Soepeno

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Soepeno
[[Menteri Pembangunan dan Pemuda Indonesia]] 2
Masa jabatan
29 Januari 1948 – 24 Februari 1949
PresidenSoekarno
Perdana MenteriMohammad Hatta
Sebelum
Pendahulu
Wikana
Pengganti
Maladi
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir(1916-06-12)12 Juni 1916
Belanda Pekalongan, Jawa Tengah, Hindia Belanda
Meninggal24 Februari 1949(1949-02-24) (umur 32)
Indonesia Dusun Ganter, Desa Ngliman, Kecamatan Sawahan, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, Indonesia
Partai politikPartai Sosialis Indonesia
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Soepeno (12 Juni 1916 – 24 Februari 1949) adalah Menteri Pembangunan dan Pemuda pada Kabinet Hatta I, dan juga tokoh pemuda pada saat Pergerakan Nasional. Dia meninggal dunia sewaktu masih menjabat dalam jabatan tersebut akibat Agresi Militer Belanda II.

Biografi

Kehidupan awal

Masa kecil Soepeno tidak banyak diketahui. Soepeno lahir di Pekalongan, Jawa Tengah pada 12 Juni 1916. Dia merupakan anak dari Soemarno, seorang pegawai di Stasiun Tegal.[1] Diakses pada Setelah lulus dari Sekolah Menengah Atas (AMS) di Semarang, ia melanjutkan ke Sekolah Tinggi Teknik (Technische Hogeschool) di Bandung.[1] Hanya dua tahun, ia menuntut ilmu di sekolah itu karena ia pindah ke Sekolah Tinggi Hukum (Recht Hogeschool) di Jakarta. Di kota itu, Soepeno tinggal di asrama Perkumpulan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) di Jalan Cikini Raya 71. Oleh rekan-rekannya, ia dipilih menjadi ketua asrama.[1] Menurut Rosihan Anwar dalam bukunya, Soepeno: Pejuang Politik dan Gerilyawan disebutkan bahwa Soepeno pernah menjadi anggota Indonesia Moeda. Ia juga sempat mendirikan dan diangkat sebagai Ketua Balai Pemuda di Solo.[2] Istri Soepeno, Kamsitin Wasiyatul Chakiki Danoesiswojo atau Tien Soepeno menyebutkan, di masa-masa awal kemerdekaan, ia juga menjadi konseptor sejumlah lembaga negara seperti Komite Nasional Indonesia Pusat, yang merupakan lembaga legislatif pertama.[3]

Ia juga kemudian bergabung ke dalam partai bentukan Hatta-Syahrir, PNI-Pendidikan (PNI-Baru) setelah PNI Soekarno dilarang oleh Pemerintah Kolonial Hindia Belanda di tahun 1932. Pada tanggal 19 November 1945, anggota Pendidikan Nasional Indonesia atau PNI-Pendidikan mengadakan pertemuan di Grand Hotel, Cirebon. Syahrir tidak hadir dan hanya mengutus pengikutnya, Subadio Sastrosatomo, L.M. Sitorus, T.B. Simatupang serta salah satunya adalah Soepeno. Dalam pertemuan tersebut mereka bersepakat mendukung Kabinet Sutan Sjahrir-Amir Sjarifuddin, yang telah dilantik lima hari sebelumnya. Untuk menyesuaikan dengan situasi politik yang baru semasa revolusi, PNI-Pendidikan menjadi partai politik yang baru. Karena situasi politik yang baru haruslah membutuhkan nama baru. Maka dalam pertemuan itu juga diputuskan nama PNI-Pendidikan diubah menjadi Partai Rakyat Sosialis atau Paras.[4][5]

Pada 16-17 Desember 1945, Partai Rakyat Sosialis dan Partai Sosialis Indonesia (Parsi) bentukan Amir mengadakan kongres fusi di Cirebon. Hasil dari kongres tersebut, kedua partai setuju untuk bergabung, dan terbentuklah Partai Sosialis. Dalam komposisi kepengurusan Partai Sosialis, Soepeno duduk dalam Dewan Pimpinan Pusat Partai Sosialis.[6] Ia juga merupakan orang yang dekat dengan Sutan Syahrir. Ketika terjadi keretakan antara kelompok Syahrir dengan kelompok Amir Syarifuddin sesudah jatuhnya Kabinet Amir Syarifuddin II, Syahrir memilih untuk membentuk partai baru, yaitu Partai Sosialis Indonesia (PSI), pada tanggal 12 Februari1948 dan memberikan dukungan kepada Kabinet Hatta I dengan mengikutsertakan anggotanya yakni Soepeno duduk dalam Kabinet Hatta I.[7] Beberapa anggota Kelompok Syahrir, seperti Soepeno, Kusno, Djohan Sjahroezah, Soebadio Sastrosatomo, L.M. Sitorus, Soedarsono, Sugondo Djojopuspito, dan lain-lain juga keluar dari Partai Sosialis dan ikut mendirikan Partai Sosialis Indonesia bersama Syahrir.

Soepeno menikah dengan Kamsitin Wasiyatul Chakiki Danoesiswojo atau Tien Soepeno, wanita kelahiran Banjarnegara pada 1923. Mereka menikah di Klampok Banjarnegara, Agustus 1943. Dari pernikahan tersebut, mereka dikaruniai putri satu-satunya, Soepeni Rokoetiningajoe Judiningsih.[2]

Menjadi menteri

Pada masa Kabinet Hatta yang Pertama, ia diangkat menjadi Menteri Pembangunan dan Pemuda.

Meninggal[8]

Sewaktu Belanda menyerang Indonesia pada 19 Desember 1948 yang dikenal sebagai Agresi Militer Belanda II, membuat Ibukota NKRI, Yogyakarta berhasil dikuasai Belanda. Presiden Soekarno, Perdana Menteri Mohammad Hatta dan sejumlah pejabat pemerintahan ditangkap. Saat itu Soepeno menjadi Menteri Pemuda dan Pembangunan RI. Setelah Yogyakarta jatuh, Soepeno ikut bergerilya dan pasukan Belanda terus memburunya.[9] Setelah berbulan-bulan bergerilya, Soepeno dan rombongannya tertangkap Belanda di Desa Ganter, Dukuh Ngliman, Nganjuk setelah Belanda menyerang wilayah Ganter pada 24 Februari 1949.[10] Tentara Belanda menyuruhnya jongkok dan mengintrogasi dia.[9] Belanda juga berhasil menangkap seluruh pembesar sipil di Jawa Timur.

Soepeno mengatakan bahwa ia adalah penduduk daerah tersebut namun Belanda tidak percaya. Akhirnya, pelipisnya ditembak dan Soepeno tewas seketika.[9] Belanda kemudian mengeksekusi rombongan Soepeno yang terdiri dari enam orang, termasuk ajudan Soepeno, Mayor Samudro juga ditembak mati. Eksekusi-eksekusi dilakukan di depan umum, menurut laporan TNI, sebagai alat untuk mengintimidasi penduduk.[11] Soepeno pun kemudian dimakamkan di Nganjuk. Setahun kemudian, makamnya dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta.[10] Sesuai surat keputusan pemerintah, SK Presiden No. 039/TK/Th. 1970 tgl. 13 Juli 1970[12], pada pertengahan tahun 1970, atas segala pengorbanan yang telah dia berikan kepada perjuangan kemerdekaan, Soepeno ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional.[13] la dianugerahi pula Tanda Kehormatan Bintang Mahaputra Kelas III secara anumerta, yakni sebagai penghargaan atas sifat-sifat kepahlawanannya serta atas keberanian dan ketebalan tekad melampaui dan melebihi panggilan kewajiban dalam pelaksanaan tugasnya yang telah disumbangkan terhadap Negara dan Bangsa Indonesia.[12] Masyarakat mengenangnya sebagai menteri gerilya.[14] Menurut Tien Soepeno, jejak sejarah Soepeno lebih banyak dibangun di Semarang, walaupun Soepeno selama hidupnya lebih banyak dihabiskan di Jakarta dan Yogyakarta. Kini namanya diabadikan menjadi nama jalan di Kota Semarang dan juga di beberapa kota lainnya di Indonesia. Tak hanya itu, patungnya juga dibangun di Kompleks Stadion Jatidiri, Semarang.[2]

Referensi

  1. ^ a b c Politisi Berpendirian Teguh.ENSIKONESIA - ENSIKLOPEDI TOKOH INDONESIA. 1 Oktober 2010. Diakses pada 31 Juli 2012
  2. ^ a b c Radar Semarang, Selasa/11 November 2008, hlm 1 bersambung ke hlm. 7
  3. ^ @sejarahRI (2016-10-06). Indonesia Poenja Tjerita (dalam bahasa Inggris). Bentang Pustaka. ISBN 9786022912385.  hlm. 153
  4. ^ "Kongsi Kaum Soska-Soski". historia.id. Diakses tanggal 2017-09-11. 
  5. ^ Mrázek, Rudolf (1994). Sjahrir: Politics and Exile in Indonesia (dalam bahasa Inggris). SEAP Publications. ISBN 9780877277132.  hlm. 285-286
  6. ^ Gie, Soe Hok (2005-06-01). Orang-orang Di Persimpangan Kiri Jalan. Bentang Pustaka. ISBN 9789793062624.  hlm. 80
  7. ^ Toer, Pramoedya Ananta; Toer, Koesalah Soebagyo; Kamil, Ediati (1999). Kronik revolusi Indonesia: 1948. Kepustakaan Populer Gramedia. ISBN 9789799023889.  hlm. 20
  8. ^ Peristiwa dramatis ini dilukiskan oleh Julius Pour dengan mengutip Rosihan Anwar (In Memoriam: Mengenang Yang Wafat, 2002). Pour, Julius (2009). Doorstoot naar Djokja: pertikaian pemimpin sipil-militer. Penerbit Buku Kompas. ISBN 9789797094546.  hlm. 157-158.
  9. ^ a b c Fadillah, Ramadhian. Menteri Supeno tewas dieksekusi tentara Belanda Merdeka. Selasa, 12 Juni 2012. Diakses pada 30 Juli 2012
  10. ^ a b Hendarsah, Amir. Kisah Heroik Pahlawan Nasional Terpopuler. Galangpress Group. hlm. 47. ISBN 978-602-8620-10-9. Diakses tanggal 31 July 2012. 
  11. ^ Poeze, Harry A. (2008). Tan Malaka Gerakan Kiri, dan Revolusi Indonesia jilid 4: September 1948-Desember 1949. Yayasan Pustaka Obor Indonesia. ISBN 9789794618653.  hlm. 210
  12. ^ a b "Supeno – Pahlawan Center". pahlawancenter.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-09-11. 
  13. ^ Pour, Julius (2009). Doorstoot naar Djokja: pertikaian pemimpin sipil-militer. Penerbit Buku Kompas. ISBN 9789797094546.  hlm. 158
  14. ^ Kisah Soepeno juga dimuat dalam @sejarahRI (2016-10-06). Indonesia Poenja Tjerita (dalam bahasa Inggris). Bentang Pustaka. ISBN 9786022912385.  hlm. 150-153
Jabatan politik
Didahului oleh:
Wikana
Menteri Pembangunan dan Pemuda Indonesia
1948–1949
Diteruskan oleh:
Maladi