jatijajar dan situs makam Ki Langkap Kahfidatu, pembangun daerah Cilangkap. Rute ini sejak zaman Mataram dan Demak memang menjadi rute utama dari Sunda Kalapa menuju Pajajaran.

Jalan ini terus dibangun Daendels membelah hutan di kawasan Cibinong, hingga berakhir di Jambu Dua, KM 44 hingga 45. Saat ini, ia bersambung lurus hingga Gadok dan di utara, bersambung dengan Jl. Jend. Ahmad Yani di Cililitan hingga Cawang.

Orang tua zaman dulu menyebut jalan ini dengan Jalan Raya Jakarta. Versi lain mengatakan, Jalan Raya Bogor juga mencakup Jalan Raya Pasar Minggu hingga Jalan Margonda di Depok, namun ini kurang bisa diterima. Besar kemungkinan, Daendels juga membangun cabang jalan ini, hingga ada rute alternatif menuju pedesaan di Pondok Terong kala itu, yang merupakan pemukiman lama.

Saat ini, sesuai keputusan Pemerintah Indonesia, jalan ini ditingkatkan statusnya menjadi jalan nasional yang sebelumnya hanya jalan lintas provinsi. Bagi warga Jabodetabek hampir semuanya tau akan jalan ini, terkecuali warga luar daerah yang baru tinggal di Jabodetabek.[2]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Rivalino, Boy (2022-10-19). "Revitalisasi Jalan, Pemkot Depok Bangun Komunikasi dengan Pusat dan Provinsi". MONITOR. Diakses tanggal 2022-11-05. 
  2. ^ "Sejarah Jalan Raya Bogor". bogordaily.net. Diakses tanggal 2021-07-26.