Leninisme

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 17 November 2011 12.13 oleh Sherlockindo (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi 'thumb|right|200px|The Russian revolutionary Lenin. (1920) {{Komunisme}} Dalam filosofi Marxis, '''Leninisme''' merupakan perwuju...')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
The Russian revolutionary Lenin. (1920)

Dalam filosofi Marxis, Leninisme merupakan perwujudan teori politik bagi organisasi demokratis suatu partai politik revolusioner dan pencapaian demokrasi langsung kediktatoran proletariat sebagai awal dari pembentukan sosialisme. Paham yang dikembangkan dan dinamai berdasarkan nama pemimpin revolusi Rusia, Vladimir Lenin (1870–1924), Leninisme terdiri atas teori politik dan ekonomi sosialis, dikembangkan dari Marxisme, dan merupakan penafsiran pribadi Lenin terhadap teori Marxis untuk diterapkan sesuai kondisi sosial masyarakat Kekaisaran Rusia (1721–1917) yang agraris pada awal abad ke-20. Dalam praktik revolusi, Leninisme membalik urutan filosofi Marxis mengenai ekonomi di atas politik sehingga memungkinkan terjadinya revolusi politik yang dipimpin oleh partai pelindung revolusioner daripada harus menunggu terjadinya revolusi kelas buruh perkotaan secara spontan sebagaimana yang dinyatakan dalam Marxisme.[1]

Pasca Revolusi Oktober 1917, Leninisme merupakan varian yang dominan dari Marxisme lalu menjadi ideologi resmi demokrasi Soviet (melalui dewan pekerja) di Republik Sosialis Federasi Soviet Rusia (RSFS Rusia) sebelum melebur ke dalam Uni Soviet pada tahun 1922.[2] Sebagai istilah ilmu politik, Leninisme mulai digunakan secara umum pada tahun 1922, hanya beberapa saat setelah sakitnya Lenin yang membuatnya tidak bisa lagi aktif berpartisipasi dalam Partai Komunis Rusia. Dua tahun kemudian, tepatnya bulan Juli 1924, pada kongres kelima Komintern, Grigory Zinoviev mempopulerkan penggunaan istilah Leninism.

Penerus

Pasca meninggalnya Lenin, Josef Stalin dan Leon Trotsky saling berperang ideologi di dalam Partai Komunis. Pada tahun 1924, Stalin mengajukan tesis Sosialisme dalam Satu Negara, yaitu bahwa Uni Soviet harus membangun sosialisme dari dalam negeri sambil mendukung pemerintahan revolusioner di seluruh belahan dunia. Trotsky menganggap bahwa sosialisme dalam satu negara tidak mungkin diterapkan dan Uni Soviet seharusnya mendukung terjadinya revolusi di negara-negara maju. Stalin dan para pendukungnya menyebut argumen Trotsky tersebut sebagai Trotskyisme untuk menekankan bahwa Sosialisme dalam Satu Negara merupakan kelanjutan teoretis dari Leninisme. Selanjutnya, para pendukung Stalin menyebut tesis tersebut sebagai Marxisme-Leninisme dan para penentangnya menyebutnya sebagai Stalinisme. Teori Stalin pada akhirnya berhasil memenangkan perang ideologi tersebut dan diadopsi menjadi kebijakan negara, sedangkan Leon Trotsky diusir dari Uni Soviet.

Di Republik Cina, Partai Kuomintang dibentuk sebagai partai Leninis walaupun ideologinya sangat anti-komunis dan bersayap kanan.[3]

Di Republik Rakyat Cina, Partai Komunis Cina mengklaim bahwa dirinya dibentuk sebagai partai pelindung revolusioner Leninis yang berlandaskan Maoisme (Pemikiran Mao Zedong), pengembangan terhadap Marxisme-Leninisme, dan dasar teoretis pergerakan revolusioner di dunia ketiga.

Kaum Leninis kontemporer melihat globalisasi sebagai kelanjutan dari imperialisme di mana kapitalis negara-negara maju memperlakukan buruh di negara-negara berkembang dan maju secara sewenang-wenang dengan upah yang kecil, hari kerja yang panjang, dan kondisi lingkungan kerja yang tidak memadai.

Referensi

  1. ^ Kritik Lenin terhadap Kapitalisme Global
  2. ^ The New Fontana Dictionary of Modern Thought Third Edition (1999) hlm. 476–477
  3. ^ Jonathan Fenby (2005). Chiang Kai Shek: China's Generalissimo and the Nation He Lost. Carroll & Graf Publishers. hlm. 504. ISBN 0786714840. Diakses tanggal 2010-11-28. 

Lihat juga

Pranala luar

Karya Vladimir Lenin

Pranala lain