Danau Lindu
Danau Lindu merupakan danau yang terletak di Kecamatan Lindu, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia dan berada di dalam Taman Nasional Lore Lindu. Luasnya mencapai 34,88 km² dengan kedalaman maksimum 72,6 meter, kedalaman rata-rata 38 meter dan berada di ketinggian sekitar 1.000 meter di atas permukaan laut[1]. Danau Lindu adalah danau terbesar ke delapan di Pulau Sulawesi dan kedua di Provinsi Sulawesi Tengah setelah Danau Poso.[2]
Danau Lindu | |
---|---|
Letak | Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Indonesia |
Koordinat | 1°19′09.2″S 120°04′50.4″E / 1.319222°S 120.080667°E |
Aliran keluar utama | Sungai Rawa |
Panjang maksimal | 9,6 km |
Lebar maksimal | 4.8 km |
Area permukaan | 34,88 km² |
Volume air | 1.327,8 km³ |
Ketinggian permukaan | 1.000 m (3.300 ft) |
Fungsi
[sunting | sunting sumber]Danau memiliki dua fungsi yaitu fungsi tunggal dan multifungsi, hal ini disampaikan oleh Hamka Arsyad. Danau Lindu sendiri mempunyai fungsi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, di antaranya adalah memberikan suplai air bagi masyarakat setempat dan membantu sektor pertanian bagi daerah sekitar perkantoran. Danau ini juga menjadi sumber utama masyarakat bagi beberapa desa antara lain adalah Desa Langko, Desa Tomado, dan Desa Anca yang diberi julukan sebagai kawasan masyarakat adat Lindu. Sebenarnya masih terdapat satu desa lagi yaitu Desa Puroo, namun desa ini dianggap sebagai desa pendatangan karena pada tahun 1960-an di wilayah desa ini sudah ditempati oleh transmigran lokal.[3]
Geomorfologi
[sunting | sunting sumber]Danau Lindu dikategorikan sebagai danau tektonik.[4] Pembentukannya terjadi selama era Pliosen setelah bak besar dilokalisasi dari sebuah bagian rangkaian pegunungan akibat dari proses alam berupa kekuatan geologis yang dahsyat. Pada kenyataannya danau ini secara geologi berada di wilayah Sesar Palu-Koro yang membelah Pulau Sulawesi dari Teluk Palu hingga Sungai Leboni. Danau Lindu dikelilingi oleh sejumlah gunung seperti Gunung Nokilalaki (2.357 m), Gunung Lantawungu (2.270 m) dan Gunung Tumawu (2.120 m). Terdapat 16 sungai utama yang mengalirkan air ke danau ini. Empat di antaranya yang terbesar yaitu Sungai Kati, Sungai Lembosa, Sungai Langko, dan Sungai Wongkodono. Sedangkan saluran keluar danau ini melalui Sungai Rawa yang kemudian masuk ke Sungai Gumbasa, anak Sungai Palu.
Keanekaragaman Hayati
[sunting | sunting sumber]Danau Lindu terkenal dengan melimpahnya ikan air tawar. Terdapat 10 spesies ikan di danau ini dan 6 di antaranya merupakan ikan yang dilepas-liarkan secara sengaja seperti ikan mas, mujair, sepat, gurame, tawes, dan lele. Sedangkan 4 spesies lainnya adalah ikan endemik di antaranya adalah ikan Sidat dan ikan Xenopoecilus sarasinorum yang sudah jarang ditemui. Selain ikan air tawar, Danau Lindu juga menyimpan keanekaragaman fauna krustasea seperti udang Caridina linduensis, Caridina dali, dan Caridina kaili yang merupakan krustasea endemik Danau Lindu[5]. Sementara jenis burung yang ada terdapat 15 spesies di antaranya yaitu Belibis Hutan, Kuntul, dan lainnya. Di danau ini juga terdapat satwa endemik katak sulawesi (Bufo celebensis). Danau Lindu merupakan habitat bagi berbagai macam tumbuhan dan hewan yang kini mulai berkurang keanekaragamannya karena menurunnya populasi spesies serta hilangnya beberapa spesies, seperti tanaman Rano.
Transportasi
[sunting | sunting sumber]Perjalanan menuju Danau Lindu dapat dimulai dari Kota Palu dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Danau Lindu dikelilingi oleh punggung pegunungan yang dahulunya memang sulit untuk dijangkau oleh kendaraan bermotor. Untuk menuju danau ini, dahulu masyarakat setempat mengunakan jasa kuda beban yang disebut pateke[1]. Jika terdapat kendaraan bermotor roda dua, maka itu adalah kendaraan bermotor yang sudah dimodifikasi untuk melalui medan yang menantang.
Pariwisata
[sunting | sunting sumber]Danau Lindu menjadi salah satu objek wisata di Sulawesi Tengah karena memiliki panorama alam yang indah.[6] Hutan di sekeliling Danau Lindu merupakan kawasan pegunungan. Karena itu, Danau Lindu menjadi objek wisata bagi wisatawan pejalan kaki dan pendaki gunung. Terdapat lima desa yaitu Desa Puroo, Desa Langko, Desa Tomado, Desa Anca, dan Desa Olu yang terletak di tepi Danau Lindu dan cukup terkenal akan keindahannya. Di wilayah yang berpenduduk 5.435 orang[7] ini juga terkenal dengan laboratorium untuk pemeriksaan penyakit yang disebabkan oleh sejenis cacing schistosomiasis yang hanya bisa hidup melalui perantaraan sejenis keong endemik yang juga hanya hidup di beberapa tempat di dunia.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b Lukman, Lukman (2007). Danau Lindu, Keteduhan yang Merindu. Jakarta: LIPI Press.
- ^ "Kanwil Kemenkumham Sulteng, Suarakan Tahun 2022 sebagai Tahun Cipta dari Danau Lindu". Web Kanwil Kemenkumham. 2022-01-23. Diakses tanggal 2022-12-23.
- ^ Yetti, Erly (2018-04-17). "LEGENDA DANAU LINDU SULAWESI TENGAH: STRUKTUR NARATIF". Kandai (dalam bahasa Inggris). 12 (2): 283–296. doi:10.26499/jk.v12i2.86. ISSN 2527-5968.
- ^ Hasim (April 2017). Model Pengelolaan Danau: Sebuah Kajian Transdisipliner. Gorontalo: Ideas Publishing. hlm. 7.
- ^ Annawaty, Annawaty; Wowor, Daisy; Farajallah, Achmad; Setiadi, Dede; Suryobroto, Bambang (2016-04-01). "Habitat Preferences and Distribution of the Freshwater Shrimps of the Genus Caridina (Crustacea: Decapoda: Atyidae) in Lake Lindu, Sulawesi, Indonesia". HAYATI Journal of Biosciences. 23 (2): 45–50. doi:10.1016/j.hjb.2016.04.001. ISSN 1978-3019.
- ^ Sani, M. Y., dan Suni, M. (2019). Wisata Bahari: Ragam Budaya dan Pembangunan Berkelanjutan (PDF). Yayasan Gema Rakyat Semesta. hlm. 161. ISBN 978-623-90814-1-6.
- ^ "BPS Kabupaten Sigi". sigikab.bps.go.id. Diakses tanggal 2024-02-18.