Aswad al-Ansi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Al-Aswad al-Ansi (Arab: الاسود العنسي, meninggal 632), Nama asalnya adalah Abhalah bin Ka'ab bin Ghauts al-'Ansi al-Madzhijiy (Arab: عبهلة بن كعب بن غوث العنسي المذحجي), adalah pemimpin klan al-Ansi, salah satu cabang dari suku Madzhij yang tinggal di Yaman dan memproklamasikan kenabiannya menjelang akhir masa hidup nabi Islam Muhammad.[1] Ia dikenal sebagai orang yang berkerudung, karena ia biasa menutupi wajahnya untuk menciptakan aura misteri dan mendapat julukan "dzhu-l-khimar". Aswad mengaku menerima ilham ilahi dalam bentuk kata-kata yang mirip dengan Muhammad, dan tercatat pernah membacanya kepada kaumnya. Namanya tercatat dalam berbagai buku sejarah Islam seperti Tarikh at-Thabari, al-Bidayah wan-Nihayah, dan lainnya. Ada pendapat yang mengatakan bahwa namanya sebagai "al-Aswad" dikarenakan ia memiliki ibu dari keturunan orang kulit hitam.[2] Gerakannya di kemudian hari dikenal sebagai awal mula munculnya kemurtadan dalam islam.[3]

Latar Belakang dan Riwayat[sunting | sunting sumber]

Sejarah Yaman hampir tidak dikenal di era Sasaniyah Persia. Orang Yaman, sampai masa terbunuhnya Dzu an-Nawas al-Himyariy, sejarah mereka tercatat hanya dalam bentuk prasasti, namun ada catatan kecil yang diriwayatkan tentang Saif bin Dzi Yazan dalam tulisan-tulisan al-Musnadiyyah ketika pemerintahan Persia di Yaman membantu "Dzi Yazan" ini dalam mengusir orang orang Habasyah serta menundukkan kabilah-kabilah nasrani yang memberontak kepada kerajaan Himyar sekitar permulaan abad ke-6 M.[4] Kemudian muncul salah satu penguasa (Despot) Persia yang berkuasa hingga mendekati sekitaran tahun 598 M, dan keadaan tidak berubah secara signifikan hingga masuknya salah satu tokoh mereka yang bernama Badzan bin Sasan ke dalam agama islam yang merupakan keturunan campuran berdarah persia-yaman, hal inilah yang tidak disukai oleh Al-Aswad Al-'Ansi dan menganggapnya sebagai pendatang yang ikut campur dalam urusan negeri Yaman, sebagaimana tergambar dalam salah satu ucapan Al-Aswad kepada seorang utusan Muhammad:

"Wahai para pendatang, tinggalkan apa yang kalian telah ambil dari tanah kami, dan tinggalkan apa yang kalian kumpulkan (yaitu:zakat) karena kami lebih berhak atasnya, dan kembalilah".[5]

Pengakuan atas Kenabian[sunting | sunting sumber]

Berbagai riwayat sejarah menyatakan bahwa ia adalah seorang penipu yang memanfaatkan sihir untuk memuaskan pengikutnya serta memakai kerudung sehingga wajahnya tidak tampak sama sekali, dikatakan bahwa ia memiliki "setan" yang memberinya berbagai informasi hal ghaib bernama Malik, namun sumber lainnya menyatakan bahwa ia mendapatkan informasi tersebut dari Dzi as-Sama' -salah satu tuhan dalam kepercayaan Yaman kuno-[6], ia juga mengembalikan penyebutan 'Rahman' (Nama Tuhan tunggal orang Yaman),[7] dan hal ini dianggap sesuatu informasi yang mendekati kebenaran mengingat al-Aswad adalah orang yang fanatik kesukuannya kuat.

Kekuasaan dan pengaruh dari Al-Aswad semakin besar diiringi oleh dua nabi palsu lain yaitu Musailamah al-Kazzab Nabinya suku Rabi'ah dan Thulaihah nabinya suku Mudhar sehingga mereka memiliki kesamaan yaitu menggabungkan antara dakwah kenabian dan kerajaan,[8] bahkan kemudian ia membunuh Badzan bin Sasan serta mengusir sahabat Mu'adz bin Jabal dan Abu Musa Al-Asy'ariy dari Yaman, sehingga Nabi Muhammad memerintahkan kaum muslimin yang ada di Yaman untuk memeranginya, termasuk salah satu sahabat nabi bernama Fairuz ad-Dailami yang berpura-pura tunduk dan membela kepada gerakan Al-Aswad.

Terbunuhnya Al-Aswad[sunting | sunting sumber]

Sebelumnya, al-Aswad "menikah" dengan istri Badzan bernama "Ezad", dan tampaknya dia menikahinya dengan paksaan dengan status tawanan, di sisi lain Al-Aswad juga menghina Fairuz ad-Dailami. Akhirnya Fairuz bersepakat dengan Ezad tentang rencana untuk membunuh Al-Aswad, mereka berdua menyetujui sebuah trik supaya Fairuz bisa memasuki istananya. Ezad mencekoki Al-Aswad dengan anggur sampai dia mabuk dan tertidur, Fairuz mengambil kesempatan itu dan masuk ke kamar al-Aswad, Ezad berdiri menunggunya, kemudian Fairuz menikam al-Aswad saat dia tengah tertidur. Para penjaga mendengar teriakan dari al-Aswad dan bertanya di depan pintu kamar tentang apa yang sedang terjadi, Ezad menjawab, "sang Nabi sedang menerima wahyu sehingga ia kesakitan". Dengan ini maka terbunuhlah al-Aswad al-'Ansi dan kabar ini tersebar ke penjuru Yaman dan kaum Muslimin yang ada di Madinah mengetahuinya dari wahyu yang diterima oleh nabi Islam Muhammad yang berkata : "al-'Ansi telah terbunuh tadi malam oleh seorang pria yang diberkati dari keluarga yang terberkati", sahabat bertanya :siapa dia ? Muhammad menjawab : "Fairuz, Fairuz".[9]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "Al-Mu'arrikhun al-'Arab wa Harakatu ar-Riddah". Dirasah Tarikhiyyah Minhajiyyah-Universitas an-Najah, Nablus. 
  2. ^ Imam at-Thabariy. Tarikh Thabari juz 3. hlm. 187. 
  3. ^ Ibnu al-Atsir. Al-Kamil fi at-Tarikh. 
  4. ^ Ali Jawwad. Al-Mufasshal fi Tarikh al-'Arab Qablal Islam. Beirut: Dar el-Hurriyet. 
  5. ^ Imam Ad-Dzahabi. Tarikh ad-Dzahabi. jil.3. hlm. 15. 
  6. ^ Sayyid al-Qumniy. Al-Usthurah wa at-Turats. 1999. 
  7. ^ A.F.L Beeston. "Pre-Islamic Arabia". Studies in the History of Arabia. vol.II. 
  8. ^ As-Suhailiy. Ar-Raudh Al-Anf. hlm. 445–446. 
  9. ^ Ibnu al-Atsir. Al-Kamil fi at-Tarikh juz 2. hlm. 202. 

Bibliografi[sunting | sunting sumber]