Bahasa Melayu Baku

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Bahasa Melayu Baku
Bahasa Melayu Standard
‌بهاس ملايو ستندرد
Bahasa Melayu Piawai
بهاس ملايو ڤياواي
Dituturkan diMalaysia, Singapura, dan Brunei
Penutur
lebih dari 20 juta[1]
Bentuk awal
Latin (Rumi)
Arab (Jawi)[4]
Braille bahasa Melayu
Kode tangan bahasa Malaysia
Bahasa Isyarat Malaysia
Status resmi
Bahasa resmi di
 Brunei
 Malaysia (juga disebut bahasa Malaysia)
 Singapura
Diatur olehDewan Bahasa dan Pustaka[5] (Malaysia)
Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei[6][7] (Brunei)
Majelis Bahasa Melayu Singapura[8][9] (Singapura)
Majelis Bahasa Brunei-Indonesia-Malaysia (gabungan)
Kode bahasa
ISO 639-3zsm
Glottologstan1306[10]
QIDQ123474569
Lokasi penuturan
  Bahasa Melayu Baku
  Bahasa Melayu Baku
Artikel ini mengandung simbol fonetik IPA. Tanpa bantuan render yang baik, Anda akan melihat tanda tanya, kotak, atau simbol lain, bukan karakter Unicode. Untuk pengenalan mengenai simbol IPA, lihat Bantuan:IPA.
 Portal Bahasa
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B • PW
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Bahasa Melayu Baku, juga dikenal sebagai bahasa Melayu Standar atau bahasa Melayu Piawai adalah ragam baku bahasa Melayu yang digunakan di Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam. Ragam ini berdasarkan bahasa Melayu dialek Johor-Kep. Riau dan digunakan dalam situasi formal. Ini dituturkan oleh sebagian besar penduduk Malaysia meskipun sebagian besarnya mempelajari bahasa Melayu setempat atau bahasa daerah lain terlebih dahulu.[1] Bahasa Melayu merupakan mata pelajaran wajib di sekolah dasar dan menengah.[11]

Sebagai bahasa kebangsaan di tiga negara, bahasa Melayu baku mempunyai berbagai nama resmi. Di Malaysia, ragam ini ditetapkan sebagai bahasa Melayu Malaysia, bahasa Melayu piawai, bahasa Melayu standard, atau bahasa Melayu. Di Singapura dan Brunei, ragam ini disebut bahasa Melayu. Bahasa Melayu baku Malaysia mengikuti pelafalan Johor-Kep. Riau, sedangkan bahasa Melayu baku Brunei dan Singapura mengikuti pelafalan baku.[12]

Status[sunting | sunting sumber]

Di Malaysia[sunting | sunting sumber]

Di Malaysia, bentuk baku bahasa Melayu diatur oleh Dewan Bahasa dan Pustaka (DBP). Meskipun "bahasa Melayu" ditetapkan sebagai bahasa resmi dalam Pasal 152 Undang-Undang Dasar Federasi Malaysia,[14] istilah bahasa Malaysia digunakan dalam konteks resmi dari waktu ke waktu.[15] Pemilihan nama itu dapat menjadi perdebatan politik. Pada tahun 1999, Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia menolak penerbitan beberapa cerpen karena kata pengantar terbitan itu menggunakan istilah bahasa Malaysia, bukan istilah bahasa Melayu yang diutamakan pada saat itu.[16] Antara tahun 1986 dan 2007, istilah bahasa Malaysia digantikan dengan "bahasa Melayu". Sejak itu, istilah bahasa Malaysia sekali lagi menjadi sebutan pilihan pemerintah untuk bahasa kebangsaan dan bahasa perpaduan/penyatu (bahasa persatuan) untuk mengakui bahwa Malaysia terdiri atas banyak suku atau ras (dan bukan hanya Suku Melayu).[15][17][18][19] Namun, kedua istilah tersebut masih digunakan walaupun istilah bahasa Melayu masih sangat populer.[20][21] Bahasa ini juga dirujuk sebagai BM.

Di Brunei[sunting | sunting sumber]

Bahasa Melayu ditetapkan sebagai bahasa kebangsaan Brunei dalam undang-undang dasar Brunei tahun 1959[22][23] dan peran utamanya diperkukuh dalam falsafah kebangsaan MIB (Melayu Islam Beraja).[24] Walaupun ragam bahasa Melayu yang berfungsi sebagai bahasa kebangsaan tidak ditentukan, ragam bahasa Melayu baku yang serupa dengan ragam baku yang digunakan di Malaysia secara umum dianggap sebagai ragam bahasa Melayu yang berfungsi sebagai bahasa kebangsaan.[23] Ragam bahasa Melayu baku nasional yang digunakan di Brunei sebagian besar mengikuti baku Malaysia dengan perbedaan kecil dalam pelafalan dan beberapa pengaruh leksikal dari bahasa Melayu Brunei, ragam bahasa Melayu setempat yang tidak baku.[25]:72[26] Walaupun bahasa Melayu baku didukung sebagai bahasa kebangsaan resmi Brunei, bahasa Melayu Brunei dominan dari segi sosial dan kini menggantikan bahasa minoritas Brunei,[27] termasuk bahasa Dusun dan Tutong.[28] Bahasa Melayu baku berbeda dari bahasa Melayu Brunei sampai-sampai hampir tidak dapat dipahami satu sama lain.[butuh rujukan] Bahasa Melayu baku sebenarnya berhubungan diglosia dengan bahasa Melayu Brunei[29] karena bahasa Melayu baku berfungsi sebagai bahasa tinggi yang digunakan dalam ranah formal seperti pengajaran dan pidato resmi, sedangkan bahasa Melayu Brunei berfungsi sebagai bahasa rendah yang digunakan dalam ranah tak formal seperti berbicara dengan antarteman dan toko setempat.[27] Dari segi pelafalan, bahasa Melayu baku digunakan di Brunei adalah rotik sehingga [r] dan [a] (bukan [ə]) tetap dilafalkan di akhir kata seperti besar, saya, dan utara.[23] Pelafalannya mungkin berbeda sedikit dari Semenanjung Malaysia, yang dipengaruhi dialek setempat.[30] Bentuk baku bahasa Melayu di Brunei diatur oleh Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei.

Di Singapura[sunting | sunting sumber]

Di Singapura, bahasa Melayu berstatus sebagai bahasa kebangsaan sekaligus bahasa resmi seperti yang tercantum dalam Constitution of the Republic of Singapore Article 153A (terj. 'Undang-Undang Dasar Republik Singapura Pasal 153A') tentang bahasa-bahasa resmi dan bahasa kebangsaan;[31]

Di Singapura, bentuk bahasa Melayu baku Malaysia digunakan dengan beberapa perbedaan.[25]:85 Bentuk baku bahasa Melayu di Singapura diatur oleh Majlis Bahasa Melayu Singapura (terj. 'Dewan Bahasa Melayu Singapura').

Kata serapan[sunting | sunting sumber]

Sebagian besar kata bahasa Melayu baku diserap dari bahasa Sanskerta, Tamil, Hindustan, Persia, Portugis, Belanda, rumpun bahasa Sinitik, Arab, dan belakangan ini, bahasa Inggris (khususnya banyak istilah ilmiah dan teknologi). Bahasa Melayu Baku Modern juga telah dipengaruhi secara leksikal oleh bahasa Indonesia, sebagian besar melalui kepopuleran drama, sinetron, dan musik Indonesia.[32]

Tata bahasa[sunting | sunting sumber]

Penggunaan[sunting | sunting sumber]

Istilah-istilah bahasa Arab yang semula digunakan dalam bahasa Melayu baku saat ini, yang telah diubah dengan ejaan dan pelafalan yang disarankan oleh Dewan Bahasa dan Pustaka (DBP) telah dibantah oleh orang Islam konservatif setempat yang menyatakan bahwa istilah dan pelafalan yang benar seharusnya seperti yang dinyatakan dalam Al-Quran, yang banyak digunakan oleh warganet muslim setempat di media sosial saat ini. Jika dibandingkan dengan bahasa Melayu baku, istilah yang populer digunakan sebagai berikut:

  • Ramadhan (alih-alih "Ramadan").
  • Aamiin (alih-alih "amin").
  • Fardhu (alih-alih "fardu").
  • Redha (alih-alih reda (Indonesia: rida)).
  • Mudharat (alih-alih "mudarat").
  • Dhaif (alih-alih "daif").
  • Zohor (alih-alih "Zuhur").
  • Hadith (alih-alih "hadis").

Alih kode antara bahasa Inggris dan bahasa Melayu Malaysia dan penggunaan kata serapan baru yang berleluasa telah membentuk bahasa rujak (bahasa gado-gado). Akibatnya, fenomena ini membuat para penganut pemurnian bahasa di Malaysia merasa tidak senang karena mereka berusaha menegakkan penggunaan bahasa baku yang ditetapkan.

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Rujukan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b Melayu Baku di Ethnologue (ed. ke-18, 2015)
  2. ^ Adelaar, K. Alexander (2000). "Malay: A Short History". Oriente Moderno. 19 (2): 234. JSTOR 25817713. 
  3. ^ Mukhlis Abu Bakar (2019). "Sebutan Johor-Riau dan Sebutan Baku dalam Konteks Identiti Masyarakat Melayu Singapura" [Sebutan Johor-Riau and Sebutan Baku in the Context of the Singapore Malay Identity]. Issues in Language Studies (dalam bahasa Melayu). 8 (2): 61–78. doi:10.33736/ils.1521.2019alt=Dapat diakses gratis. 
  4. ^ "Kedah MB Defends Use of Jawi on Signboards". The Star Online (dalam bahasa Inggris). 26 Agustus 2008. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 October 2012. 
  5. ^ Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia
  6. ^ Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei
  7. ^ Clynes, Adrian; Deterding, David (2011). "Standard Malay (Brunei)". Journal of the International Phonetic Association. 41 (2): 259–268. doi:10.1017/S002510031100017X. 
  8. ^ Majelis Bahasa Melayu
  9. ^ "Standard Malay made simple / Liaw Yock Fang - BookSG - Lembaga Perpustakaan Negara, Singapura". 
  10. ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Standard Malay". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History. 
  11. ^ "Soalan Lazim Berkaitan Dasar Memartabatkan Bahasa Malaysia Memperkukuh Bahasa Inggeris (MBMMBI)" [Frequently Asked Questions Related to the Policy to Uphold Bahasa Malaysia and to Strengthen the English Language (MBMMBI)]. Portal Rasmi Kementerian Pendidikan Malaysia (dalam bahasa Melayu). Diarsipkan dari versi asli tanggal 11-9-2014. Diakses tanggal 3 November 2013. 
  12. ^ Abu Bakar, Mukhlis (2019-12-18). "Sebutan Johor-Riau dan Sebutan Baku dalam Konteks Identiti Masyarakat Melayu Singapura". Issues in Language Studies. 8 (2). doi:10.33736/ils.1521.2019. ISSN 2180-2726. 
  13. ^ "Teks PDF oleh Jabatan Pengajian Tinggi, Kementerian Pengajian Tinggi Malaysia-Perkara 152. Bahasa kebangsaan" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2012-11-08. Diakses tanggal 2022-04-21. 
  14. ^ Wikisource link to Federal Constitution of Malaysia. Wikisource. 
  15. ^ a b Wong, Chun Wai; Edwards, Audrey (4 Juni 2007). "Back to Bahasa Malaysia"Perlu langganan berbayar. The Star Online (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 23 Maret 2022. 
  16. ^ Tay, Eddie (October 2001). "Unsettling Ways of Exile". Quarterly Literary Review Singapore. 1 (1). Diakses tanggal 2 October 2022. 
  17. ^ "Mahathir Regrets Govt Focussing Too Much on Bahasa". Daily Express. 2 Oktober 2013. Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 Juli 2014. Diakses tanggal 16 Oktober 2013. 
  18. ^ "Bahasa Rasmi". MyGovernment (dalam bahasa Melayu). Diakses tanggal 19 April 2021. Perkara 152 Perlembagaan Persekutuan menjelaskan bahawa bahasa Melayu yang dikenali juga sebagai bahasa Malaysia adalah bahasa rasmi yang tidak boleh dipertikai fungsi dan peranannya sebagai Bahasa Kebangsaan. 
  19. ^ Encik Md. Asham bin Ahmad (8 August 2007). "Malay Language Malay Identity". Institute of Islamic Understanding Malaysia. Diakses tanggal 19 April 2021. 
  20. ^ Fernandez, Kathleen (1 June 2016). "The History of Bahasa Melayu / Malaysia: The Language of the Malay(sian) People". ExpatGo. Diakses tanggal 19 April 2021. 
  21. ^ Williamson, Thomas (2002). "Incorporating a Malaysian Nation" (PDF). Cultural Anthropology. 17 (3): 401. doi:10.1525/can.2002.17.3.401. 
  22. ^ Hussainmiya, B. A. (2001). The Brunei constitution of 1959: An inside history, 2nd ed. Bandar Seri Begawan: Brunei Press.
  23. ^ a b c Clynes, A., & Deterding, D. (2011). Standard Malay (Brunei). Journal of the International Phonetic Association, 41, 259–268.On-line Version
  24. ^ Jones, G. M. (2016). Changing patterns of education in Brunei: How past plans have shaped future trends. In Noor Azam H-O., J. McLellan & D. Deterding (Eds.), The use and status of Language in Brunei Darussalam (pp. 267-278). Singapore: Springer.
  25. ^ a b Steinhauer, Hein (2005). "Colonial History and Language Policy in Insular Southeast Asia and Madagascar". Dalam Adelaar, Alexander; Himmelamnn, Nikolaus. The Austronesian languages of Asia and Madagascar. London: Routledge. hlm. 65–86. ISBN 9780700712861. 
  26. ^ Ferguson, C. A. (1959). Diglossia. Word, 15, 325-340.
  27. ^ a b McLellan, J., Noor Azam Haji-Othman, & Deterding, D. (2016). The language situation in Brunei Darussalam. In Noor Azam Haji-Othman, J. McLellan, & D. Deterding (Eds.), The use and status of language in Brunei Darussalam: A kingdom of unexpected linguistic diversity (pp. 9–16). Singapore: Springer. Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "McNoorDet2016" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  28. ^ Noor Azam Haji-Othman & Siti Ajeerah Najib (2016). The state of indigenous languages in Brunei. In Noor Azam Haji-Othman, J. McLellan, & D. Deterding (Eds.), The use and status of language in Brunei Darussalam: A kingdom of unexpected linguistic diversity (pp. 17–28). Singapore: Springer.
  29. ^ Ferguson, C. A. (1959). Diglossia. Word, 15, 325-340.
  30. ^ Nothofer, B. (1991). The languages of Brunei Darussalam. In H. Steinhuaer (Ed.), Papers in Austronesian Linguistics (pp. 151–176). Canberra: Australian National University.
  31. ^ "Constitution of the Republic of Singapore", Government of Singapore, Singapore, 2022 
  32. ^ Sneddon, James N. (2003). The Indonesian Language: Its History and Role in Modern Society (dalam bahasa Inggris). Sydney: UNSW Press. ISBN 0-86840-598-1. 

Bacaan lanjut[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]