Serangan Fajar: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k cosmetic changes, replace category
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 164: Baris 164:
{{Film Terbaik (FFI)}}
{{Film Terbaik (FFI)}}
{{Arifin C. Noer}}
{{Arifin C. Noer}}
{{Film-indo-stub}}


[[Kategori:Film Indonesia tahun 1982]]
[[Kategori:Film Indonesia tahun 1982]]
Baris 171: Baris 172:
[[Kategori:Film dicekal Indonesia]]
[[Kategori:Film dicekal Indonesia]]
[[Kategori:Film perang Indonesia]]
[[Kategori:Film perang Indonesia]]


{{Film-indo-stub}}

Revisi per 20 November 2017 09.10

Serangan Fajar
SutradaraArifin C. Noer
ProduserG. Dwipayana
Ditulis olehArifin C. Noer
PemeranAmoroso Katamsi
Antonius Yacobus
Charlie Sahetappy
Rani Satiti
Dani Marsuni
Susanto Antonius
Suwastinah
Jajang C.Noer
Faqih Syahrir
Nunuk Chaerul Umam
Pujiono Surya Triono
Suparmi
Bagong Kusudiardjo
Abduh Mursid
Penata musikEmbie C. Noer
SinematograferM. Soleh Ruslani
Perusahaan
produksi
Tanggal rilis
1982
Durasi210 menit
NegaraIndonesia
Penghargaan
Festival Film Indonesia 1982

Serangan Fajar adalah film dokumenter drama perang Indonesia pada tahun 1982 dengan disutradarai oleh Arifin C. Noer. Film ini dibintangi antara lain oleh Amoroso Katamsi.

Sinopsis

mengisahkan tentang 3 bagian drama sejarah yang menetukan nasib bangsa Indonesia pada tahun 1945, di mana perang telah berakhir dan Indonesia berusaha meraih kemerdekaannya. Kisah ini mengambil tokoh seorang paman dan keponakannya (Temon), di mana kisah ini menceritakan tentang sang paman yang berusaha untuk mendapatkan cinta dari gadis pujaannya sedangkan keponakannya sendiri lebih dalam usahanya dalam menunggu ayahnya yang berprofesi sebagai tentara kembali dari medan peperangan.

Pasca jatuhnya Soeharto

Pada bulan September 1998, empat bulan setelah jatuhnya Soeharto, Menteri Penerangan Yunus Yosfiah menyatakan bahwa film ini tidak akan lagi menjadi bahan tontonan wajib, dengan alasan bahwa film ini adalah usaha untuk memanipulasi sejarah dan menciptakan kultus dengan Soeharto di tengahnya. TEMPO melaporkan pada 2012 bahwa Saleh Basarah dari Angkatan Udara Republik Indonesia telah mempengaruhi dikeluarkannya keputusan ini. Majalah ini menyatakan bahwa Basarah telah menghubungi Menteri Pendidikan Juwono Sudarsono dan memintanya untuk tidak menayangkan Pengkhianatan G 30 S PKI, karena film ini telah merusak citra Angkatan Udara Republik Indonesia. Dua film lainnya, Janur Kuning dan Serangan Fajar, kemudian juga dipengaruhi oleh keputusan tersebut;[1] Janur Kuning menggambarkan Soeharto sebagai pahlawan di balik Serangan Umum 1 Maret 1949, sementara Serangan Fajar menunjukkan dia sebagai pahlawan utama Revolusi Indonesia.[2] Pada saat itu TVRI tampaknya berusaha untuk menjauhkan diri dari mantan presiden Soeharto.[3] Hal ini terjadi semasa periode penurunan status simbol-simbol yang berkaitan dengan peristiwa G30S, dan pada dekade 2000-an awal, versi non-pemerintah dari peristiwa kudeta G30S mudah didapatkan di Indonesia.[4]

Pranala luar

Referensi

Bibliografi

Penghargaan dan prestasi
Didahului oleh:
Perempuan dalam Pasungan
(1981)
Film Bioskop Terbaik
(Festival Film Indonesia)

1982
Diteruskan oleh:
Di Balik Kelambu
(1983)