Bahasa Jepang Pertengahan Awal

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Bahasa Jepang Pertengahan Awal
中古日本語
Kana kursif tertua yang ditemukan, ditulis pada zaman Heian, menunjukkan kelahiran hiragana yang diturunkan dari Man'yōgana.
WilayahKepulauan Jepang
Kepunahanberkembang menjadi bahasa Jepang Pertengahan Akhir pada paruh kedua zaman Heian
Bentuk awal
Hiragana, Katakana, and aksara Tionghoa
Kode bahasa
ISO 639-1tidak ada
ISO 639-2-
ISO 639-3
QIDQ182695
Status konservasi
Terancam

CRSingkatan dari Critically endangered (Terancam Kritis)
SESingkatan dari Severely endangered (Terancam berat)
DESingkatan dari Devinitely endangered (Terancam)
VUSingkatan dari Vulnerable (Rentan)
Aman

NESingkatan dari Not Endangered (Tidak terancam)
ICHEL Red Book: Extinct

Jepang Pertengahan Awal diklasifikasikan sebagai bahasa yang telah punah (EX) pada Atlas Bahasa-Bahasa di Dunia yang Terancam Kepunahan

Referensi: [1][2]
 Portal Bahasa
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B • PW
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Bahasa Jepang Pertengahan Awal (中古日本語, Chūko nihongo, bahasa Jepang pertengahan) adalah bentuk bahasa Jepang yang dipakai sepanjang zaman Heian (794 and 1185), dan merupakan perkembangan lebih lanjut dari bahasa Jepang Kuno (Jōdai nihongo).

Latar belakang[sunting | sunting sumber]

Berbeda dengan bahasa Jepang Kuno yang hanya menggunakan aksara Tionghoa, bahasa Jepang Pertengahan Awal mengenal cara penulisan bahasa Jepang dengan aksara hiragana dan katakana. Perkembangan ini mempermudah penulisan bahasa Jepang, dan akhirnya melahirkan berbagai sastra klasik, seperti: Putri Kaguya, Hikayat Genji, dan Hikayat Ise.

Fonem[sunting | sunting sumber]

a i u e o
ka ki ku ke ko
ga gi gu ge go
sa si su se so
za zi zu ze zo
ta ti tu te to
da di du de do
na ni nu ne no
ha hi hu he ho
ba bi bu be bo
ma mi mu me mo
ya   yu   yo
ra ri ru re ro
wa wi   we  

Cara penulisan[sunting | sunting sumber]

Bahasa Jepang Kuno mengenal cara penulisan Man'yōgana yang menggunakan aksara Tionghoa untuk melambangkan bunyi dan arti. Aksara katakana dan hiragana merupakan perkembangan selanjutnya dari Man'yōgana.

Rujukan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "UNESCO Interactive Atlas of the World's Languages in Danger" (dalam bahasa bahasa Inggris, Prancis, Spanyol, Rusia, and Tionghoa). UNESCO. 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 April 2022. Diakses tanggal 26 Juni 2011. 
  2. ^ "UNESCO Atlas of the World's Languages in Danger" (PDF) (dalam bahasa Inggris). UNESCO. 2010. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 31 Mei 2022. Diakses tanggal 31 Mei 2022. 
  • Yamaguchi, Akiho (1997). Nihongo no Rekishi. Tōkyō Daigaku Shuppankai. ISBN 4-13-082004-4. 
  • Kondō, Yasuhiro (2005). Nihongo no Rekishi. Hōsō Daigaku Kyōiku Shinkōkai. ISBN 4-595-30547-8. 
  • Ōno, Susumu (2000). Nihongo no Keisei. Iwanami Shoten. ISBN 4-00-001758-6. 
  • Martin, Samuel E. (1987). The Japanese Language Through Time. Yale University. ISBN 0-300-03729-5. 
  • Shibatani, Masayoshi (1990). The languages of Japan. Cambridge University Press. ISBN 0-521-36918-5. 
  • Frellesvig, Bjarke (1995). A Case Study in Diachronic Phonology: The Japanese Onbin Sound Changes. Aarhus University Press. ISBN 87-7288-489-4.